Tinjauan Penelitian Terdahulu Kinerja organisasi dan keuangan koperasi kelompok tani lisung kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

9 merupakan suatu tolak ukur yang sering digunakan dalam memperoleh informasi tetang posisi keuangan suatu badan usaha.

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini akan terpusat pada kelembagaan dan kinerja keuangan koperasi. Penelitian terdahulu yang pernah meneliti kelembagaan yaitu pada umumnya dengan pendekatan kualitatif. Supandi 2009, meneliti program dan kegiatan yang mampu menguatkan kelembagaan kelompok tani dan koperasi yang bertujuan meningkatkan posisi tawar koperasi terhadap perusahaan inti. Secara kualitatif menghasilkan peran kelompok tani sebagai unit usaha bersama, pola hubungan kelompok tani dan koperasi di Desa Seresam, dan pola pengembangan kemitraan koperasi dan perusahaan inti. Indriana 2010, meneliti kelembagaan pada sistem pertanian padi sehat di Desa Ciburuy untuk mengetahui keberlanjutan kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat menuju pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan dapat diwujudkan dengan adanya teknik-tenik sosial yang mendukung dan mempercepat pengorganisasian sosial. Pengorganisasian sosial merujuk pada terbentuknya kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat. Penelitian terdahulu yang telah meneliti kinerja keuangan koperasi pada umumnya menggunakan laporan keuangan koperasi sebagai data dalam pendekatan kuantitatif. Lismawati 2009, meneliti kinerja keuangan KUD Sumber Alam tahun 2003-2008. Alat analisis yang digunakan untuk analisis kinerja keuangan adalah analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis ratio yang meliputi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan rasio aktivitas usaha. Hasil penghitungan rasio likuiditas menunjukkan keadaan yang kurang baik yaitu berada di bawah standar sedangkan rasio solvabilitas keadaan cukup baik karena memenuhi standar. Hasil perhitungan rasio rentabilitas dan aktivitas usaha menunjukkan keadaan yang tidak baik karena nilai penjualan yang terus menerus menurun menyebabkan SHU yang diperoleh KUD menurun. Penelitian kemampuan pelayanan KUD Sumber Alam dengan analisis Customer Satisfaction Index CSI menghasilkan informasi bahwa KUD Sumber Alam masih berada pada tingkatan cukup puas. Kinerja keuangan dan Penelitian kemampuan pelayanan KUD Sumber Alam digunakan peneliti untuk mengetahui informasi kinerja koperasi. 10 Himpuni 2009, memperdalam kinerja KUD Sumber Alam melalui pendekatan BSC dengan hasil prespektif keanggotaan memiliki kinerja yang lebih baik dibanding dengan prespektif keuangan, pembelajaran serta pertumbuhan dan proses bisnis internal. Prespektif keuangan yang digunakan hanya melihat keadaan likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan hanya membandingkan laporan keuangan tahun 2006-2007 saja. Sedangkan Akbar 2009, membandingkan analisis kinerja keuangan dan aktivitas usaha KUD Sumber Alam dengan primkopti menggunakan alat analisis tren dan analisis rasio untuk menilai kinerja keuangan kedua koperasi tersebut. Segi kelembagaan yang dibahas dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya yaitu menggunakan kinerja organisasi untuk mengetahui akibat dari proses perubahan kelembagaan dari Gapoktan menjadi koperasi. Persamaan dengan penelitian terdahulu yaitu dari segi keuangan. Kinerja keuangan menggunakan analisis rasio. III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kelembagaan Petani Konsep kelembagaan lebih terpaku kepada organisasi, baik organisasi formal maupun organisasi non formal Suradisastra 2009. Menurut Zakaria 2008, organisasi adalah kesatuan yang memungkinkan orang-orang para petani mencapai satu atau beberapa tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan. Pembentukan sebuah lembaga memerlukan proses yang panjang, terorganisir, dan menyangkut individu dan kelompok yang didasarkan pada norma tertentu. Bentuk dan peran kelembagaan petani masih sangat dipengaruhi oleh tuntunan dan strategi kebijakan pembangunan pertanian. Kelembagaan merupakan suatu elemen penting dalam budaya atau kultur masyarakat, khususnya masyarakat petani. Dimyati 2007 menegaskan permasalahan yang masih melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di Indonesia adalah masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan pemasaran. Petani belum terlibat secara utuh dalam kegiatan agribisnis. Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan produksi on farm. Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara optimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu melakukan upaya pengembangan, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan petani seperti: kelompoktani, lembaga tenaga kerja, kelembagaan penyedia input, kelembagaan output, kelembagaan penyuluh, dan kelembagaan permodalan dan diharapkan dapat melindungi posisi tawar petani.

3.1.2 Koperasi

Aliansi Koperasi Sedunia International Cooperatives AllianceICA tahun 1995, mendefenisikan koperasi sebagai Perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis berdasarkan terjemahan yang dibuat oleh Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia LSP2I. Menurut Hanel 12 1992, koperasi merupakan organisasi ekonomi yang otonom, yang dimiliki oleh para anggota dan ditugaskan untuk menunjang para anggota, sebagai pelanggan dari koperasi dan sebagai pemilik dari koperasi. Prinsip identitas menjadi orientasi koperasi. Prinsip yang menganggap bahwa anggota koperasi adalah pemilik yang sekaligus adalah pelanggan. Koperasi menurut pengertian sosial ekonomi adalah suatu bentuk organisasi swadaya yang bergerak di bidang ekonomi. Jadi organisasi swadaya adalah organisasi yang anggotanya bergabung atas dasar kepentingan bersama untuk memperbaiki keadaan ekonomi dan sosialnya, agar menjadi lebih mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam rangka mewujudkan tujuan jangka panjang. Defenisi itu harus dibedakan dari defenisi koperasi dalam arti yuridis. Koperasi dalam arti yuridis mendefenisikan koperasi sebagai organisasi yang terdaftar menurut ketentuan undang-undang koperasi di suatu negara Hanel 1992. Hanel menggambarkan tiga kategori koperasi yaitu koperasi dalam arti yuridis, koperasi dalam arti yuridis dan sosial ekonomi, dan koperasi dalam arti sosial ekonomi sesuai dengan Gambar 4. I : Koperasi dalam arti yuridis II : Koperasi dalam arti yuridis dan sosio ekonomi III: Koperasi dalam arti sosial ekonomi Gambar 4. Irisan Lingkaran Koperasi Sumber: Hanel 1992 Koperasi dalam arti yuridis seharusnya juga adalah koperasi dalam arti sosial ekonomi. Namun masih terjadi perubahan orientasi yaitu organisasi- organisasi koperasi yang didaftar menurut ketentuan undang-undang koperasi suatu negara menyimpang dari tujuan semula. Seharusnya tujuan organisasi I II III 13 adalah menunjang kepentingan para anggotanya melalui pemberian pelayanan tetapi pada kenyataannya koperasi beroperasi sebagai usaha bisnis. Organisasi tersebut dapat dikatakan berada masih pada tahap pembentukan dan belum mampu mempertahankan eksistensinya dan belum berusaha sebagai organisasi swadaya yang mandiri, otonom dan berorientasi pada anggota Hanel 1992.

3.1.3 Pengelompokan Organisasi Swadaya

Menurut Hanel 1992, Organisasi swadaya Self-Help OrganizationsSHO adalah organisasi yang anggotanya bergabung atas dasar kepentingan bersama. Organisasi swadaya dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan yang berbeda sesuai Gambar 5. Gambar 5. Pengelompokan Organisasi Swadaya SHO Sumber: Hanel 1992 SHO Self help Organizations SHO berorientasi ekonomi SHO yang mempunyai usaha bersama dan keuntungan berorientasi kepada anggota koperasi SHO tidak berorientasi ekonomi SHO tidak mempunyai usaha bersama Keuntung an didapat melalui modal anggota Anggota sebagai pemilik usaha Usaha berorientasi kepada pelayanan terhadap anggota Tujuan politik Tujuan keagamaan Tujuan sosial budaya kelompok Gabungan kelompok 14 Gambar 5 menjelaskan bahwa SHO Self Help Organizations terdiri dari SHO yang berorientasi ekonomi dan yang tidak berorientasi ekonomi. SHO yang tidak berorientasi ekonomi dapat disebabkan oleh tujuan politik, keagamaan atau sosial budaya. SHO yang berorientasi ekonomi terdiri dari usaha yang mempunyai usaha bersama dan yang tidak mempunyai usaha bersama. SHO yang tidak mempunyai usaha bersama dapat berupa kelompok maupun gabungan kelompok atau kelembagaan. Usaha yang mempunyai usaha bersama merupakan usaha yang berorientasi kepada anggota.

3.1.4 Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Analisis Kinerja Keuangan Koperasi

Rasmussen 1975 menganggap laporan keuangan menjadi alat yang sangat penting dalam mengatur keuangan usaha yang dijalankan dalam koperasi. Kinerja keuangan menjadi alat untuk merencanakan tujuan kedepannya. Data yang dihasilkan laporan keuangan dapat dianalisis dengan menggunakan salah satu atau kedua analisis antara analisis rasio atau analisis trend. Analisis rasio lebih cepat daripada analisis trend dan lebih sering digunakan. Rassmussen menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan perbedaan analisis rasio dan analisis trend. Perumpamaannya yaitu analisis rasio seperti melihat potret ketika gambarnya telah dicetak dan diambil. Analisis trend seperti bagian dari gerakan gambar saat gambar berubah didalam kamera. Hal ini menjelaskan bahwa analisis ratio sebagai hasil dari proses kinerja keuangan sedangkan analisis trend sebagai proses perubahan yang terjadi dalam kinerja keuangan. Melalui perumpamaan Rasmussen menekankan analisis rasio menjadi salah satu dari dua pilihan analisis laporan keuangan. Salah satu cara mendeteksi kesehatan suatu badan usaha dan masalah- masalah yang dihadapi adalah melalui analisis rasio-rasio keuangannya. Analisis rasio akan memudahkan untuk mengetahui dalam hal-hal apa saja badan usaha sedang menghadapi masalah serius bahkan kritis, sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk mencegah semakin memburuknya kondisi atau kesehatan badan usaha. Analisis rasio berguna untuk mengetahui kinerja keuangan secara keseluruhan atau dari waktu ke waktu. Analisis rasio adalah cara menganalisis dengan menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas 15 data kuantitatif yang ditujukan dalam neraca dan laporan laba rugi badan usaha Kuswadi 2006. Analisis rasio hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang melaksanakan administrasi keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah akuntansi yang benar, sehingga neraca dan laporan laba rugi yang dihasilkannya memiliki data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Rasmussen 1975, analisis rasio terdiri dari empat kategori yang cocok untuk badan usaha seperti koperasi yaitu: 1. Likuiditas Likuiditas menunjukkan kemampuan koperasi untuk membayar kewajiban lancar yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih. Kuswandi 2006 beranggapan bahwa rasio likuiditas bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Kemampuan koperasi untuk membayar utang-utangnya kembali tepat pada waktunya Amidipraja dan Wirasasmita 1990. Oleh karena itu, rasio ini menjadi penting bagi pimpinan, manajer keuangan, bank, atau para pemasok yang memberikan kredit penjualan. Rasio-rasio likuiditas yang sering digunakan adalah rasio lancar, rasio cair, dan rasio kas. Walaupun tidak ada tolak ukur yang pasti tentang berapa rasio lancar minimal yang harus dimiliki suatu perusahaan, umumnya angka 2:1 atau harta lancar dua kali lipat kewajiban jangka pendeknya dianggap cukup aman bagi perusahaan. Standar untuk rasio cair tersebut 1:1 mengandung arti bahwa perusahaan boleh merasa aman jika memiliki harta lancar di luar persediaan dan pembayaran di muka, minimal sebesar kewajiban jangka pendeknya Rasmussen 1975. Dengan alasan-alasan tertentu, perusahaan masih merasa belum aman jika hanya melihat pada rasio lancar dan rasio cair sehingga kemudian menggunakan rasio kas. Salah satu rasio kas yaitu rasio penjualan atas kas. 2. Solvabilitas Menurut Kuswandi 2006 solvabilitas adalah kemampuan untuk membayar utang jangka panjang, baik utang pokok maupun bunganya. Jika koperasi bubar, solvabilitas merupakan kemampuan koperasi untuk membayar semua kewajibannya kepada pihak ketiga Amidipraja dan Wirasasmita 1990. 16 Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur solvabilitas adalah rasio utang jangka panjang atas harta, rasio utang jangka panjang atas modal, rasio jangka panjang atas kapitalisasi. Nilai rasio-rasio tersebut sebaiknya rendah agar dapat menggambarkan bahwa beban utang perusahaan tidak terlalu berat. Dengan demikian semakin rendah angka rasio, semakin tinggi solvabilitas perusahaan. 3. Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan kemampuan koperasi menggunakan aktiva secara produktif. Munawir 1993 menyatakan Rasio profitabilitas atau rentabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Selain itu, Kuswandi 2006 menggambarkan kemampuan badan usaha dalam menghasilkan laba secara relatif. Relatif artinya laba tidak diukur dari besarnya secara mutlak, tetapi diperbandingkan dengan unsur-unsur atau tolak ukur lainnya, karena perolehan laba yang besar belum tentu menggambarkan profitabilitas yang besar juga. Setiap usaha menginginkan dan berusaha mengejar laba, semakin besar laba semakin baik. Akan tetapi, laba yang besar tidak cukup menggambarkan bahwa usaha telah dikelola dengan baik. Gambaran perolehan laba yang lebih baik dapat dilihat jika besarnya dibandingkan dengan elemen- elemen yang terdapat dalam neraca dan laporan laba rugi. Kemampuan menghasilkan laba antara perusahaan dan koperasi tentunya berbeda. Sebuah perusahaan labanya sangat berpengaruh terhadap investasi sedangkan koperasi sangat dipengaruhi oleh modal sendiri yang bersumber dari anggota Rasmussen 1975. Menurut Amidipraja dan Wirasasmita 1990, meskipun koperasi tujuannya bukan mengejar untung yang sebesar-besarnya, tetapi pengetahuan keadaan laba koperasi perlu diketahui. Mundur majunya koperasi ditentukan juga adanya rugi dan laba. 4. Efektivitas Efektivitas penggunaan dana dilihat dari bagaimana dana tersebut digunakan dalam bentuk beban atau biaya yang dikeluarkan perusahaan Kuswandi 2006. Rasio yang dipergunakan adalah rasio harga pokok penjualan atas penjualan, harga pokok penjualan, dan beban operasi atas penjualan. Menurut Rasmussen 1975 dan Keown et al 2002, hasil analisis rasio dapat 17 dibandingkan dengan analisis rasio usaha sejenis secara umum untuk melihat hasil kinerja namun karena keterbatasan peneliti mencari rata-rata kinerja keuangan sejenis secara umum, maka hanya dengan membandingkan angka-angka rasio perusahaan sendiri dari tahun ke tahun untuk mendapatkan penilaian kinerja keuangan.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional