Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik serta Anggota dan Non Anggota Koperasi Kelompok Tani di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

(1)

PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI

PADI SEMIORGANIK DAN ANORGANIK SERTA

ANGGOTA DAN NON ANGGOTA KOPERASI KELOMPOK

TANI DI KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR

SAUSAN BASMAH

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik serta Anggota dan Non Anggota Koperasi Kelompok Tani di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Juni 2013

Sausan Basmah H44080054


(3)

RINGKASAN

SAUSAN BASMAH. Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik serta Anggota dan Non Anggota Koperasi Kelompok Tani di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh BONAR M. SINAGA

dan HASTUTI.

Padi merupakan komoditas strategis bagi ketahanan pangan nasional (Mardianto et al., 2005). Produksi dan produktivitas padi di Indonesia mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2.33 Persen dan 0.59 Persen pada tahun 2008 sampai tahun 2011. Produksi padi belum dapat memenuhi kebutuhan beras domestik, hal ini ditandai dengan tingginya impor beras Indonesia pada tahun 2011 yang berjumlah 2 750 476.20 Ton (Badan Pusat Statistik, 2011d).

Program “Go Organik 2010” merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi pertanian Indonesia yang sustainable dan selaras dengan alam (Sulaeman et al., 2006). Kecamatan Cigombong merupakan salah satu daerah yang menerapkan budidaya padi semiorganik di Kabupaten Bogor. Berkembangnya usahatani padi semiorganik di Kecamatan Cigombong tidak lepas dari peran Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari (KKT-LK) yang merupakan lembaga pertanian formal di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong dalam menyediakan bantuan modal, input pertanian, adopsi teknologi, distribusi hasil pertanian, fasilitator penyuluhan, dan melatarbelakangi berkembangnya pertanian semiorganik di Desa Ciburuy, Desa Cisalada, Desa Ciadeg, dan desa lainnya di Kecamatan Cigombong. Hal ini merupakan alasan dipilihnya Desa Ciburuy, Desa Cisalada, dan Desa Ciadeg Kecamatan Cigombong sebagai lokasi penelitian.

Tujuan penelitian adalah untuk (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik dan (2) membandingkan pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik, keanggotaan dalam KKT-LK, dan status penguasaan lahan. Faktor produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas dan diestimasi dengan metode Ordinary Least Squares (OLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik memenuhi kriteria ekonomi, statistik, dan ekonometrika, dengan nilai R-sq masing-masing sebesar 0.82 dan 0.86. Fungsi produksi usahatani padi semiorganik terdapat empat variabel yang berpengaruh nyata pada taraf α = 0.20 yaitu benih, pupuk kompos, pupuk kandang, dan pupuk NPK, sedangkan fungsi produksi usahatani padi anorganik terdapat lima variabel yang berpengaruh nyata pada taraf α = 0.20 yaitu luas lahan, benih, pupuk kompos, pupuk KCL, dan pupuk NPK.

Pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik atas biaya total masing-masing sebesar Rp 1 508 999.08 per Hektar per Musim Tanam dan Rp -596 330.05 per Hektar per Musim Tanam. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan usahatani padi semiorganik lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi anorganik. Pendapatan usahatani padi berdasarkan keanggotaan dalam KKT-LK menunjukkan bahwa pendapatan yang lebih besar merupakan


(4)

pendapatan usahatani padi non anggota KKT-LK dengan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 734 926.44 per Hektar per Musim Tanam. Pendapatan usahatani padi berdasarkan status penguasaan lahan menunjukkan bahwa pendapatan yang lebih besar merupakan pendapatan usahatani padi penggarap penyewa dengan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 3 980 481.98 per Hektar per Musim Tanam. Pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik serta berdasarkan keanggotaan dalam KKT-LK menunjukkan bahwa pendapatan yang lebih besar merupakan pendapatan usahatani padi semiorganik non anggota KKT-LK dengan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 1 791 801.17 per Hektar per Musim Tanam. Pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik berdasarkan status penguasaan lahan menunjukkan bahwa pendapatan yang lebih besar merupakan pendapatan usahatani padi semiorganik penggarap penyewa dengan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 5 317 092.61 per Hektar per Musim Tanam. Pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik berdasarkan keanggotaan dalam KKT-LK dan status penguasaan lahan menunjukkan bahwa pendapatan yang lebih besar merupakan pendapatan usahatani padi semiorganik non anggota KKT-LK penggarap penyewa dengan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 5 773 405.56 per Hektar per Musim Tanam.

Simpulan penelitian adalah (1) produksi usahatani padi semiorganik dipengaruhi oleh jumlah benih, pupuk kompos, pupuk kandang, dan pupuk NPK yang digunakan petani, sedangkan produksi usahatani padi anorganik dipengaruhi oleh jumlah benih, pupuk kompos, pupuk KCL, dan pupuk NPK yang digunakan, serta luas lahan yang diusahakan petani dan (2) pendapatan usahatani padi atas biaya total menunjukkan bahwa (a) pendapatan usahatani padi semiorganik lebih besar dibandingkan usahatani padi anorganik; (b) pendapatan usahatani padi non anggota KKT-LK lebih besar dibandingkan dengan anggota KKT-LK; (c) pendapatan usahatani padi penggarap penyewa lebih menguntungkan dibandingkan penggarap pemilik dan bagi hasil; dan (d) pendapatan usahatani padi semiorganik non anggota KKT-LK lebih besar dibandingkan lainnya, pendapatan usahatani padi semiorganik penggarap penyewa lebih besar dibandingkan lainnya, sedangkan pendapatan usahatani padi semiorganik non anggota KKT-LK penggarap penyewa memiliki pendapatan yang lebih besar dibandingkan strata lainnya.

Saran penelitian adalah (1) guna meningkatkan produksi usahatani padi semiorganik di Kecamatan Cigombong sebaiknya petani padi semiorganik meningkatkan penggunaan jumlah benih, pupuk kompos, pupuk kandang, dan pupuk NPK, sedangkan usahatani padi anorganik sebaiknya meningkatkan penggunaan jumlah benih, pupuk kompos, pupuk KCL, pupuk NPK, dan luas lahan yang diusahakan petani, (2) guna meningkatkan pendapatan petani padi di Kecamatan Cigombong sebaiknya petani menerapkan usahatani padi semiorganik, karena dilihat dari pendapatan dan R/C ratio menunjukkan bahwa usahatani padi semiorganik lebih menguntungkan dibandingkan usahatani padi anorganik, (3) guna meningkatkan insentif kepada petani dalam melakukan budidaya padi semiorganik, KKT-LK sebaiknya menetapkan harga jual padi semiorganik yang lebih tinggi dibandingkan padi anorganik, (4) guna mengetahui potensi perkembangan produksi padi organik, semiorganik, dan anorganik di tingkat nasional, perlu adanya penelitian lanjutan mengenai analisis produksi dan


(5)

pendapatan usahatani padi organik, semiorganik, dan anorganik pada tingkat nasional.

Kata kunci: produksi dan pendapatan, usahatani padi, semiorganik dan anorganik, keanggotaan dalam koperasi kelompok tani.


(6)

PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI

PADI SEMIORGANIK DAN ANORGANIK SERTA

ANGGOTA DAN NON ANGGOTA KOPERASI KELOMPOK

TANI DI KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR

SAUSAN BASMAH H44080054

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(7)

Judul Penelitian : Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik serta Anggota dan Non Anggota Koperasi Kelompok Tani di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

Nama : Sausan Basmah

NIM : H44080054

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Hastuti, SP, MP, MSi NIP. 19481130 197412 1 002

Diketahui, Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik serta Anggota dan Non Anggota Koperasi Kelompok Tani di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor”. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang produksi dan pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik yang tergabung dalam KKT-LK (Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari) maupun non anggota KKT-LK di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor.

Skripsi ini diharapkan bermanfaat untuk kalangan akademik sebagai sumber referensi dan membantu pemerintah daerah setempat dalam pengembangan dan meningkatkan kesejahteraan petani padi. Berbagai kekurangan yang terdapat dalam skripsi disebabkan keterbatasan penulis. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2013

Sausan Basmah H44080054


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi dukungan, bantuan, dan kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada :

1. Ayahanda Bachrudin dan Ibunda Sugiarti atas segala perhatian, dukungan, doa, dan kasih sayangnya. Serta saudara penulis Sumayyah Basyirah dan Firas Akram terimakasih atas doa, dukungan, dan motivasi yang diberikan.

2. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan Hastuti, SP, MP, MSi selaku dosen pembimbing skripsi, atas bimbingan, motivasi, saran, dan ilmu yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Novindra, SP, MSi selaku dosen penguji utama dan Adi Hadianto, SP, MSi selaku dosen penguji departemen atas kritik dan saran sebagai penyempurna skripsi ini.

4. Dr. Ir. Yusman Syaukat, MEc selaku dosen pembimbing akademik dan segenap dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas ilmu, kesabaran, dan bimbingan yang telah diberikan.

5. Seluruh staf sekretariat sekolah Pascasarjana EPN dan staf Departemen ESL (Mba Yani, Mba Lina, Pak Johan, Ibu Mery, Ibu Kokom, Pak Husen, dan Pak Erwin) yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. 6. Teman sebimbingan Ayu Fitriana, Dea Tri, Welda Yunita, Indri Hapsari, dan

Agung Prasetyo yang banyak memberikan masukan dan bantuan kepada penulis selama penyusunan skripsi.


(10)

7. Teman Harmoni Anggi Presti Adina, Precia Anita, Febri Yanti Fernita, Tira Wati, Ai Tety Nurbaety, Yunita Tri Lestari, Ismi Istianah, dan Olivia Joanika Putri atas semangat, doa, motivasi, dan dukungannya.

8. Teman-teman seperjuangan Nur Elok Faiqoh, Miftahurrohmah, Fatia Ajeng, Imam Mukti Wibowo, Sandi Kurniawan, Yogi Candra, seluruh keluarga besar ESL 45, dan teman-teman REESA periode 2010-2011 atas kebersamaannya selama ini.

9. Keluarga besar Gapoktan Silih Asih dan KKT-LK atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang telah diberikan.

10.Semua pihak yang selama ini telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1. Peranan Koperasi... 8

2.2. Pertanian Semiorganik dan Anorganik ... 10

2.2.1. Pengertian Pertanian Semiorganik dan Anorganik ... 10

2.2.2. Perkembangan Pertanian Organik ... 12

2.3. Faktor Produksi ... 13

2.4. Analisis Pendapatan Usahatani ... 16

2.5. Penelitian Terdahulu ... 16

2.6. Kebaruan Penelitian ... 20

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

3.1. Kerangka Teoritis ... 21

3.1.1. Fungsi Produksi ... 21

3.1.2. Analisis Pendapatan Usahatani ... 25

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional... 27

IV. METODOLOGI ... 29

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 29

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 29

4.3. Metode Pengambilan Sampel ... 30

4.4. Metode Analisis Data ... 30


(12)

4.4.1.1. Evaluasi Model ... 33

4.4.1.2. Kriteria Uji Statistik... 34

4.4.1.3. Kriteria Uji Ekonometrika ... 36

4.4.2. Analisis Pendapatan Usahatani ... 37

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 41

5.1. Keadaan Umum ... 41

5.2. Keadaan Demografi... 43

5.3. Keadaan Ekonomi ... 44

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN PETANI PADI SEMIORGANIK DAN ANORGANIK SERTA KEANGGOTAAN DALAM KKT-LK ... 45

6.1. Deskripsi Peran KKT-LK... 45

6.1.1. Peran KKT-LK ... 45

6.1.2. Struktur Organisasi KKT-LK ... 47

6.2. Karakteristik Responden Petani Padi ... 48

6.2.1. Karakteristik Umum Petani Padi Semiorganik dan Anorganik ... 48

6.2.2. Karakteristik Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik ... 56

6.2.3. Karakteristik Petani Padi Semiorganik dan Anorganik Berdasarkan Keanggotaan dalam KKT-LK ... 57

VII. FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI SEMIORGANIK DAN ANORGANIK ... 60

7.1. Faktor Produksi Usahatani Padi Semiorganik ... 60

7.2. Faktor Produksi Usahatani Padi Anorganik ... 67

VIII. PENDAPATAN USAHATANI PADI ... 75

8.1. Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik ... 75

8.2. Pendapatan Usahatani Padi Berdasarkan Keanggotaan dalam KKT-LK ... 76

8.3. Pendapatan Usahatani Padi Berdasarkan Status Penguasaan Lahan ... 78

8.4. Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik Berdasarkan Keanggotaan dalam KKT-LK dan Status Penguasaan Lahan ... 80


(13)

IX. SIMPULAN DAN SARAN... 89

9.1. Simpulan... 89

9.2. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

LAMPIRAN ... 95


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Indonesia Tahun

2008-2010 ... 1

2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Propinsi Jawa Barat Tahun 2008-2010 ... 2

3. Rekomendasi Penggunaan Pupuk Propinsi Jawa Barat Kecamatan Cijeruk Tahun 2007 ... 12

4. Proyeksi Produksi dan Pasar Padi Organik di Indonesia Tahun 2005-2009 ... 12

5. Penelitian Terdahulu tentang Padi Organik ... 17

6. Penelitian Terdahulu tentang Analisis Produksi dan Pendapatan ... 18

7. Responden Petani Padi ... 30

8. Tabel Keterkaitan Tujuan Penelitian, Sumber Data, dan Metode Analisis Data ... 31

9. Luas Wilayah Desa Ciburuy Berdasarkan Penggunaannya ... 42

10. Luas Wilayah Desa Cisalada Berdasarkan Penggunaannya ... 42

11. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Cigombong Tahun 2009 ... 43

12. Distribusi Penduduk Kecamatan Cigombong Berdasarkan Mata Pencaharian ... 44

13. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Usia Petani ... 49

14. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal ... 50

15. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Non Formal ... 51

16. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Status Usahatani ... 52

17. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Status dalam Kelompok Tani... 52

18. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani Padi ... 53

19. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Padi Responden ... 54

20. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan dan Status Penguasaan Lahan ... 55


(15)

21. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan ... 56 22. Penggunaan Rata-rata Input Produksi Usahatani Padi Semiorganik

dan Anorganik ... 56 23. Rata-rata Output Padi Semiorganik dan Anorganik... 57 24. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Sumber Modal ... 58 25. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Sumber Input

Produksi ... 58 26. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Tujuan Penjualan

Hasil Panen ... 59 27. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Kendala dalam

Berusahatani ... 59 28. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Usahatani Padi Semiorganik ... 60 29. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Usahatani Padi Anorganik ... 67 30. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik .... 75 31. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Berdasarkan Keanggotaan

dalam KKT-LK ... 76 32. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Berdasarkan Status Penguasaan

Lahan ... 78 33. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik

Berdasarkan Keanggotaan dalam KKT-LK ... 80 34. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik

Berdasarkan Status Penguasaan Lahan ... 83 35. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik Berdasarkan

Keanggotaan dalam KKT-LK dan Status Penguasaan Lahan ... 86 36. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Anorganik Berdasarkan


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Fungsi Produksi dan Tiga Daerah Produksi ... 24 2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 28 3. Struktur Organisasi Gapoktan Silih Asih ... 48


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 96

2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Seluruh Propinsi Indonesia Tahun 2008-2010 ... 100

3. Karakteristik Petani Padi Semiorganik ... 102

4. Karakteristik Petani Padi Anorganik ... 105

5. Data Produksi per Hektar Petani Responden Usahatani Padi Semiorganik ... 107

6. Data Produksi per Hektar Petani Responden Usahatani Padi Anorganik ... 110

7. Hasil Regresi Produksi Padi Semiorganik ... 112

8. Uji Normalitas Produksi Padi Semiorganik ... 113

9. Uji Heteroskedastisitas Produksi Padi Semiorganik... 114

10. Hasil Regresi Produksi Padi Anorganik ... 115

11. Uji Normalitas Produksi Padi Anorganik ... 116

12. Uji Heteroskedastisitas Produksi Padi Anorganik ... 117

13. Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik serta Berdasarkan Status Keanggotaan dalam KKT-LK ... 118

14. Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik serta Berdasarkan Status Penguasaan Lahan ... 120

15. Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik serta Berdasarkan Keanggotaan dalam KKT-LK dan Status Penguasaan Lahan ... 122


(18)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia untuk sektor pertanian pada tahun 2009 sebesar Rp 2 178.90 Triliun dan meningkat sebesar 6.22 Persen per Tahun menjadi Rp 2 618.10 Triliun pada tahun 2012 (Badan Pusat Statistik, 2013). Peran penting sektor pertanian juga ditunjukkan pada krisis moneter tahun 1998, bahwa sektor pertanian memiliki peran strategis serta andil yang besar sebagai mesin penggerak dan penyangga perekonomian nasional (Ashari, 2009).

Tanaman pangan terutama padi merupakan komoditas strategis bagi ketahanan pangan nasional (Mardianto et al., 2005). Peran padi sebagai komoditas strategis ketahanan pangan nasional ditunjukkan oleh produksi dan produktivitas padi Indonesia yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Indonesia Tahun 2008-2011

No Uraian 2008 2009 2010 2011 Laju

(%/Tahun) 1. Luas panen (000 Ha) 12 327.42 12 883.57 13 253.45 13 203.64 2.33 2. Produksi (000 Ton) 60 325.92 64 398.89 66 469.39 65 756.9 2.96 3. Produktivitas

(Kw/Ha) 48.94 49.99 50.15 49.8 0.59

Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)

Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi dan produktivitas padi Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Persentase peningkatan produksi padi tahun 2008 sampai tahun 2011 sebesar 2.33 Persen per Tahun dengan peningkatan produktivitas sebesar 0.59 Persen per Tahun. Produksi padi di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan beras domestik, hal ini ditandai dengan tingginya


(19)

impor beras Indonesia tahun 2011 yang berjumlah 2 750 476.20 Ton (Badan Pusat Statistik, 2013).

Jawa Barat merupakan salah satu sentral pertanian padi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari produksi padi Jawa Barat pada tahun 2009 sampai tahun 2011 merupakan penghasil padi terbesar di Indonesia (Lampiran 1). Produksi dan produktivitas padi Propinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Propinsi Jawa Barat Tahun 2008-2011

No Uraian 2008 2009 2010 2011 Laju

(%/Tahun) 1. Luas panen (000 Ha) 1 803.63 1 950.20 2 037.66 1 964.47 3.00 2. Produksi (000 Ton) 10 111.07 11 322.68 11 737.07 11 633.89 4.92 3. Produktivitas (Kw/Ha) 56.06 58.06 57.60 59.22 1.86 Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)

Tabel 2 menunjukkan bahwa produksi dan produktivitas padi Jawa Barat berfluktuatif, namun cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2008 sampai tahun 2011 dengan persentase masing-masing sebesar 4.92 Persen per Tahun dan 1.86 Persen per Tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pada produksi dan produktivitas padi Jawa Barat yang merupakan penghasil padi terbesar di Indonesia memiliki peranan penting dalam meningkatkan produksi padi nasional.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah produksi padi di Jawa Barat. Data Badan Pusat Statistik (2012) menunjukkan bahwa pada tahun 2011 Kabupaten Bogor menyumbang produksi padi Jawa Barat sebesar 4.34 Persen dengan produktivitas sebesar 5.84 Ton per Hektar. Produksi dan produktivitas padi yang rendah menunjukkan perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan sektor pertanian di Kabupaten Bogor.

Program “Go Organik 2010” merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi pertanian Indonesia yang sustainable


(20)

dan selaras dengan alam. Pengembangan pertanian organik merupakan salah satu alternatif pertanian berkelanjutan untuk meningkatkan produksi jangka panjang. Pengembangan pertanian organik dengan menambahkan pupuk organik pada usahatani padi dapat meningkatkan produktivitas menjadi 7 Ton per Hektar (Sulaeman et al., 2006).

Kecamatan Cigombong merupakan salah satu daerah produksi padi dan daerah pengembangan usahatani padi semiorganik di Kabupaten Bogor. Berdasarkan keterangan Gapoktan Silih Asih (2012), rata-rata produksi padi semiorganik pada tahun 2008 hanya 46.30 Ton per Bulan dan mengalami penurunan menjadi 43.20 Ton per Bulan pada tahun 20101. Hal ini menunjukkan bahwa produksi padi semiorganik masih rendah, sehingga perlu upaya untuk mengembangkan usahatani padi semiorganik di Kecamatan Cigombong.

Perbaikan kelembagaan pertanian juga merupakan upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sektor pertanian. Kelembagaan pertanian memiliki peranan sebagai penyedia kredit pertanian. Kredit pertanian merupakan salah satu aspek penting bagi petani di sejumlah negara yang berbasiskan pertanian. Menurut Tampubolon (2002) dalam Ashari dan Friyatno (2006), kredit sebagai salah satu alat yang dianggap mampu memutuskan “lingkaran setan” dari pendapatan rendah, secara berturut-turut menyebabkan kemampuan memupuk modal rendah, kemampuan membeli sarana produksi rendah, produktivitas usahatani rendah, dan pendapatan rendah.

Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengembangkan koperasi pertanian. Koperasi efektif jika dalam aplikasinya

1


(21)

menyesuaikan dengan bentuk dan karakteristik sektor pertanian, yaitu kemudahan dalam proses peminjaman, jangka waktu pengembalian yang menyesuaikan waktu panen, dan suku bunga yang rendah (Ashari dan Friyatno, 2006). Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari (KKT-LK) merupakan lembaga pertanian formal di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong yang menyediakan bantuan kredit kepada petani berupa bantuan modal dan input pertanian, penerapan teknologi, distribusi hasil pertanian, fasilitator penyuluhan, dan melatarbelakangi berkembangnya usahatani padi semiorganik di Desa Ciburuy, Desa Cisalada, Desa Ciadeg, dan desa lainnya di Kecamatan Cigombong. Hal ini merupakan alasan yang mendasari dipilihnya Desa Ciburuy, Desa Cisalada, dan Desa Ciadeg Kecamatan Cigombong sebagai lokasi penelitian dan alasan pentingnya penelitian dilakukan.

1.2. Perumusan Masalah

Program “Go Organik2010” merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi padi yang sustainable dan selaras dengan alam (Sulaeman et al., 2006). Program ini diimplementasikan dengan pengembangan usahatani padi organik. Adanya program ini mengubah kebiasaan petani dalam melakukan budidaya padi dan penggunaan input produksi. Usahatani padi semiorganik yang biasa menggunakan pupuk kimia sebagai input produksi, kemudian secara perlahan menggantinya dengan pupuk organik.

Kecamatan Cigombong merupakan daerah yang mendukung program pemerintah “Go Organik 2010” melalui pengembangan usahatani padi semiorganik. Pengembangan usahatani padi semiorganik di Kecamatan Cigombong dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan produksi padi yang


(22)

berkelanjutan. Berkembangnya usahatani padi semiorganik tidak terlepas dari peran KKT-LK yang merupakan fasilitator petani dalam mendapatkan pelatihan maupun penyuluhan tentang pertanian organik.

Berdasarkan keterangan Gapoktan Silih Asih (2012), permintaan beras semiorganik tinggi, namun produksi padi semiorganik belum dapat memenuhi permintaan pasar. Gapoktan Silih Asih menargetkan rata-rata produksi padi semiorganik sekitar 60 Ton per Bulan, namun yang terpenuhi hanya sebesar 46.3 Ton per Bulan pada tahun 2008, sebesar 33.6 Ton per Bulan pada tahun 2009, dan 43.2 Ton per Bulan pada tahun 20102. Guna meningkatkan produksi padi semiorganik di Kecamatan Cigombong perlu adanya analisis faktor produksi untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing faktor produksi terhadap produksi padi semiorganik.

Permasalahan yang dihadapi petani padi di Kecamatan Cigombong ditinjau dalam dua aspek yang saling berhubungan yaitu aspek produksi dan pendapatan. Produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi, diantaranya luas lahan, benih, pupuk, pestisida atau biopestisida, dan tenaga kerja. Keterkaitan faktor produksi dengan produksi yang dihasilkan menjadi suatu hal yang penting, karena berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan. Oleh karena itu, diperlukan analisis faktor produksi untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing faktor produksi terhadap produksi padi yang dihasilkan. Aspek pendapatan dilakukan untuk membandingkan pendapatan berdasarkan usahatani padi semiorganik dan anorganik, keanggotaan dalam KKT-LK, dan status penguasaan lahan. Analisis pendapatan dilakukan untuk melihat

2


(23)

untung atau tidaknya usahatani yang dijalankan oleh petani (Soekartawi, 1995). Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang dibahas dalam penelitian adalah:

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik?

2. Bagaimana pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik, keanggotaan dalam KKT-LK, dan status penguasaan lahan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan utama penelitian adalah menganalisis produksi dan pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik berdasarkan keanggotaan KKT-LK di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Tujuan operasional penelitian adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik.

2. Membandingkan pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik, keanggotaan dalam KKT-LK, dan status penguasaan lahan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang produksi dan pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik berdasarkan keanggotaan dalam KKT-LK diharapkan dapat membantu petani untuk menganalisis produksi dan pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik di lokasi penelitian. Bagi Pemerintah Kabupaten Bogor diharapkan penelitian yang dilakukan menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam perencanaan maupun pengambilan keputusan terkait peningkatan produksi dan pendapatan usahatani padi dengan mengoptimalkan


(24)

peran koperasi kelompok tani dan pengembangan usahatani padi yang berkelanjutan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Pengambilan sampel dibatasi pada petani padi semiorganik dan anorganik yang merupakan anggota KKT-LK dengan non anggota KKT-LK di Desa Ciburuy, Desa Cisalada, dan Desa Ciadeg Kecamatan Cigombong. Pengambilan data primer dilaksanakan dari bulan April sampai Mei 2012. Usahatani padi semiorganik yang dimaksud dalam penelitian adalah usahatani yang bebas pestisida, serta mengkombinasikan pupuk organik (pupuk kompos dan pupuk kandang) dengan pupuk kimia. Usahatani padi anorganik adalah usahatani yang menggunakan pupuk organik dan pupuk kimia, namun masih menggunakan pestisida.

Analisis produksi dan pendapatan dilakukan dalam satu musim tanam yaitu bulan Februari sampai April 2012. Faktor produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas dan diestimasi dengan metode Ordinary Least Squares (OLS). Analisis pendapatan usahatani dilakukan dengan membandingkan berdasarkan usahatani padi semiorganik dan anorganik, keanggotaan dalam KKT-LK, dan status penguasaan lahan.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peranan Koperasi

Lembaga adalah badan, organisasi, kaidah, dan atau norma-norma, baik formal maupun informal sebagai pedoman untuk mengatur perilaku segenap anggota masyarakat, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam usahanya mencapai suatu tujuan tertentu (Hanafie, 2010). Posisi dan fungsi kelembagaan petani merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial atau social interplay dalam suatu komunitas petani (Suradisastra, 2008). Pemberdayaan kelembagaan petani guna meningkatkan perhatian dan motivasi berusahatani akan memberikan hasil bila memanfaatkan makna dan potensi tiga kata kunci utama dalam konteks kelembagaan yaitu norma, perilaku, serta kondisi dan hubungan sosial.

Kelembagaan dalam bidang pertanian terdiri dari kelompok tani, gabungan kelompok tani (gapoktan), lembaga keuangan, lembaga pendidikan, lembaga penelitian, lembaga pemerintahan, dan lembaga lainnya yang berhubungan ataupun mendukung aktivitas pertanian. Salah satu lembaga yang berperan dalam kegiatan pertanian adalah koperasi. Menurut UU No.25 tahun 1992, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan. Peran koperasi berfungsi untuk memperkuat posisi tawar (bargaining position) petani dalam pendistribusian dan memasarkan hasil output.

Koperasi Unit Desa (KUD) merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam menggerakkan perekonomian di pedesaan. Menurut Wardoyo dan


(26)

Prabowo (2007), beberapa upaya perlu dilakukan dalam pemberdayaan KUD sebagai ujung tombak peningkatan kesejahteraan petani. Pertama, dukungan modal maksudnya perlu adanya dukungan modal dari pemerintah melalui APBD dan APBN. Kedua, profesionalisme pengurus dan manajer. Ketiga, kemitraan yang berkelanjutan maksudnya adalah pentingnya menjalin hubungan kemitraan dengan perbankan sebagai penyedia dana, pabrik pupuk untuk mendapatkan harga pupuk yang lebih murah, menjalin hubungan dengan Dolog atau Bulog untuk pembelian beras. Keempat, dukungan pemerintah dalam pemodalan KUD dan kebijakan pemerintah yang dapat memudahkan petani dalam pengembangan usahataninya. Kelima, dukungan anggota dalam program KUD untuk mewujudkan kesejahteraan anggota. Keenam, mengutamakan pelayanan kebutuhan anggota, misalnya dalam penyediaan pupuk dan pembelian gabah.

Berdasarkan pemikiran Syukur et al. (1998) dalam Ashari (2009), peran kredit sebagai pelancar pembangunan pertanian yaitu (1) membantu petani kecil dalam mengatasi keterbatasan modal dengan bunga relatif ringan, (2) mengurangi ketergantungan petani pada pedagang perantara dan pelepas uang sehingga berperan dalam memperbaiki struktur dan pola pemasaran hasil pertanian, (3) mekanisme transfer pendapatan untuk mendorong pemerataan, dan (4) insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi. Hasil kajian Asian Development Bank (2004) dalam Ashari dan Friyatno (2006) menyatakan bahwa kredit memberikan kesempatan kepada petani dalam beberapa hal yaitu (1) pembelian input produksi seperti benih, pupuk, dan pestisida, (2) pembelian alat dan mesin pertanian seperti cangkul, bajak, garu, traktor, pompa air, dan power thresher, (3) melakukan diversifikasi antara berbagai jenis komoditas dan atau ternak dengan tanaman


(27)

yang bernilai tinggi, (4) melaksanakan pengolahan pasca panen dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk pertanian, dan (5) melaksanakan diversifikasi bisnis horizontal antar pertanian dan non pertanian.

2.2. Pertanian Semiorganik dan Anorganik

Pertanian semiorganik dan anorganik merupakan suatu proses budidaya dalam kegiatan usahatani. Berikut ini dijelaskan pengertian pertanian semiorganik dan anorganik, serta perkembangan pertanian organik di Indonesia.

2.2.1. Pengertian Pertanian Semiorganik dan Anorganik

Menurut Las et al. (2006), ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik. Pertama, Pertanian Organik ”Absolut” (POA) sebagai budidaya pertanian yang sama sekali tidak menggunakan input kimia, hanya menggunakan pupuk organik. Sistem ini dikaitkan dengan konsep pertanian berkelanjutan rendah input (Low Input Sustainable Agriculture, LISA). Sasaran utamanya adalah produk dan lingkungan yang bersih dan sehat (ecolabeling attributes). Andoko (2010) menyatakan bahwa pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan dan berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam. Pertanian organik merupakan usahatani yang memperhatikan keberlanjutan produksi, ekosistem, dan lingkungan.

Kedua, Pertanian Organik ”Rasional” (POR) atau pertanian semiorganik merupakan budidaya pertanian yang menggunakan bahan organik yang berfungsi sebagai pembenah tanah dan menggunakan suplemen pupuk kimia anorganik. Pestisida dan herbisida digunakan secara selektif dan terbatas, atau menggunakan biopestisida. Landasan utamanya adalah sistem pertanian modern yang mengutamakan produktivitas, efisiensi produksi, keamanan, serta kelestarian


(28)

sumberdaya alam dan lingkungan. Perubahan dari pertanian organik rasional ke pertanian organik absolut akan berdampak terhadap penurunan produktivitas, karena diperlukan masa transisi. Masa transisi adalah masa yang diperlukan dalam proses perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah secara bertahap sampai keadaan stabil dimana unsur hara yang digunakan secara efektif oleh tanaman dalam jumlah mencukupi. Masa transisi merupakan proses adaptasi sifat fisik, kimia, dan biologis tanah terhadap perubahan perlakuan tanah dari anorganik ke semiorganik untuk menuju pertanian organik (Prayoga, 2010).

Perbedaan pertanian semiorganik dan anorganik adalah dalam hal penggunaan input pertanian (Salikin, 2003). Input pertanian yang digunakan dalam pertanian semiorganik bersifat alami, misalnya pupuk organik dan pestisida yang ramah lingkungan, namun masih menggunakan pupuk kimia dalam dosis yang rendah atau sesuai dengan kondisi tanaman. Pertanian anorganik menggunakan input produksi berbahan kimia, serta menggunakan pestisida untuk mengatasi hama dan penyakit. Pertanian semiorganik berorientasi pada sustainabilitas ekologi dan tujuan jangka panjang, sedangkan pertanian anorganik berorientasi pada peningkatan produksi dan bersifat jangka pendek.

Perbedaan usahatani padi semiorganik dan anorganik dapat dilihat pada standar penggunaan pupuk urea, TSP, dan KCL yang direkomendasikan oleh dinas pertanian Jawa Barat untuk Kecamatan Cijeruk (Tabel 3). Rekomendasi pupuk yang digunakan mengacu pada rekomendasi Kecamatan Cijeruk, dikarenakan tidak tersedianya rekomendasi pupuk untuk Kecamatan Cigombong dan Kecamatan Cijeruk merupakan kecamatan terdekat dengan Kecamatan Cigombong. Tabel 3 menunjukkan bahwa standar penggunaan pupuk


(29)

usahatani padi anorganik (tanpa bahan organik) masing-masing sebesar urea 300 Kilogram per Hektar, TSP 50 Kilogram per Hektar, dan KCL 50 Kilogram per Hektar. Standar penggunaan pupuk usahatani padi semiorganik adalah urea 280 Kilogram per Hektar dan TSP 50 Kilogram per Hektar.

Tabel 3. Rekomendasi Penggunaan Pupuk Propinsi Jawa Barat Kecamatan Cijeruk Tahun 2007

(Kg/Ha) Uraian Tanpa Bahan Organik 5 Ton jerami/Ha

Urea 300 280

SP-36 50 50

KCL 50 0

Sumber: Dinas Pertanian Jawa Barat (2007)

2.2.2. Perkembangan Pertanian Organik

Perkembangan pertanian organik di Indonesia terus mengalami peningkatan, termasuk permintaan ekspor. Hal ini dilihat dari meningkatnya jumlah toko organik di Indonesia yang menjual beragam produk organik, seperti sayuran, daging, beras, dan produk perkebunan (Sulaeman, 2007). Perkembangan produksi dan permintaan padi organik di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Proyeksi Produksi dan Pasar Padi Organik di Indonesia Tahun 2005-2009

(Kuintal)

Tahun Produksi Kebutuhan Pasar

2005 550 300 550 300

2006 557 179 660 360

2007 563 865 792 432

2008 570 519 950 918

2009 577 080 1 141 102

Sumber: Sulaeman (2007)

Berdasarkan Tabel 4, produksi padi organik di Indonesia terus mengalami peningkatan, meskipun tidak secara signifikan. Hal ini terlihat bahwa produksi padi organik pada tahun 2005 sebesar 550 300 Kuintal dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 577 080 Kuintal. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa


(30)

produksi padi organik Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini dikarenakan permintaan padi organik yang mengalami peningkatan setiap tahunnya belum diimbangi dengan peningkatan pada produksi padi organik.

Menurut Sulaeman (2007), ada tiga permasalahan dalam pemasaran produk organik yaitu dari segi supply, pemasaran, dan faktor eksternal. Permasalahan dari segi supply adalah terbatasnya jumlah supplier produk organik di Indonesia, kurangnya pemahaman filosofi organik di kalangan petani, secara umum masih dikelola secara tradisional dan skala kecil, keaslian produk organik (dibutuhkan sertifikasi), supply tidak konsisten baik (kualitas, kuantitas, dan kontinuitas), penanganan pasca panen yang kurang baik, kurangnya kerjasama antara supplier, serta kurangnya pengetahuan tentang produk organik. Permasalahan dari segi pemasaran yaitu kurangnya pengetahuan dan pemahaman konsumen tentang produk organik, penampilan produk dan packaging yang kurang menarik, harga lebih mahal, dan kurangnya promosi. Faktor eksternal yang menjadi permasalahan adalah masuknya produk organik impor yang menjadi pesaing petani organik lokal.

2.3. Faktor Produksi

Produksi adalah proses transformasi input menjadi output. Faktor produksi memiliki peran penting dalam proses produksi. Menurut Rahim dan Hastuti (2008), faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi usahatani yaitu: 1. Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produksi pertanian. Secara umum semakin luas lahan yang digarap, maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan. Nilai lahan pertanian dipengaruhi


(31)

beberapa hal yaitu kesuburan tanah, aksesibilitas terhadap pasar dan pusat pelayanan, topografi, status kepemilikan lahan, dan faktor lingkungan.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi. Terbatasnya jumlah tenaga kerja berakibat mundurnya waktu penanaman, sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan kualitas output. Upah tenaga kerja tergantung pada jenis kelamin, kualitas tenaga kerja, umur tenaga kerja, dan lama waktu bekerja.

3. Modal

Modal merupakan syarat mutlak berlangsungnya kegiatan usahatani. Modal berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap merupakan modal yang dapat digunakan dalam berkali-kali proses produksi, contohnya tanah, bangunan, dan mesin produksi. Modal tidak tetap adalah modal yang hanya dapat digunakan dalam satu kali proses produksi, misalnya pupuk dan bibit.

4. Pupuk

Pupuk merupakan nutrisi bagi tanaman. Pupuk sangat dibutuhkan tanaman untuk mencapai proses pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pemberian pupuk dengan dosis yang tepat dapat meningkatkan produksi dan kualitas output. Pupuk terbagi menjadi dua jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari penguraian sisa-sisa tanaman dan binatang, misal pupuk kandang, pupuk hijau, dan pupuk kompos. Pupuk anorganik adalah pupuk yang mengandung bahan kimia, misal pupuk urea, TSP, KCL, dan NPK.


(32)

5. Pestisida

Pestisida dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi hama dan penyakit. Pestisida ada yang bersifat organik dan anorganik. Pestisida organik terbuat dari bahan alami seperti tumbuhan sehingga tidak merusak unsur dan kandungan hara dalam tanah. Pestisida anorganik terbuat dari bahan kimia, jika digunakan dengan dosis yang tinggi akan mengakibatkan resisten terhadap hama. Penggunaan pestisida dengan dosis yang melebihi standar juga dapat menimbulkan pencemaran (tanah, air, dan udara), berdampak buruk terhadap kesehatan, dan merusak ekosistem lingkungan.

6. Benih

Benih yang digunakan dalam proses penanaman menentukan kualitas dan keunggulan dari suatu komoditas. Benih yang unggul menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Semakin unggul benih, semakin tinggi produksi yang dihasilkan.

7. Teknologi

Penggunaan teknologi dapat menciptakan rekayasa perlakuan tanaman dan mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. Penggunaan teknologi dalam pertanian misalnya adalah tanaman padi yang hanya dapat dipanen dua kali dalam setahun, tetapi dengan adanya teknologi dapat dipanen menjadi tiga kali dalam setahun.

8. Manajemen

Peran manajemen penting dalam pertanian. Peran manajemen dalam pertanian yaitu dalam hal perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengendalian (controlling), dan evaluasi (evaluation).


(33)

2.4. Analisis Pendapatan Usahatani

Usahatani adalah cara memanfaatkan dan memadukan sumberdaya yang terbatas untuk mencapai manfaat yang maksimal (Suratiyah, 2009). Penerimaan usahatani didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima petani dari penjualan produk usahatani. Penerimaan merupakan perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual output tersebut.

Biaya usahatani didefinisikan sebagai sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian input usahatani. Debertin (1986), membedakan biaya menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani walaupun belum berproduksi. Biaya tetap contohnya adalah biaya sewa lahan dan depresiasi mesin pertanian, bangunan, dan peralatan pertanian. Biaya variabel adalah biaya produksi yang berubah sesuai dengan tahapan produksi yang dilakukan. Biaya variabel contohnya adalah biaya benih, herbisida, insektisida, pupuk, dan lain-lain. Selisih antara penerimaan yang didapatkan dengan biaya usahatani disebut pendapatan usahatani.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu terkait pertanian padi organik yang dapat dijadikan referensi adalah penelitian Poetryani (2011), Prayoga (2010), dan Gultom (2011) yang dapat dilihat pada Tabel 5. Penelitian terdahulu terkait analisis produksi dan pendapatan adalah penelitian Amri (2011), Finanda (2011), dan Haryani (2009) yang dapat dilihat pada Tabel 6.


(34)

Tabel 5. Penelitian Terdahulu tentang Padi Organik

No. Peneliti/Judul Tujuan Metode Hasil

1. Antari Poetryani (2011)/

Analisis Perbandingan Efisiensi Usahatani Padi Organik dengan

Anorganik (Kasus: Desa

Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

1. Menganalisis

perbandingan efisiensi

usahatani padi organik dengan

anorganik dari sisi biaya produksi dan pendapatan.

2. Mengestimasi

perbandingan pendapatan usahatani padi organik dengan anorganik.

3. Mengidentifikasi faktor

yang berpengaruh

terhadap biaya produksi dan pendapatan usahatani

padi organik dengan

anorganik.

Analisis efisiensi

usahatani, analisis

pendapatan

usahatani, dan

analisis regresi

(OLS).

1.R/C ratio biaya total usahatani padi organik

sebesar 5.87, sedangkan R/C ratio biaya total

usahatani padi anorganik sebesar 3.43.

2.Pendapatan rata-rata usahatani padi organik

lebih besar dibandingkan usahatani padi

anorganik yaitu masing-masing sebesar

Rp 7.90 Juta dan Rp 6.81 Juta.

3.Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biaya

usahatani padi organik adalah jumlah benih dan tenaga kerja, sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan usahatani organik adalah biaya tenaga kerja, produksi gabah organik, dan harga gabah organik. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biaya usahatani padi anorganik adalah jumlah benih, jumlah pupuk TSP, dan harga benih, sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan adalah biaya tenaga kerja dan produksi gabah.

2. Adi Prayoga (2010)/

Produktivitas dan Efisiensi

Teknis Usahatani Padi Organik Lahan Sawah

Menganalisa produktivitas,

efisiensi teknis dan sumber in-efisiensi teknis padi organik, dan membandingkan dengan padi konvensional.

Pendekatan

produktivitas faktor

total, fungsi

produksi frontier,

dan model regresi linier.

Usahatani padi organik tahun ke-8 dan tahun ke-5 lebih produktif dibandingkan usahatani padi konvensional. Tingkat efisiensi teknis yang

dicapai bervariasi antara 0.47–0.96 dengan

rata-rata 0.70. Efisiensi teknis usahatani padi organik tahun ke-8 dan tahun ke-5 lebih tinggi dibandingkan usahatani padi konvensional. Hasil penelitian juga menemukan bahwa jumlah anggota keluarga usia produktif dan frekuensi mengikuti penyuluhan berpengaruh menurunkan in-efisiensi teknis.


(35)

Tabel 5. Lanjutan

No. Peneliti/Judul Tujuan Metode Hasil

3. Lamretta Gultom (2011)/

Analisis Pendapatan dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Produksi Usahatani Padi Sehat (Studi Kasus: Gapoktan Silih

Asih di Desa Ciburuy

Kecamatan Cigombong

Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat)

1. Menganalisis tingkat

pendapatan yang diperoleh dalam usahatani padi sehat

2. Menganalisis

faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi

usahatani padi sehat.

Analisis pendapatan dan analisis fungsi

produksi

Cobb-Douglas

1. Usahatani padi sehat secara umum

menguntungkan dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp 2 405 039.56 dan nilai R/C biaya total sebesar 1.22.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

padi sehat yaitu pupuk kompos, pupuk urea, pupuk phonska, dan pestisida nabati.

Tabel 6. Penelitian Terdahulu tentang Analisis Produksi dan Pendapatan

No. Peneliti/Judul Tujuan Metode Hasil

1. Alfian Nur Amri (2011)/

Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor)

1. Menganalisis penerapan

pedoman usahatani ubi kayu (POB) di Desa Pasirlaja.

2. Menganalisis pendapatan

petani dalam usahatani

ubi kayu di Desa

Pasirlaja.

3. Menganalisis efisiensi

penggunaan faktor-faktor produksi usahatani ubi kayu di Desa Pasirlaja.

Analisis kualitatif

penerapan pedoman usahatani ubi kayu, analisis pendapatan

usahatani, dan

analisis efisiensi.

1. Budidaya ubi kayu di Desa Pasirlaja belum

sepenuhnya sesuai dengan pedoman usahatani ubi kayu (POB). Ketidaksesuaian tersebut terletak pada struktur dan tekstur tanah, pola penanaman, dan proses pemupukan.

2. Pendapatan atas biaya tunai dari usahatani ubi

kayu sebesar Rp 10 799 012.60, sedangkan

pendapatan atas biaya total sebesar

Rp 6 279 598.36.

3. Analisis Efisiensi usahatani ubi kayu

menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi belum efisien secara ekonomi. Hal ini dikarenakan rasio antara NPM dan BKM pada masing-masing faktor produksi tidak sama dengan satu.


(36)

Tabel 6. Lanjutan

No. Peneliti/Judul Tujuan Metode Hasil

2. Ira Tria Finanda (2011)/

Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usaha Pembesaran Lele Dumbo (Studi Kasus: CV Jumbo Bintang Lestari)

1. Menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi usaha pembesaran lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari

2. Menganalisis efisiensi

produksi usaha

pembesaran lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari

3. Menganalisis pendapatan

usaha pembesaran lele

dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari

Analisis regresi

(OLS), analisis

efisiensi dan

analisis pendapatan.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha

pembesaran lele dumbo adalah padat

penebaran, pakan pelet, pakan tambahan, pupuk, probiotik, dan kapur.

2. Analisis efisiensi menunjukkan bahwa

faktor-faktor produksi belum efisien secara ekonomi, agar efisien padat penebaran harus dikurangi sedangkan pakan pelet dan pakan tambahan perlu ditambahkan. Pupuk, probiotik, dan kapur agar mencapai kondisi efisiensi secara

ekonomi, maka penggunaannya harus

berdasarkan dosis yang dianjurkan.

3. Total pendapatan usaha pembesaran lele

dumbo sebasar Rp 213 397 108 per periode pembesaran, dengan R/C sebesar 1.12.

3. Dewi Haryani (2009)/ Analisis

Efisiensi Usahatani Padi Sawah

Pada Program Pengelolaan

Tanaman dan Sumberdaya

Terpadu di Kabupaten Serang Propinsi Banten.

1. Menganalisis efisiensi

teknis, alokatif, dan

ekonomis petani padi

sawah pada peserta

program PTT dan bukan peserta program PTT.

2. Menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi

tingkat efisiensi petani

padi sawah pada peserta program PTT dan bukan peserta program PTT.

Analisis efisiensi

teknis, alokatif, dan

ekonomis, serta

fungsi produksi

frontier.

1. Petani program PTT memiliki efisiensi teknis

yang lebih tinggi dibandingkan petani bukan program PTT, namun secara alokatif dan ekonomis belum efisien.

2. Hasil estimasi usahatani padi diketahui bahwa

variabel benih, pupuk anorganik, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi baik pada petani program PTT, maupun petani bukan program PTT. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis pada petani program PTT adalah umur, pendidikan, dan dummy, sedangkan pada petani bukan program

PTT adalah pendidikan, dependency ratio,


(37)

2.6. Kebaruan Penelitian

Penelitian ini memiliki kebaruan dibandingkan dengan penelitian terdahulu. Perbedaan dengan penelitian Poetryani (2011), Prayoga (2010), dan Gultom (2011) adalah penelitian ini fokus membahas tentang faktor-faktor produksi dan analisis pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Amri (2011) dan Finanda (2011) adalah dalam hal spesifikasi komoditas yang diteliti, sumber data, lokasi penelitian, analisis efisiensi ekonomi, dan peran kelembagaan dalam penelitian.

Perbedaan dengan penelitian Haryani (2009) adalah penggunaan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) dengan alat analisis stochastic frontier dalam menentukan faktor produksi. Analisis efisiensi yang dilakukan pada penelitian Haryani (2009) dibagi menjadi efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi.


(38)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori yang digunakan terkait produksi dan pendapatan usahatani. Kerangka pemikiran teoritis yang mendukung penelitian yaitu teori tentang fungsi produksi dan analisis pendapatan usahatani.

3.1.1. Fungsi Produksi

Fungsi produksi menggambarkan hubungan teknis antara input dan output dalam suatu proses produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara output dan pengunaan input (Tasman, 2006). Menurut Debertin (1986), fungsi produksi didefinisikan sebagai hubungan perubahan input menjadi output. Fungsi produksi menjelaskan hubungan antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan berupa output dan variabel yang menjelaskan berupa input. Fungsi produksi secara matematis adalah sebagai berikut:

Y = f (X) ... (3.1) Keterangan :

Y = Output

X = Input produksi

Fungsi produksi Cobb-Douglas (Cobb-Douglas production function) aslinya terdiri dari dua variabel yaitu tenaga kerja dan modal dengan asumsi constant return to scale. Bentuk matematis fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut (Debertin, 1986):


(39)

Jika diubah ke dalam bentuk linear:

Ln Y = Ln A + α Ln X1 + (1-α) Ln X2…...……...……... (3.3)

Berdasarkan persamaan 3.3 dapat diketahui bahwa output (Y), tenaga kerja (X1), dan modal (X2). Konstanta α (alpha) merupakan elastisitas dalam

kaitannya dengan penggunaan tenaga kerja, sedangkan (1-α) adalah elastisitas yang berkaitan dengan penggunaan modal. Menurut Doll dan Orazem (1984), karakteristik fungsi produksi Cobb-Douglas yaitu:

1. Hasil penjumlahan koefisien elastisitas faktor produksi menunjukkan homogeneus degree one atau fungsi produksi constant return to scale.

2. Fungsi produksi menunjukkan diminishing marginal return.

3. Fungsi dapat ditransformasikan dalam bentuk linear dengan melogaritmakan atau dengan logaritma natural.

Tolak ukur dalam menggambarkan hubungan antara input dan output dalam fungsi produksi yaitu:

1. Marginal Physical Product (MPP) atau produk marginal yaitu perubahan output yang dihubungkan dengan peningkatan penggunaan satu satuan input (Debertin, 1986). Hubungan output dan input terjadi dalam tiga kemungkinan yaitu constant rate, increasing rate, dan decreasing rate. Constant rate dapat diartikan bahwa setiap penambahan satu-satuan unit input X dapat menyebabkan tambahan satu-satuan unit output Y secara proporsional. Bila penambahan satu-satuan unit input X menyebabkan satu-satuan unit output Y yang semakin meningkat secara tidak proposional disebut dengan increasing rate. Bila penambahan satu-satuan unit input X menyebabkan satu-satuan unit output Y menurun disebut decreasing rate.


(40)

MPP= ... (3.4) 2. Average Physical Product (APP) didefinisikan sebagai rasio antara output dengan input. Total Physical Product (TPP) atau produksi total adalah jumlah seluruh output yang dihasilkan dalam proses produksi (Debertin, 1986).

APP = ... (3.5) Hubungan antara MPP, APP, dan TPP dapat digunakan untuk menentukan elastisitas produksi. Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan output

yang dibagi dengan persentase perubahan input produksi yang digunakan (Debertin, 1986).

Elastisitas produksi (Ep) = = MPP/APP ... (3.6)

Menurut Debertin (1986), fungsi produksi dibagi menjadi tiga daerah produksi yaitu daerah I, daerah II, dan daerah III (Gambar 1). Batas daerah I yaitu dari penggunaan input sama dengan nol sampai dengan MPP=APP. Daerah I memiliki nilai elastisitas produksi lebih besar dari satu (Increasing Return to Scale). Elastisitas produksi lebih besar dari satu yang berarti bahwa setiap kenaikan input produksi sebesar satu persen akan meningkatkan produksi lebih besar dari satu persen. Kondisi ini dicapai saat kurva MPP berada di atas kurva APP. Daerah I disebut daerah irrasional, karena keuntungan maksimum belum tercapai dan produksi dapat ditingkatkan dengan penambahan input produksi.

Daerah II disebut daerah rasional karena pada daerah ini keuntungan maksimum dan output maksimum dapat tercapai. Daerah II mulai dari MPP=APP sampai dengan MPP bernilai nol. Nilai elastisitas produksi pada daerah II yaitu nol sampai dengan satu. Elastisitas produksi sama dengan satu terjadi pada saat


(41)

produksi rata-rata maksimum atau ketika MPP=APP. Pada daerah ini dengan penggunaan input produksi tertentu akan menghasilkan output yang optimal dan keuntungan maksimum dapat tercapai. Elastisitas produksi sama dengan nol dicapai saat produksi total (TPP) mencapai maksimum atau saat produksi marjinal sama dengan nol.

Sumber: Debertin (1986)

Gambar 1. Fungsi Produksi dan Tiga Daerah Produksi

X (input)

STAGE I STAGE

II

STAGE III

X1

TPP

MPP

APP Y (output)

X2 X3

Y (output)

X (input)


(42)

Daerah III dimana fungsi produksi menurun dan MPP bernilai negatif. Daerah III mempunyai nilai elastisitas produksi lebih kecil dari nol karena MPP bernilai negatif. Daerah ini disebut daerah irrasional, karena setiap penambahan satu persen input produksi menyebabkan penurunan produksi yang dihasilkan.

3.1.2. Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan (Debertin, 1986). Oleh karena itu, untuk menghitung pendapatan usahatani diperlukan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual output.

TR = Y . PY ... (3.7)

Keterangan:

TR = Total Revenue (Rp)

Y = Output yang dihasilkan (Kg) PY = Harga output (Rp/Kg)

Biaya usahatani adalah biaya yang dikeluarkan dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Biaya digolongkan menjadi dua jenis yaitu fixed cost dan variable cost (Debertin, 1986). Fixed cost atau biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang harus dikeluarkan petani walaupun belum berproduksi. Contoh biaya tetap adalah sewa tanah dan depresiasi alat-alat pertanian. Variable cost atau biaya variabel adalah biaya produksi yang berubah sesuai dengan output yang dihasilkan, contohnya pembayaran untuk benih, pupuk, herbisida, insektisida, dan sebagainya. Rumus total biaya variabel (VC) dijabarkan pada persamaan (3.9), sedangkan rumus biaya total dijabarkan pada persamaan (3.8).


(43)

TC = FC + VC ... (3.8) VC = Px. X ... (3.9)

Keterangan:

TC = Total Cost (Rp) FC = Total Fixed Cost (Rp) VC = Total Variabel Cost (Rp) Px = Harga input (Rp/Kg)

X = Jumlah input yang digunakan (Kg)

Jadi pendapatan yang diterima petani merupakan pengurangan antara penerimaan dengan biaya total atau dirumuskan pada persamaan (3.10).

π

= TR – TC ... (3.10) Keterangan:

π

= Pendapatan (Rp) TR = Penerimaan Total (Rp) TC = Biaya Total(Rp)

Biaya produksi dibagi menjadi dua yaitu cash cost atau biaya tunai dan noncash cost atau biaya diperhitungkan (Doll dan Orazem, 1984). Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi, misalnya biaya bahan bakar, upah tenaga kerja, benih, pupuk, dan lain-lain. Biaya diperhitungkan terdiri dari biaya depresiasi, pembayaran sumberdaya yang dimiliki oleh petani, dan tenaga kerja dalam keluarga.

Perbandingan penerimaan dan biaya (R/C ratio) digunakan untuk mengetahui efisiensi dan kelayakan usahatani (Soekartawi, 1995). R/C ratio


(44)

merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Analisis ini menunjukkan penerimaan yang diperoleh dari setiap biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani.

Semakin besar nilai R/C ratio, maka semakin besar penerimaan dibandingkan biaya yang dikeluarkan. Jika R/C ratio > 1, artinya setiap biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar atau usahatani menguntungkan. Apabila R/C ratio < 1, berarti biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil atau usahatani tidak menguntungkan. Jika R/C ratio = 1, perbandingan antara penerimaan dan biaya seimbang atau berada pada keuntungan normal.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian diketahui bahwa produksi padi Kabupaten Bogor rendah yaitu hanya menyumbang 4.59 Persen dari produksi padi Jawa Barat pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan perlu adanya upaya untuk mengembangkan sektor pertanian di Kabupaten Bogor.

Berbagai kendala dan hambatan dalam mengembangkan sektor pertanian seperti sulitnya akses terhadap modal dan budidaya yang tidak memperhatikan keberlangsungan ekosistem, sehingga menginspirasi dibentuknya LK. KKT-LK tidak hanya memberikan bantuan modal, sarana produksi, pemasaran output, dan penyuluhan pertanian, namun juga melatarbelakangi pertanian semiorganik di Kecamatan Cigombong.

Penelitian ini menganalisis faktor produksi dan perbandingan pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik serta berdasarkan keanggotaan dalam KKT-LK. Fungsi produksi Cobb-Douglas diestimasi menggunakan metode OLS


(45)

untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik. Pendapatan usahatani dilakukan dengan membandingkan berdasarkan usahatani padi semiorganik dan anorganik, keanggotaan dalam KKT-LK, dan status penguasaan lahan. Gambaran penelitian dapat dilihat pada kerangka pemikiran operasional (Gambar 2).

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Usahatani padi di Kecamatan Cigombong

Usahatani padi semiorganik Usahatani padi anorganik

Faktor produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik (kriteria ekonomi, statistik, dan ekonometrika)

Pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik anggota dan non anggota

KKT-LK (pendapatan berdasarkan usahatani padi semiorganik dan anorganik, keanggotaan dalam

KKT-LK, dan status penguasaan lahan)

Rekomendasi peningkatan produksi dan pendapatan usahatani padi Anggota KKT-LK Non anggota KKT-LK

Pertanian berkelanjutan Kelembagaan pertanian Rendahnya produksi padi Kabupaten Bogor


(46)

IV. METODOLOGI

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Ciburuy, Desa Cisalada, dan Desa Ciadeg Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa ketiga desa tersebut merupakan daerah pertanian di Kecamatan Cigombong yang sebagian besar petaninya menerapkan usahatani padi semiorganik dan letak ketiga desa yang saling berdekatan sehingga memiliki karakteristik geografis yang sama. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah karena di Desa Ciburuy terdapat KKT-LK yang merupakan lembaga formal sebagai penyalur dan penyedia kredit pertanian. Pertimbangan dalam menentukan lokasi penelitian di Desa Cisalada dan Desa Ciadeg adalah karena sebagian besar petani padi di Desa Ciburuy merupakan anggota KKT-LK, sehingga perlunya responden dari Desa Cisalada dan Desa Ciadeg yang merupakan non angota KKT-LK. Pengumpulan data primer dilaksanakan dari bulan April sampai Mei 2012, sedangkan penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2013.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan petani sampel, ketua Gapoktan Silih Asih, dan pengurus KKT-LK. Teknik wawancara menggunakan kuesioner. Data sekunder yang mendukung penelitian diperoleh dari literatur yang relevan dengan topik yang diteliti, penelitian terdahulu, jurnal, artikel, Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, dan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP).


(47)

4.3. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel meliputi informan dan responden. Informan meliputi pengurus KKT-LK, ketua Gapoktan Silih Asih, dan ketua kelompok tani yang merupakan pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai KKT-LK dan usahatani padi. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik nonprobability sampling dengan menentukan sampel penelitian berdasarkan ciri-ciri khusus yang memiliki keterkaitan dan mewakili segala lapisan populasi (Muhamad, 2008). Ciri-ciri khusus tersebut yaitu berdasarkan status usahatani dan keanggotaan dalam KKT-LK. Metode purposive sampling dilakukan karena tidak tersediaanya kerangka sampel.

Sampel dalam penelitian meliputi empat strata, yaitu usahatani padi semiorganik anggota LK, usahatani padi semiorganik non anggota KKT-LK, usahatani padi anorganik anggota KKT-KKT-LK, dan usahatani padi anorganik non anggota KKT-LK. Sampel usahatani padi pada Tabel 7.

Tabel 7. Sampel Usahatani Padi

(Orang)

Usahatani

Desa Ciburuy Desa Cisalada Desa Ciadeg

Jumlah KKT-LK Non KKT-LK KKT-LK Non KKT-LK KKT-LK Non KKT-LK

Semiorganik 30 17 0 8 0 5 60

Anorganik 6 8 1 7 0 7 29

Jumlah 36 25 1 15 0 12 89

Sumber: Data Primer (2012) 4.4. Metode Analisis Data

Data penelitian dianalisis secara kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan komputer dengan aplikasi program Microsoft Excel 2010 dan EViews 7. Tabel keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data, dan metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 8.


(48)

Tabel 8. Tabel Keterkaitan Tujuan Penelitian, Sumber Data, dan Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

1. Menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi usahatani padi semiorganik dan anoganik.

Data primer OLS (ordinary least

squares) dari fungsi produksi Cobb-Douglas

2. Membandingkan pendapatan

usahatani padi semiorganik dan

anorganik, keanggotaan dalam

KKT-LK, dan status penguasaan lahan.

Data primer Analisi pendapatan

4.4.1. Analisis Faktor Produksi

Analisis faktor produksi menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS. Fungsi produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik dijabarkan pada persamaan (4.1) dan persamaan (4.2).

a. Fungsi produksi usahatani padi semiorganik

Ln YSi = Ln α0+ α1 Ln LLi+ α2 Ln BNi+ α3 Ln KPSi+ α4 Ln KDGi+ α5 Ln

UREAi+ α6 Ln NPKi+ α7 Ln TKSLi+ α8 D1i+e1i ... (4.1)

Keterangan:

i = Petani padi semiorganik ke-i (1,2,3,...,60) YSi = Produksi padi semiorganik (Kg/Ha)

LLi = Luas lahan (Ha)

BNi = Jumlah benih (Kg/Ha)

KPSi = Jumlah pupuk kompos (Kg/Ha)

KDGi = Jumlah pupuk kandang (Kg/Ha)

UREAi = Jumlah pupuk urea (Kg/Ha)

NPKi = Jumlah pupuk NPK (Kg/Ha)

TKSLi = Jumlah tenaga kerja setara laki-laki (HOK/Ha)

D1i = Keanggotaan dalam KKT-LK (1 = anggota, 0 = non


(49)

α0 = Intersep

α1,α2,α3,..,α8 = Parameter variabel independen

e1 = Residual

Nilai estimasi parameter yang diharapkan adalah: α1,α2,α3,..,α8 > 0

b. Fungsi produksi usahatani padi anorganik

Ln YAi = Ln β0+β1 Ln LLi+β2 Ln BNi+β3 Ln KPSi+β4 Ln UREAi+β5 Ln

KCLi+ β6 Ln NPKi+β7 Ln Pi+ β8 Ln TKSLi+β9 D1i+e2i ... (4.2)

Keterangan:

i = Petani padi anorganik ke-i (1,2,3,...,29) YAi = Produksi padi anorganik (Kg/Ha)

LLi = Luas lahan (Ha)

BNi = Jumlah benih (Kg/Ha)

KPSi = Jumlah pupuk kompos (Kg/Ha)

UREAi = Jumlah pupuk urea (Kg/Ha)

KCLi = Jumlah pupuk KCL (Kg/Ha)

NPKi = Jumlah pupuk NPK (Kg/Ha)

Pi = Jumlah pestisida (Lt/Ha)

TKSLi = Jumlah tenaga kerja setara laki-laki (HOK/Ha)

D1i = Keanggotaan dalam KKT-LK (1 = anggota, 0 = non

anggota) β0 = Intersep

β1,β2,β3,...,β9 = Parameter variabel independen


(50)

Nilai estimasi parameter yang diharapkan adalah: β1,β2,β3,...,β9 > 0

Fungsi produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik diestimasi menggunakan metode OLS. Metode OLS menurut Teorema Gauss Markov akan menghasilkan model regresi linear yang baik, linear, tak bias, estimator atau dikenal dengan penaksiran BLUE (Gujarati, 1978). Menurut Sitepu dan Sinaga (2006), dalam sebuah model regresi linear berganda yang diestimasi dengan menggunakan metode OLS terdapat beberapa asumsi yang mendasarinya yaitu:

1. Ui adalah error dari variabel rill dan memiliki distribusi normal.

2. Nilai rata-rata dari Ui setiap periode tertentu sama dengan nol, dapat dituliskan

dengan E(Ui) = 0.

3. Error term Ui dari variabel yang menjelaskan X tidak berkorelasi, dapat

dituliskan dengan cov (Ui, Xi) = 0.

4. Varian dari Ui adalah konstan setiap periode (homoscedasticity), dapat

dituliskan dengan var (Ui2) = σ2 (σ2 = konstan).

5. Error term, U dari pengamatan yang berbeda-beda (Ui, Uj) tidak saling

tergantung (independent), atau dapat dituliskan dengan cov (Ui, Uj) = 0. Hal ini

dikenal dengan asumsi tidak ada autokorelasi.

6. Tidak ada korelasi sempurna antara variabel bebas atau tidak ada masalah multicollinearity.

4.4.1.1. Evaluasi Model

Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi model ekonometrika adalah kriteria ekonomi dan statistika (Sinaga, 2011). Kriteria ekonomi memeriksa


(51)

apakah tanda dan besaran parameter estimasi sesuai dengan yang diharapkan menurut teori ekonomi dan pengalaman empiris. Kriteria statistika memeriksa apakah parameter-parameter model yang diestimasi memenuhi asumsi dan uji statistika. Kriteria statistika dengan melihat nilai R-sq, uji statistik-F, dan uji statistik-t masing-masing parameter estimasi.

4.4.1.2. Kriteria Uji Statistik

Menurut Koutsoyiannis (1977), koefisien determinasi (R-sq) menunjukkan proporsi keragaman variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Selang nilai R-sq adalah 0 < R-sq < 1. Jika nilai R-sq semakin tinggi atau mendekati satu, maka semakin baik model karena semakin besar keragaman variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen.

... (4.3) Uji statistik-F digunakan untuk melihat apakah semua variabel independen secara bersama-sama dapat menjelaskan variabel dependennya. Adapun tahapan uji statistik-F adalah sebagai berikut (Juanda, 2009):

a. Perumusan hipotesis H0 : β1 =β2...= βi = 0

H1 : minimal ada satu βi≠ 0

b. Perhitungan nilai Fhitung

... (4.4) Keterangan:

dbr = derajat bebas regresi (k-1) dbe = derajat bebas residual(n-k)


(52)

k = jumlah parameter regresi (β0,…,βk)

n = jumlah pengamatan (n = 1, 2, 3,…,n) c. Penentuan penerimaan atau penolakan H0 jika:

Fhitung < Ftabel atau Pvalueuji statistik F > α……. terima H0

Fhitung > Ftabel atau Pvalueuji statistik F < α ……. tolak H0

d. Apabila tolak H0, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen

dalam persamaan secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel dependen dengan baik.

Uji statistik-t untuk menguji masing-masing variabel independen pada fungsi produksi berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen pada taraf α = 0.20.

a. Pengujian hipotesis H0 : βi = 0

H1 : βi > 0

b. Nilai statistik-t masing-masing parameter regresi dapat diketahui dari hasil perhitungan komputer. Uji-t dapat dirumuskan sebagai berikut:

... (4.5) Keterangan:

βi = estimasi nilai koefisien regresi atau parameter βi

Sβi = estimasi standar residual dugaan parameter βi

Kriteria uji:

thitung < ttabel atau Pvalueuji statistik-t > α ……. terima H0


(1)

Lampiran 13. Lanjutan

No Uraian

Usahatani Padi

Semiorganik Anorganik Anggota Non Anggota

Semiorganik Anorganik

Anggota Non Anggota Anggota Non Anggota

b. Penyusutan Alat 30 695.18 35 069.52 30 283.24 33 886.03 29 901.46 31 488.89 31 428.57 36 283.16

c. Tenaga Kerja Dalam Keluarga

c.1 TK Laki-laki 1 464 202.91 1 486 419.84 1 396 001.97 1 524 481.49 1 529 270.85 1 399 134.98 996 195.34 1 649 828.00

c.2 TK Perempuan 378 817.29 290 000.00 367 146.46 325 441.18 450 719.70 330 882.35 200 000.00 320 000.00

Total Biaya Diperhitungkan 1 873 715.38 1 811 489.35 1 793 431.67 1 883 808.69 2 009 892.01 1 761 506.22 3 493 950.44 2 006 111.17 4 Biaya Total (2+3) 11 548 429.15 11 042 060.96 11 407 012.07 11 328 160.31 11 925 497.63 10 744 231.11 9 295 954.24 11 604 448.06 5 Pendapatan atas biaya tunai (1-2) 3 382 714.46 1 215 159.30 2 323 662.75 2 618 735.13 3 663 218.57 3 553 307.39 1 210 496.20 1 991 804.32 6 Pendapatan atas biaya total (1-4) 1 508 999.08 -596 330.05 530 231.08 734 926.44 1 653 326.56 1 791 801.17 -2 283 454.24 -14 306.85

7 R/C ratio atas biaya tunai (1/2) 1.35 1.13 1.24 1.28 1.37 1.40 1.21 1.21

8 R/C ratio atas biaya total (1/4) 1.13 0.95 1.05 1.06 1.14 1.17 0.75 1.00

Sumber: Data Diolah (2012)


(2)

(Rp/Ha/MT)

No Uraian

Usahatani Padi

Pemilik Sewa Bagi hasil

Semiorganik Anorganik

Milik Sewa Bagi hasil Pemilik Sewa Bagi hasil

1 Penerimaan 14 609 341.40 15 617 869.63 7 361 464.99 14 946 710.92 16 372 116.95 7 853 456.84 13 934 602.36 14 109 375.00 6 869 473.14

2 Biaya Tunai

a. Benih 143 230.12 159 480.11 76 662.18 134 975.76 157 251.42 76 030.06 159 738.83 163 937.50 77 294.31

b. Pupuk Kompos 1 901 233.29 1 978 231.06 1 114 317.78 2 007 389.71 2 104 846.59 1 095 331.99 1 688 920.45 1 725 000.00 1 133 303.57

c. Pupuk Kandang 131 833.33 123 863.64 86 952.38 131 833.33 67 727.27 82 863.10 0.00 180 000.00 91 041.67

d. Pupuk Urea 388 055.22 421 157.41 197 577.51 327 425.11 366 611.11 192 154.27 509 315.45 530 250.00 203 000.76

e. Pupuk TSP 143 970.67 133 528.62 78 425.29 140 835.78 153 417.93 87 981.91 150 240.45 93 750.00 68 868.68

f. Pupuk KCL 102 016.79 91 687.50 59 215.17 62 500.00 123 750.00 75 000.00 79 033.58 59 625.00 51 322.75

g. Pupuk NPK 0.00 322 348.48 141 248.46 0.00 469 696.97 153 703.70 0.00 175 000.00 135 020.83

h. Pestisida 137 878.49 41 875.00 38 616.30 0.00 0.00 0.00 137 878.49 41 875.00 38 616.30

i. Biopestisida 0.00 48 000.00 9 695.83 0.00 48 000.00 19 391.67 0.00 0.00 0.00

j. Tenaga Kerja luar keluarga


(3)

Lampiran 14. Lanjutan

No Uraian

Usahatani Padi

Pemilik Sewa Bagi hasil

Semiorganik Anorganik

Pemilik Sewa Bagi hasil Pemilik Sewa Bagi hasil

3 Biaya diperhitungkan

a. Sewa Lahan 1 770 044.95 0.00 2 038 204.07 1 741 339.87 0.00 1 911 426.69 1 827 455.11 0.00 2 164 981.45

b. Penyusutan Alat 32 740.74 33 216.67 31 644.22 32 166.67 29 241.67 30 677.19 33 888.89 41 166.67 32 611.26

c. Tenaga Kerja Dalam Keluarga

c.1 TK Laki-laki 1 894 638.60 1 153 297.48 1 396 772.14 1 575 100.27 1 278 774.35 1 538 734.12 2 533 715.26 902 343.75 1 254 810.17 c.2 TK Perempuan 258 823.53 380 202.02 348 958.33 317 647.06 340 303.03 447 916.67 200 000.00 460 000.00 250 000.00 Total Biaya Diperhitungkan 3 956 247.82 1 566 716.17 3 815 578.77 3 666 253.86 1 648 319.05 3 928 754.67 4 595 059.26 1 403 510.42 3 702 402.87 4 Biaya Total (2+3) 12 346 674.45 11 637 387.65 9 863 472.39 12 259 398.34 11 055 024.34 10 062 494.07 12 010 443.10 12 291 888.89 9 639 954.45 5 Pendapatan atas biaya tunai (1-2) 6 218 914.77 5 547 198.15 1 313 571.37 6 353 566.44 6 965 411.66 1 719 717.45 6 519 218.51 3 220 996.53 931 921.56 6 Pendapatan atas biaya total (1-4) 2 262 666.95 3 980 481.98 -2 502 007.40 2 687 312.58 5 317 092.61 -2 209 037.22 1 924 159.26 1 817 486.11 -2 770 481.31

7 R/C ratio atas biaya tunai (1/2) 1.74 1.55 1.22 1.74 1.74 1.28 1.88 1.30 1.16

8 R/C ratio atas biaya total (1/4) 1.18 1.34 0.75 1.22 1.48 0.78 1.16 1.15 0.71

Sumber: Data Diolah (2012)


(4)

Penguasaan Lahan

(Rp/Ha/MT)

No Uraian

Usahatani Padi

Semiorganik Anggota Semiorganik Non Anggota Anorganik

Anggota Anorganik Non Anggota Pemilik Sewa Bagi hasil Pemilik Sewa Bagi hasil Bagi hasil Pemilik Sewa Bagi hasil

1 Penerimaan 15 697 500.00 16 774 900.57 8 264 072.02 14 195 921.84 15 969 333.33 7 442 841.67 7 012 500.00 13 934 602.36 14 109 375.00 6 726 446.28

2 Biaya Tunai

a. Benih 132 296.30 154 669.51 77 098.25 137 655.23 159 833.33 74 961.87 79 883.38 159 738.83 163 937.50 74 705.23

b. Pupuk Kompos 2 047 500.00 2 288 693.18 1 206 328.75 1 967 279.41 1 921 000.00 984 335.23 1 275 107.14 1 688 920.45 1 725 000.00 991 500.00

c. Pupuk Kandang 112 000.00 67 727.27 105 250.00 151 666.67 0.00 60 476.19 80 000.00 0.00 180 000.00 102 083.33

d. Pupuk Urea 278 518.52 333 333.33 207 309.33 376 331.70 399 888.89 176 999.21 216 552.48 509 315.45 530 250.00 189 449.04

e. Pupuk TSP 129 166.67 144 280.30 89 141.41 152 504.90 162 555.56 86 822.42 69 877.98 150 240.45 93 750.00 67 859.38

f. Pupuk KCL 0.00 0.00 0.00 125 000.00 123 750.00 75 000.00 58 571.43 79 033.58 59 625.00 44 074.07

g. Pupuk NPK 0.00 469 696.97 153 703.70 0.00 0.00 0.00 95 625.00 0.00 175 000.00 174 416.67

h. Pestisida 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 33 586.73 137 878.49 41 875.00 43 645.87

i. Biopestisida 0.00 48 000.00 19 391.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

j. Tenaga Kerja luar keluarga


(5)

Lampiran 15. Lanjutan

No Uraian

Usahatani Padi

Semiorganik Anggota Semiorganik Non Anggota Anorganik

Anggota Anorganik Non Anggota Pemilik Sewa Bagi hasil Pemilik Sewa Bagi hasil Bagi hasil Pemilik Sewa Bagi hasil

3 Biaya diperhitungkan

a. Sewa Lahan 1 394 444.44 0.00 1 942 982.46 2 088 235.29 0.00 1 879 870.93 2 266 326.53 1 827 455.11 0.00 2 063 636.36

b. Penyusutan Alat 32 000.00 29 416.67 28 287.72 32 333.33 29 066.67 33 066.67 31 428.57 33 888.89 41 166.67 33 793.94

c. Tenaga Kerja Dalam Keluarga

c.1 TK Laki-laki 2 362 500.00 834 632.03 1 390 680.51 787 700.53 1 722 916.67 1 686 787.73 996 195.34 2 533 715.26 902 343.75 1 513 425.00

c.2 TK Perempuan 0.00 360 606.06 540 833.33 317 647.06 320 000.00 355 000.00 200 000.00 200 000.00 460 000.00 300 000.00

Total Biaya

Diperhitungkan 3 788 944.44 1 224 654.76 3 902 784.02 3 225 916.22 2 071 983.33 3 954 725.33 3 493 950.44 4 595 059.26 1 403 510.42 3 910 855.30

4 Biaya Total (2+3) 12 746 111.11 11 108 446.67 10 231

506.76 11 455 038.51 10 195 927.78 9 645 386.00 9 295 954.24 12 010 443.10 12 291 888.89 9 983 954.67

5 Pendapatan atas biaya

tunai (1-2) 6 740 333.33 6 891 108.66 1 935 349.28 5 966 799.55 7 845 388.89 1 752 180.99 1 210 496.20 6 519 218.51 3 220 996.53 653 346.92

6 Pendapatan atas biaya

total (1-4) 2 951 388.89 5 666 453.90 -1 967 434.74 2 740 883.33 5 773 405.56 -2 202 544.34 -2 283 454.24 1 924 159.26 1 817 486.11 -3 257 508.39

7 R/C ratio atas biaya tunai

(1/2) 1.75 1.70 1.31 1.73 1.97 1.31 1.21 1.88 1.30 1.11

8 R/C ratio atas biaya total

(1/4) 1.23 1.51 0.81 1.24 1.57 0.77 0.75 1.16 1.15 0.67

Sumber: Data Diolah (2012)


(6)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Mei 1990, dari pasangan

Bachrudin dan Sugiarti. Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1995 di

Taman Kanak-kanak Harapan Jaya Jakarta Utara dan melanjutkan pendidikan di

Sekolah Dasar Negeri 06 Jakarta Timur pada tahun 1996 hingga 2002. Penulis

melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 103 Jakarta Timur

dan lulus pada tahun 2005. Pendidikan SMA diselesaikan di SMA Negeri 98

Jakarta Timur pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan di perguruan

tinggi negeri yaitu Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI), diterima sebagai

mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen.

Selama kuliah penulis aktif di beberapa organisasi kampus, seperti

Leadership and Entrepreneurship School

yang dilaksanakan oleh BEM-KM IPB,

Himpunan Profesi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (REESA) sebagai staff

divisi

Campus Social Responsibility

(CSR) periode 2009-2010 dan ketua divisi

CSR pada periode 2011, Club Ekonomi Pertanian-REESA periode

2010-2011, dan Club Fotografi BEM-FEM tahun 2010-2011. Selain itu, penulis

merupakan salah satu penerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA).