Nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi untuk karakter bobot buah total per tanaman dimiliki oleh genotipe hibrida IPB C159 x IPB C2 yaitu sebesar
68.12 dan 29.70 Tabel 17. Selain hibrida IPB C159 x IPB C2, genotipe hibrida IPB C159 x IPB C111, IPB C120 x IPB C5, dan IPB C111 x IPB 2 juga
memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis positif. IPB C120 x IPB C5 juga merupakan genotipe yang memiliki bobot buah total pertanaman tertinggi.
Tabel 17 Nilai rata-rata bobot buah total per tanaman P1, P2, dan F1 serta nilai heterosis dan heterobeltiosis
Genotipe IPB C-
Bobot buah total g Heterosis
Heterobeltiotis P1
P2 F1
159×120 65.86
231.77 205.00
37.76
abcd
-11.55 159×111
65.86 102.91
118.39 40.29
cd
15.04 159×19
65.86 194.40
109.25 -16.05
d
-43.80 159×5
65.86 262.28
263.77 55.61
ab
-2.66 159×2
65.86 121.31
157.33
68.12
bcd
29.70
120×111 231.77
102.91 143.10
-14.49
bcd
-38.26 120×19
231.77 194.40
196.81 -7.64
abcd
-15.08 120×5
231.77 262.28
296.56 13.10
a
6.52 120×2
231.77 121.31
193.68 9.71
abcd
-16.43 111×19
102.91 194.40
163.22 9.79
bcd
-16.04 111×5
102.91 262.28
167.15 -8.46
abcd
-36.27 111×2
102.91 121.31
126.92 13.21
cd
4.63 19×5
194.40 262.28
250.19 9.57
abc
-4.61 19×2
194.40 121.31
142.61 -9.66
bcd
-26.64 5×2
262.28 121.31
229.15 19.48
abcd
-12.63
angka diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5
Karakter produktivitas Pendugaan nilai heterosis dan heterobeltios produktivitas ditunjukkan pada
Tabel 18. Nilai rataan produktivitas pada tetua berkisar 1.41-5.60 ton ha
-1
, sedangkan produktivitas hibridanya berkisar 2.33-6.33 ton ha
-1
Menurut Shrestha et al. 2011, persilangan antara tetua yang memiliki produktivitas rendah dapat menghasilkan heterosis dan heterobeltiosis paling
tinggi serta menghasilkan produktivitas yang lebih baik daripada kedua tetuanya. Hal tersebut terjadi pada genotipe IPB C159 x IPB C2 yang memiliki nilai
heterosis dan heterobeltiosis paling tinggi serta memiliki produktivitas lebih baik dari kedua tetuanya yang berproduktivitas rendah. Genotipe IPB C159 x IPB
C111, IPB C159 x IPB C5, IPB C120 x IPB C5, dan IPB C111 x IPB C2 merupakan genotipe yang memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis positif serta
produktivitas lebih baik daripada kedua tetuanya. . Berdasarkan nilai
heterosis dan heterobeltiosisnya, peningkatan produktivitas pada hibridanya cukup tinggi yaitu antara -16.08-68.04 dan -43.83-29.61. Nilai heterosis dan
heterobeltiosis tertinggi sekitar 68.04 dan 29.61 dimiliki oleh genotipe hibrida IPB C159 x IPB C2. Hasil penelitian Payakhapaab et al. 2012 nilai tertinggi
heterosis dan heterobeltiosis pada karakter produktivitas cabai lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian ini yaitu 77.94 dan 72.96.
Tabel 18 Nilai rata-rata produktivitas P1, P2, dan F1 serta nilai heterosis dan heterobeltiosis
Genotipe IPB C-
Produktivitas ton ha
-1
Heterosis Heterobeltiotis
P1 P2
F1 159×120
1.41 4.95
4.37 37.65
abcd
-11.64 159×111
1.41 2.20
2.53 40.13
cd yy
14.82 159×19
1.41 4.15
2.33 -16.08
d yyy
-43.83 159×5
1.41 5.60
5.63 60.67
ab yy
0.50 159×2
1.41 2.59
3.36 68.04
bcd y
29.61
120×111 4.95
2.20 3.05
-14.54
bcd y
-38.26 120×19
4.95 4.15
4.20 -7.66
abcd
-15.08 120×5
4.95 5.60
6.33 20.01
a yyy
12.99 120×2
4.95 2.59
4.13 9.69
abcd
-16.43 111×19
2.20 4.15
3.48 9.76
bcd y
-16.09 111×5
2.20 5.60
3.57 -8.50
bcd y
-36.31 111×2
2.20 2.59
2.71 13.17
cd yy
4.56 19×5
4.15 5.60
5.34 9.52
abc y
-4.68 19×2
4.15 2.59
3.04 -9.68
bcd y
-26.64 5×2
5.60 2.59
4.89 19.45
abcd
-12.63
angka diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5
Nilai rataan produktivias paling tinggi dimiliki oleh genotipe IPB C120 x IPB C5 sebesar 6.33 ton ha
-1
. Produktivitas tersebut lebih rendah dibandingkan produktivitas IPB C120 x IPB C5 pada penelitian Marliyanti et al. 2013 sebesar
23.75 ton ha
-1
Daya Gabung
. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa tanaman contoh yang mati terserang penyakit layu fusarium dan layu bakteri sehingga produktivitas
yang dihasilkan tidak maksimal. Penanganan yang dilakukan untuk mengatasi serangan penyakit tersebut dengan mencabut tanaman yang mati dan
membuangnya jauh dari lahan sekitar tanaman cabai. Pencegahan yang dapat dilakukan dengan pengaplikasikan fungisida dan bakterisida setiap minggu sekali.
Menurut Syukur 2010c, pengujian daya gabung dan pendugaan nilai heterosis penting dilakukan untuk indentifikasi calon tetua. Daya gabung
digunakan untuk menentukan arah varietas yang diinginkan hibrida atau bersari bebas. Berdasarkan Tabel 19, 20, dan 21, analisis keragaman karakter vegetatif
dan generatif hasil persilangan half Diallel genotipe cabai menunjukkan bahwa genotipe-genotipe yang diuji berbeda nyata pada semua karakter yang diamati
kecuali lebar tajuk. Menurut Janulia 2010, hal ini menunjukkan bahwa terdapat keragaman di antara genotipe-genotipe yang diuji. Hasil analisis menunjukkan
bahwa kuadrat tengah daya gabung umum DGU berbeda sangat nyata berbeda nyata 1 pada karakter panjang daun, lebar daun, panjang buah, panjang tangkai
buah, bobot per buah, diameter buah, tebal kulit buah, bobot total per tanaman, dan produktivitas, sedangkan daya gabung khusus DGK berbeda sangat nyata
pada karakter tinggi dikotomus, panjang daun, lebar daun, umur berbunga, umur panen, panjang buah, bobot per buah, diameter buah, dan tebal kulit buah.
Menurut Hafsah et al. 2007, nilai kuadrat tengah DGU dan DGK
mengindikasikan bahwa karakter yang diamati dikendalikan oleh gen aditif dan dominan. Tingginya nilai DGU dibandingkan DGK menunjukkan peran gen aditif
lebih besar dibandingkan non aditif.
Tabel 19 Analisis keragaman karakter vegetatif lebar tajuk, tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, panjang daun, dan lebar daun hasil
persilangan half diallel enam genotipe cabai
Sumber keragaman
Db Kuadrat tengah
LT TT
TD DBat
PD LD
Ulangan y
2 17.71
130.32 yy
9.02 2.88
0.12 0.0025
Genotipe 20
116.56tn 114.71
y 50.82
2.18 1.56
0.52 Tetua
y 5
80.088tn 88.33tn
23.41 2.66
1.68 0.96
Hibrida 14
112.81tn 131.95
37.15 1.96
1.54 0.38
Persilangan y
1 351.79
5.23tn 379.06
2.89tn 1.22
0.23 DGU
y 5
77.73 82.77
14.23tn i
1.38tn 1.44
0.56 DGK
15 25.90tn
23.39tn 17.84
0.51tn 0.21
0.04 Galat
40 22.14
12.51 yy
1.55 0.30
0.08 0.01
Ragam aditif
12.95 14.84
yy 0.22
0.31 0.13
Ragam Dominan
3.77 10.89
yy 16.29
0.21 0.13
0.03 KK
13.50 10.77
yy 8.20
14.24 6.29
7.09 LT = lebar tajuk, TT = tinggi tanaman, TD = tinggi dikotomus, DBat = diameter batang, PD =
panjang daun, LD = Lebar daun, : Berbeda nyata pada taraf 5, : Berbeda nyata pada taraf 1 , tn: Tidak berbeda nyata
Tabel 20 Analisis keragaman karakter generatif panjang buah, panjang tangkai buah, bobot per buah, diameter buah, dan tebal kulit buah hasil
persilangan half diallel enam genotipe cabai
Sumber keragaman
Db Kuadrat tengah
PB PTB
BPB DB
TKB Ulangan
y 2
1.29 yy
0.18 yy
1.66 yy
0.84 y
0.0011 Genotipe
20 29.66
0.48 y
24.80 y
63.86 0.53
Tetua y
5 69.63
0.75 30.51
109.60 1.27
Hibrida 14
15.08 0.42
y 22.93
y 51.99
0.29 Persilangan
y 1
34.02 0.01tn
i 22.46
y 1.39tn
0.17tn i
DGU y
5 32.65
0.56 27.67
74.21 0.58
DGK 15
2.30 0.03tn
y y
1.80 3.65
0.04 Galat
40 0.64
yy 0.06
yy 0.34
yy 0.59
yy 0.02
yy Ragam
aditif 7.59
yy 0.13
yy 6.47
yy 17.64
yy 0.14
yy Ragam
Dominan 1.66
yy .yyyy
1.46 yy
3.06 y
0.03 yy
KK 9.75
yy 11.55
y 15.00
yy 10.51
yy 13.09
yy PB = panjang buah, PTB = panjang tangkai buah, BPB = bobot per buah, DB = diameter buah,
TKB= tebal kulit buah, : Berbeda nyata pada taraf 5 : Berbeda nyata pada taraf 1, tn : Tidak berbeda nyata
Nilai ragam dominan lebih besar dibandingkan nilai ragam aditif pada karakter tinggi dikotomus Tabel 19, umur berbunga, dan umur panen Tabel 21.
Hal ini mengindikasikan bahwa peran gen dominan lebih besar daripada peran gen aditif sehingga pembentukan genotipe hibrida lebih efektif dilakukan untuk