Pemanenan Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu di PT. Diamond Raya Timber, Provinsi Riau

2.2 Pemanenan

Pemanenan kayu adalah suatu rangkaian kegiatan untuk mengubah kayu menjadi sortimen-sortimen kayu dan memindahkannya ke tempat tujuan akhir yang diinginkan, pemanenan kayu meliputi beberapa kegiatan seperti: penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan dan pengangkutan serta kegiatan pembongkaran Elias 1994. Kegiatan pemanenan kayu menentukan kesuksesan dan kegagalan pengelolaan hutan secara lestari dalam jangka panjang karena hal tersebut merupakan hal yang paling dominan dalam manajemen hutan secara keseluruhan. Ilmu dan teknologi di bidang pemanenan kayu hingga saat ini telah mengalami berbagai perkembangan, hal ini sebagai konsekuensi perubahan pendekatan manajemen hutan dari prinsip kelestarian hasil kepada prinsip pembangunan hutan lestari. Menurut Elias 2002b arah perkembangan pemanenan kayu tersebut adalah meliputi pengertian pemanenan kayu yang mengalami perluasan yang lebih menekankan pada perencanaan sebelum pemanenan, supervisi teknik dan pencegahan kerusakan lebih lanjut; usaha memperpendek rantai tahapan pemanenan kayu; menerapkan sistem pemanenan kayu sesuai dengan klasifikasi fungsional lapangan di bidang kehutanan; mengintegrasikan pengolahan kayu primer ke dalam tahapan pemanenan kayu; penciptaan peralatan pemanenan kayu dengan perhatian ditekankan pada keunggulan produktivitas tinggi, keunggulan biaya, menekan kerusakan lingkungan dan meningkatkan keselamatan kerja. Tahapan kegiatan pemanenan kayu dibedakan menjadi empat komponen yaitu: 1. Penebangan, yaitu mempersiapkan kayu seperti menebang pohon serta memotong kayu sesuai dengan ukuran batang untuk disarad. 2. Penyaradan, yaitu usaha untuk mengangkut kayu dari tempat penebangan ke tepi jalan angkutan. 3. Pengangkutan, yaitu usaha untuk mengangkut kayu dari hutan ke tempat penimbunan atau pengolahan kayu. 4. Penimbunan, yaitu usaha untuk menyimpan kayu dalam keadaan baik sebelum digunakan atau dipasarkan, dalam keadaan ini termasuk pemotongan ujung- ujung kayu yang pecah atau kurang rata sebelum ditimbun. Menurut Elias 2002b kegiatan pemanenan kayu merupakan kegiatan yang paling dominan dalam kegiatan silvikultur, yang apabila tidak dilaksanakan dengan terencana dan hati-hati dapat menyebabkan kerusakan lingkungan insitu pemadatan tanah, erosi dan kerusakan tegakan tinggal dan eksitu perubahan hidrologi, sedimentasi, penurunan kualitas air sungai dan gangguan terhadap habitat perairan dan lain-lain. Sistem pemanenan kayu ditinjau dari derajat mekanisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu sistem manual, sistem semi-mekanis dan sistem mekanis. Sistem manual dicirikan dengan penggunaan alat-alat pemanenan kayu tradisional yang melibatkan teknologi sederhana dan umumnya dilaksanakan dengan tenaga manusia. Sejak dari proses penebangan, pemangkasan cabang dan ranting, pemotongan batang-batang pohon menjadi ukuran tertentu, penyaradan hasil penebangan ke TPn serta pengangkutan dilakukan dengan tenaga manusia. Sistem semi-mekanis merupakan sistem pemanenan kayu yang dilakukan dengan tenaga manusia namun dengan bantuan mesin-mesin pemanenan kayu. Dalam sistem ini proses penebangan, pemangkasan cabang dan ranting, pembagian batang, penyaradan dan pengangkutan dilakukan secara semi-mekanis. Sistem mekanis merupakan sistem pemanenan kayu dengan menggunakan mesin-mesin pemanenan kayu dengan teknologi yang lebih maju. Dalam sistem mekanis sejak dari tahap penebangan, pemangkasan cabang dan ranting, pembagian batang, serta penyaradan dan pengangkutan dilakukan secara mekanis. Sistem ini pada umumnya diterapkan pada pekerjaan yang berskala besar seperti pemanenan kayu di hutan alam. Dalam merekayasa sistem dan teknik pemanenan kayu selain aspek teknis, aspek sosial, ekonomis dan lingkungan juga harus dipertimbangkan terutama aspek penciptaan lapangan kerja baru Elias 2002b.

2.3 Tegakan Tinggal