Latar Belakang Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu di PT. Diamond Raya Timber, Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengusahaan hutan produksi pada ekosistem hutan rawa gambut telah lama dilaksanakan sejak tahun 1970-an dan mulai intensif atau secara besar-besaran sejak tahun 1980-an, ketika produksi kayu dari hutan hujan dataran rendah mulai mengalami penurunan Istomo et al 2010. Hutan rawa gambut merupakan suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh di atas tumpukan bahan organik. Bahan organik tersebut berasal dari sisa-sisa tumbuhan akar, batang, cabang, ranting, daun, dan lainnya yang terdekomposisi secara lambat. Hutan rawa gambut merupakan hutan yang jenuh air dan miskin hara namun hutan rawa gambut memiliki keanekaragaman jenis yang relatif tinggi. Disamping itu, hutan rawa gambut merupakan suatu ekosistem yang rentan, dalam artian hutan ini mudah terganggurusak dan sangat sulit untuk kembali lagi seperti kondisi awalnya. Menyadarai hal tersebut, maka perlu sekali diusahakan upaya-upaya pencegahan atas segala kemungkinan yang menyebabkan rusaknya hutan ini. Dalam kegiatan pemanfaatan hutan rawa gambut ini, tidak terlepas pada kegiatan pemanenan hutan. Kegiatan pemanenan merupakan salah satu cara memanfaatkan sumber daya hutan bagi kebutuhan hidup manusia, terutama kayu. Adapun dampak dari kegiatan pemanenan yaitu dapat mengakibatkan kerusakan tegakan tinggal yang mengancam kelestarian hutan. Walaupun pemanenan kayu dilaksanakan dengan hati-hati, kerusakan tegakan tinggal tersebut sulit dihindarkan. Kerusakan tegakan tinggal adalah kerusakan yang terjadi pada bagian tegakan yang sebenarnya tidak termasuk dalam rencana untuk dipanen pada saat dilakukan pemanenan. Tipe-tipe kerusakan tegakan tinggal, antara lain : pohon roboh, pohon berdiri tapi kulit rusak, batang pecahbelah, tajuknya rusak, dan dapat mengganggu perkembangan pohon atau bahkan tidak dapat tumbuh lagi ke keadaan normalsemula. Meminimalkan kerusakan akibat pemanenan kayu harus dilakukan agar pengelolaan hutan lestari dapat dicapai. Selain itu, potensi tegakan tinggal setelah pemanenan kayu perlu dikaji untuk penyelamatan pohon-pohon muda, baik itu dari jenis komersil maupun non komersil agar aspek ekologis dapat dijaga. Kondisi baru akibat kegiatan pemanenan hutan harus mencerminkan kerusakan yang minimal sehingga tegakan tersebut berkemampuan untuk pulih dengan atau tanpa campur tangan manusia. Dengan demikian memungkinkan untuk dilakukan kembali pemanenan kayu pada periode tebang berikutnya yang memiliki potensi minimal sama bahkan lebih besar dari sebelumnya. Pada saat ini cara untuk meminimalkan kerusakan lingkungan akibat penebangan kayu yang sudah ada yakni yang dikenal dengan Reduced Impact Logging RIL. Penerapan RIL di lahan gambut diharapkan dapat mencapai hasil optimal dan lestari.

1.2 Tujuan