Unsur kekerasan dalam Sinetron di Televisi

22 Orang yang melakukan ancaman sesungguhnya tidak bermaksud melakukan kekerasan, sehingga orang hanya mempercayai kebenaran ancaman dan kemampuan pengancam mewujudkan ancamannya. Dengan mengancam, ada sedikit orang yang bisa mengontrol orang lain. Ancaman dianggap sebagai bentuk kekerasan, merupakan unsur penting kekuatan, kemampuan untuk mewujudkan keinginan seseorang sekalipun menghadapi keinginan yang berlawanan. Ancaman menjadi efektif jika seseorang mendemonstrasikan keinginan untuk mewujudkan ancamannya.

2.1.5 Unsur kekerasan dalam Sinetron di Televisi

Menurut Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02 Tahun 2007 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran, pada Bab I mengenai Ketentuan Umum, pasal 1, disebutkan bahwa tayangan yang mengandung muatan kekerasan adalah program yang dalam penyajiannya memunculkan efek suara berupa hujatan, kemarahan yang berlebihan, pertengkaran dengan suara seolah orang membanting atau memukul sesuatu, danatau visualisasi gambar yang nyata-nyata menampilkan tindakan seperti pemukulan, pengrusakan secara eksplisit dan vulgar. Selanjutnya dalam Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02 Tahun 2007 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran, pada Bab VII mengenai Pelarangan dan Pembatasan Program Adegan Seksual, Kekerasan, dan Sadisme, Bagian Kedua tentang Pelarangan dan Pembatasan Adegan Kekerasan dan Sadisme, pasal 10, dijelaskan bahwa program dikatakan mengandung muatan kekerasan secara dominan apabila sepanjang tayangan sejak awal sampai akhir, unsur kekerasan muncul mendominasi program dibandingkan unsur-unsur yang lain, antara lain yang menampilkan adegan tembak-menembak, perkelahian dengan menggunakan senjata tajam, darah, korban dalam kondisi mengenaskan, penganiayaan, pemukulan, baik untuk tujuan hiburan maupun kepentingan pemberitaan informasi. Menurut Komisi Penyiaran Indonesia dalam undang-undangnya menyebutkan bahwa lembaga penyiaran mendapat berbagai larangan yang terkait dengan unsur kekerasan, yaitu: 23 1. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan program dan promo program yang mengandung adegan di luar perikemanusiaan atau sadistis. 2. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang dapat dipersepsikan sebagai mengagung-agungkan kekerasan atau menjustifikasi kekerasan sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari. 3. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan lagu-lagu atau klip video musik yang mengandung muatan pesan menggelorakan atau mendorong kekerasan. Saat ini, sinetron tidak lagi merupakan akronim dari sinema elektronik. Melainkan sudah menjadi sebuah genre acara sendiri di layar kaca karena telah dimaknai sebagai program sinetron unggulan karena waktu tayangnya pada prime time dan diandalkan oleh stasiun televisi untuk meraih rating Pratomo, 2003. Produksi sinetron juga telah menjadi lahan utama bagi stasiun televisi untuk berlomba-lomba menampilkan yang terbaik untuk menjadi populer Laksitarukmi, 1997. Diskusi-diskusi kecil, konflik kecil akibat rasa cemas tidak bisa mengikuti alur sinetron secara lengkap, parodi lagu-lagu sinetron, munculnya komunitas fans artis sinetron, sampai trend menirukan model pakaian dan potongan rambut para artis sinetron, serta memanfaatkan kepopuleran seorang artis sinetron sepintas hanya peristiwa-peristiwa kecil yang berkembang di masyarakat secara musiman, yang beberapa saat kemudian akan hilang dengan sendirinya. Kenyataan tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa ada realitas sosial media yang memiliki daya tarik luar biasa sehingga ada orang rela bertahan selama beberapa jam di depan layar kaca. Pemain sinetron yang sebenarnya tidak lebih dari orang biasa, menjadi orang yang memiliki daya tarik dan menjadi panutan penggemarnya. Di dalam sinetron, bahasa yang sering digunakan adalah Bahasa Indonesia prokem. Menurut pakar bahasa Sugono 2004, sinetron-sinetron yang ditayangkan di televisi dalam beberapa adegannya kurang memperhatikan nilai kepantasan dalam berbahasa, karena banyak menggunakan bahasa Betawi dan prokem yang terkesan kasar, sehingga remaja di seluruh Indonesia berpotensi untuk mengikuti gaya bahasa prokem yang nantinya akan menghilangkan identitas sebagai Bangsa Indonesia. 24 Berdasarkan penelitian Pratomo 2003 adegan-adegan anti-sosial di dalam sinetron seperti penganiayaan, kekerasan, dan ucapan kasar lebih sering muncul dibandingkan adegan pro-sosial seperti tolong-menolong, kasih sayang, toleransi, dan lain-lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa saat ini adegan anti- sosial bukan lagi sekedar “bumbu” untuk menciptakan konflik. Adegan-adegan anti-sosial yang sering ditampilkan dalam sinetron akan mendorong remaja untuk melakukan kekerasan dan mengucapkan kata-kata kasar terhadap orang lain.

2.1.6 Undang-Undang Penyiaran