Struktur Komunitas Fitoplankton Produktivitas primer 1. Fotosintesis

7 Selama 35 tahun terakhir, pengukuran produktivitas primer di estuari berkisar pada 6,8 – 530 gCm 2 tahun Kennish, 1990. Nilai produktivitas yang lebih kecil dari kisaran ini diperoleh dari estuari yang keruh dan sebaliknya. Boyton dalam Kennish 1990 menyatakan bahwa rata-rata produktivitas fitoplankton dari 45 estuari yang diteliti adalah 190 gCm 2 tahun, yang melebihi rata-rata produktivitas perairan laut yaitu 100 gCm 2 tahun, namun nilai tersebut kurang dari produktivitas daerah upwelling yang bernilai 300 gCm 2 tahun. Besarnya produktivitas primer juga dapat menentukan tingkat kesuburan perairan. Menurut Mason dalam Novotny dan Olem 1994 perairan yang memiliki produktivitas primer antara 7-25 gCm 2 hari tergolong oligotrofik, produktivitas primer antara 75-250 gCm 2 hari tergolong mesotrofik dan produktivitas primer antara 350-700 gCm 2 hari tergolong eutrofik.

2.1.2. Struktur Komunitas Fitoplankton

Struktur komunitas merupakan susunan individu dari beberapa jenis atau spesies yang terorganisir membentuk komunitas, yang dapat dipelajari dengan mengetahui satu atau dua aspek khusus tentang organisasi komunitas yang bersangkutan seperti indeks diversitas jenis, zona stratifikasi dan kelimpahan Brower et al. 1990; Odum, 1996. Struktur komunitas fitoplankton ditentukan oleh keragaman jenis fitoplankton yang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti intensitas cahaya dan nutrien. Fitoplankton disusun oleh berbagai jenis yang berbeda, baik secara taksonomik maupun morfometrik. Secara taksonomi fitoplankton terdiri dari 10 filum alga baik yang prokariotik Cyanophyceae dan Chlorophyceae maupun eukariotik Bacillariophyceae dan Chrysophyceae Boney 1975; Moss 1993. Parson et al. 1984 menyatakan bahwa terdapat 13 kelas dari fitoplankton yang terdapat di laut, yaitu Cyanophyceae alga biru hijau, Rhodophyceae alga merah, Bacillariophyceae Diatom, Cryptophyceae Cryptomonads, Dinophyceae Dinoflagellata, Crysophyceae Crysomonads, Silicoflagellata, Haptophyceae atau Prymnesiophyceae Coccolithophorids, Prymnesiomonads, Raphidiophyceae Choromonadea, Xanthophyceae alga kuning hijau, Eustigmatophyceae, Euglenophyceae Euglenoids, Prasinophyceae Prasinomonads, dan Chlorophyceae alga hijau. Tetapi hanya 4 kelas saja yaitu 8 Bacillariophyceae, Cryptophyceae, Dinophyceae, dan Haptophyceae yang memegang peranan penting dalam total standing stok fitoplankton di laut. Akan tetapi kelompok fitoplankton yang mempunyai kelimpahan tertinggi di ekosistem laut adalah dari kelas diatom Sze 1993. Jenis fitoplankton yang sering dijumpai di laut dalam jumlah besar adalah Diatom dan Dinoflagellata Nybakken 1992. Sejalan dengan hal tersebut Kilham dan Hecky 1988 menyatakan bahwa fitoplankton lautan didominasi sejumlah jenis Chrysophyta yaitu Diatom, Cocolithophore, dan Silicoflagelata, serta Pyrrhophyta Dinoflagellata. Selain itu pula terdapat beberapa kelompok lain dari fitoplankton yang kadang-kadang melimpah , tetapi mereka diwakili oleh jenis yang sangat sedikit. Jenis tersebut meliputi Cyanophyta cyanobacteria, seperti contoh jenis-jenis dengan ukuran sel yang sangat kecil dari Synechococcus atau berkas-berkas besar dari filamen Oscillatoria Trichodesmium. Dari hasil penelitian Asriyana 2004 mengemukakan bahwa di perairan Teluk Kendari kelas yang mendominasi dari fitoplankton yaitu kelas Bacillariophyceae dan Dinophyceae, sejalan dengan Alianto 2006 mendapatkan bahwa jenis fitoplankton yang mendominasi di perairan Teluk Banten adalah Bacillariophyceae. Pada suatu perairan, dominasi suatu jenis fitoplankton dapat diganti oleh jenis yang lain, disebabkan berubahnya kondisi fisika-kimia perairan Goldman dan Horne 1983; Wetzel 1983. Kondisi lingkungan yang merupakan faktor penentu keberadaan fitoplankton adalah suhu, cahaya matahari, pH, kekeruhan, konsentrasi nutrien dan berbagai senyawa lainnya Nybakken 1992. Laju pertumbuhan fitoplankton di perairan estuari maupun perairan pantai menunjukkan respon yang berbeda-beda terhadap kondisi bio-fisika serta kimia perairan. Kondisi biogeokimia dimaksud antara lain berupa flushing Ferreira et al . 2005, salinitas Ferreira et al. 2005; Caroco et al. 1987, cahaya, unsur hara Ferreira et al. 2005; Smith 1984; Hecky dan Kilham 1988; Howarth 1988 maupun pemangsaan Ferreira et al. 2005; Levinton 1982.

2.1.3. Pembentukan Biomassa Alga