66 Distribusi horizontal dan vertikal NPP fitoplankton selama penelitian
umumnya relatif sama dengan distribusi kelimpahan fitoplankton dan klorofil-a. Nilai NPP secara distribusi horizontal dijumpai yang tinggi pada stasiun B, begitu
pula pada distribusi kelimpahan dan klorofil-a, sedang secara vertikal, nilai NPP tertinggi dijumpai pada kedalaman 50 intensitas cahaya, juga serupa dengan
distribusi vertikal kelimpahan dan klorofil-a.
4.2.3.1. Hubungan Produktivitas Primer dengan Klorofil-a dan Kelimpahan Fitoplankton
Hubungan produktivitas primer dengan klorofil-a yang dianalisis menggunakan regresi linier, diperoleh keeratan hubungan yang tinggi pada stasiun
A dan B, dengan nilai koefisien determinasi R
2
berturut-turut sebesar 0,719 dan 0,547 pada taraf
α 0,05. Pada stasiun C diperoleh keeratan hubungan yang relatif rendah antara NPP dengan klorofil-a, yang ditunjukkan dengan nilai R
2
sebesar 0,488 Tabel 11 dan Gambar 18. Tingginya nilai hubungan NPP dengan klorofil-
a pada stasiun A dan B diduga disebabkan tingginya nilai rata-rata klorofil-a yang relatif lebih tinggi dibandingkan stasiun C serta dilihat dari jumlah kelimpahan
fitoplankton, stasiun A dan B memiliki kelimpahan fitoplankton yang relatif tinggi dibandingkan stasiun C. Seperti yang dinyatakan oleh Sumich 1994
bahwa perubahan konsentrasi klorofil-a disebabkan oleh pembelahan sel dan pertumbuhan sel dari fitoplankton, sedang perubahan kelimpahan fitoplankton
lebih disebabkan oleh pembelahan sel. Tabel
11. Hubungan produktivitas primer bersih dengan klorofil-a dan kelimpahan fitoplankton
Stasiun Parameter Persamaan regresi Koefisien
determinasi Sig.
Model
A Klorofil-a Kelimpahan
Y = 1,477X + 1,497 Y = 3,005X – 9,012
0,719 0,686
0,000 0,000
B Klorofil-a Kelimpahan
Y = 1,049X + 1,590 Y = 2,100X – 5,804
0,547 0,548
0,001 0,005
C Klorofil-a Kelimpahan
Y = 1,016X + 1,478 Y = 1,527X – 3,985
0,488 0,433
0,003 0,019
67
Gambar 18. Hubungan NPP dengan klorofil-a dan kelimpahan fitoplankton
68 Berdasarkan Tabel 11 dan Gambar 18, hubungan produktivitas primer
dengan kelimpahan fitoplankton membentuk keeratan hubungan yang tinggi pada stasiun penelitian A dan B, hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi
berturut-turut sebesar 0,686 dan 0,548. Pada stasiun C membentuk keeratan hubungan yang relatif rendah dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,433.
Hal ini diduga disebabkan oleh nilai kelimpahan yang dijumpai pada stasiun A dan B relatif lebih tinggi dibandingkan stasiun C, sehingga memberikan keeratan
hubungan yang tinggi. Pada stasiun C nilai kelimpahan fitoplankton relatif lebih
rendah sehingga memberikan hubungan yang rendah pula terhadap nilai NPP. 4.2.3.2. Hubungan Produktivitas Primer dan Cahaya
Hubungan produktivitas primer dengan cahaya dianalisis menggunakan regresi kuadratik. Dari hasil analisis terbentuk keeratan hubungan yang tinggi
antara NPP dengan intensitas cahaya pada semua stasiun. Hal ini terlihat dari nilai koefisien determinasi R
2
yaitu pada stasiun A sebesar 0,832 dengan persamaan Y = 1,545X – 0,029X
2
+ 9,853, stasiun B sebesar 0,858 dengan persamaan Y = 1,801X – 0,031X
2
+ 14,462, dan stasiun C sebesar 0,754 dengan persamaan Y = 1,244X – 0,024X
2
+ 14,472 pada taraf α 0,05 Gambar 19.
Kisaran intensitas cahaya optimum bagi produktivitas primer dapat diduga melalui pola hubungan NPP dengan intensitas cahaya berdasarkan persamaan di
atas yaitu pada stasiun A intensitas cahaya optimum berkisar 25,66-27,24 Klux dengan nilai NPP berkisar 7,60-7,66 mgCm
3
jam, pada stasiun B intensitas cahaya berkisar 27,78-30,12 Klux dengan nilai NPP berkisar 10,14-10,16
mgCm
3
jam, dan pada stasiun C berkisar 24,91-26,83 Klux dengan nilai NPP berkisar 7,64-7,65 mgCm
3
jam. Berdasarkan persamaan hubungan NPP dengan intensitas cahaya, maka
dapat dihitung nilai produktivitas primer untuk setiap lapisan kolom air pada masing-masing stasiun. Pola hubungan yang terbentuk antara NPP dengan
intensitas cahaya membentuk pola hubungan yang kuadratik Gambar 20, dimana setiap peningkatan intensitas cahaya matahari akan selalu diikuti dengan
peningkatan nilai NPP sampai pada suatu titik optimum. Di atas intensitas cahaya optimum merupakan cahaya penghambat sedangkan di bawah intensitas cahaya
optimum merupakan cahaya pembatas Kirk 1994.
69
Gambar 19. Hubungan NPP dengan intensitas cahaya Nilai maksimum NPP yang diperoleh berdasarkan persamaan hubungan
NPP dengan intensitas cahaya pada masing-masing stasiun dengan kedalaman perairan yang tidak terlalu bervariasi. Pada stasiun A nilai maksimum NPP yang
diperoleh yaitu 29,67 mgCm
3
4 jam pada kedalaman 0,7 meter, pada stasiun B diperoleh nilai NPP maksimum yaitu 39,65 mgCm
3
4 jam pada kedalaman 0,6 meter dan stasiun C nilai NPP maksimum yaitu 29,79 mgCm
3
4 jam pada kedalaman 0,5 meter Gambar 20; Lampiran 10, 11 dan 12.
70
Gambar 20. Grafik hubungan produktivitas primer NPP dengan kedalaman perairan
4.2.3.3. Hubungan Produktivitas Primer dengan Unsur hara dan intensitas
cahaya
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda hubungan antara produktivitas primer dengan unsur hara amonia, nitrat, nitrit, ortofosfat dan silikat serta
intensitas cahaya ICM menunjukkan korelasi yang beragam pada masing- masing stasiun. Pada stasiun A diperoleh keeratan hubungan yang tinggi dengan
nilai R
2
sebesar 0,920, persamaan yang terbentuk yaitu Y = 0,181 ICM – 0,635 amonia + 0,717 nitrat + 0,277 nitrit + 1,096 ortofosfat – 0,605 silikat + 1,412.
71 Dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa unsur hara amonia dan silikat
memberikan hubungan negatif terhadap produktivitas primer di stasiun A, sedang unsur hara nitrat, nitrit, dan ortofosfat serta ICM memberikan hubungan yang
positif terhadap nilai NPP, sehingga penurunan unsur hara amonia dan silikat serta peningkatan unsur hara nitrat, nitrit, dan ortofosfat serta ICM akan memberikan
peningkatan terhadap nilai NPP. Berdasarkan signifikan pada masing-masing unsur hara dan ICM, unsur hara amonia, nitrat, nitrit, dan ICM secara nyata
memberikan pengaruh terhadap nilai NPP tinggi dan rendahnya di stasiun A Tabel 12.
Pada stasiun B diperoleh keeratan hubungan yang tinggi dengan nilai R
2
sebesar 0,878, persamaan yang terbentuk yaitu Y = 0,138 ICM – 0,322 amonia + 0,570 nitrat + 0,018 nitrit + 0,134 ortofosfat – 0,854 silikat + 0,673.
Berdasarkan persamaan tersebut menunjukkan bahwa kelima unsur hara dan ICM memberikan pengaruh yang besar terhadap nilai NPP di stasiun B. Unsur hara
amonia dan silikat memberikan hubungan negatif, sedang unsur hara nitrit, ortofosfat dan silikat serta ICM memberikan hubungan positif terhadap nilai NPP.
Sehingga penurunan unsur hara amonia dan silikat serta peningkatan unsur hara nitrit, ortofosfat dan silikat serta ICM akan memberikan peningkatan terhadap
nilai NPP. Berdasarkan nilai signifikan pada masing-masing unsur hara dan ICM, unsur hara nitrat dan ICM secara nyata memberikan pengaruh terhadap nilai NPP
di stasiun B Tabel 12. Tabel
12. Model regresi dan koefisien determinasi serta parameter yang berpengaruh nyata berdasarkan hasil regresi produktivitas primer
fitoplankton dengan unsur hara dan intensitas cahaya
Model regresi Sig.
Model R
2
Parameter nyata
Sig. parameter
Y = 0,181 ICM + 0,635 amonia + 0,717 nitrat + 0,277 nitrit + 1,096
ortofosfat – 0,605 silikat + 1,412
0,000 0,920 ICM Amonia
Nitrat 0,000
0,038 0,001
Y = 0,138 ICM – 0,322 amonia + 0,570 nitrat + 0,018 nitrit + 0,134
ortofosfat – 0,854 silikat + 0,673
0,001 0,878 ICM Nitrat
0,017 0,008
Y = 0,144 ICM + 0,251 amonia + 0,797 nitrat + 0,209 nitrit + 0,347
ortofosfat + 0,818 silikat + 2,156
0,009 0,798 ICM Nitrat
0,004 0,004
72 Pada stasiun C diperoleh keeratan hubungan yang tinggi dengan nilai R
2
sebesar 0,798 persamaan yang terbentuk yaitu Y = 0,144 ICM + 0,251 amonia + 0,797 nitrat + 0,209 nitrit + 0,347 ortofosfat + 0,818 silikat + 2,156. Berdasarkan
persamaan tersebut kelima unsur hara dan ICM memberikan hubungan positif terhadap nilai NPP, sehingga peningkatan nilai unsur hara dan ICM akan
memberikan peningkatan terhadap nilai NPP pada stasiun C. Namun berdasarkan nilai signifikan pada masing-masing unsur hara dan ICM, unsur hara nitrat dan
ICM yang secara nyata memberikan pengaruh terhadap tinggi dan rendahnya nilai NPP di stasiun C Tabel 12.
Berdasarkan uji regresi berganda antara hubungan NPP dengan unsur hara dan ICM, menunjukkan pada stasiun A ketiga unsur hara N amonia dan nitrat
dan ICM menjadi faktor yang memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi dan rendahnya nilai NPP, sedang pada stasiun B dan C, unsur hara nitrat bersama ICM
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi dan rendahnya nilai NPP di perairan. Hal ini disebabkan karena keberadaan unsur hara amonia di perairan
biasanya digunakan secara langsung oleh fitoplankton untuk mensintesa asam- asam amino melalui proses transminasi Mann 1982, selain itu fitoplankton lebih
banyak menyerap amonia ketimbang nitrat lebih banyak dijumpai baik dalam kondisi aerobik maupun anaerobik Welch 1980. Selain unsur hara amonia,
keberadaan unsur hara nitrat pada ketiga stasiun juga memberikan pengaruh nyata terhadap nilai produktivitas primer fitoplankton, walaupun kandungan nitrat yang
diperoleh selama penelitian 0,29-1,07 mgl bukan merupakan nilai yang optimal tetapi masih dapat digunakan oleh fitoplankton untuk pertumbuhan dan proses
fotosintesis sehingga memberikan kontibusi terhadap nilai produktivitas primer di ketiga stasiun penelitian. Nilai optimal nitrat untuk pertumbuhan fitoplankton
berkisar 0,9-3,5 mgl Mackentum 1969 diacu dalam Tambaru 2008. Intensitas cahaya menjadi faktor yang memberikan pengaruh nyata
terhadap nilai NPP di semua stasiun penelitian. Hal ini sejalan dengan penelitian Tambaru 2008 di perairan pesisir Maros, bahwa parameter intensitas cahaya
merupakan parameter dominan mempengaruhi nilai NPP selain keberadaan unsur hara. Hal ini diduga keberadaan parameter intensitas cahaya merupakan faktor
pembatas pada perairan pesisir yang disebabkan oleh kekeruhan yang tinggi.
73 Seperti yang dinyatakan oleh Wofsy 1983 dan Grobbelaar 1990 diacu dalam
Fisher et al. 1999 bahwa cahaya dapat menjadi pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton dan biomassa fitoplankton. Cahaya sebagai pembatas hadir ketika
konsentrasi unsur hara dan kekeruhan tinggi serta kedalaman tercampur mixing depth
lebih besar tiga sampai lima kali kedalaman eufotik.
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Nilai produktivitas primer selama penelitian pada perairan Teluk Kendari yaitu pada stasiun luar teluk berkisar 2,54-8,98 mgCm
3
jam, pada stasiun tengah teluk 2,77-11,13 mgCm
3
jam, dan 3,33-9,19 mgCm
3
jam pada stasiun dalam teluk. Hubungan produktivitas primer dengan unsur hara dan intensitas cahaya
memperlihatkan keeratan hubungan yang tinggi pada ketiga stasiun penelitian. Ketiga stasiun penelitian menunjukkan pola yang hampir sama antara ketiga
stasiun penelitian. Pada stasiun luar teluk, ketiga unsur hara N amonia, nitrat, dan nitrit dan intensitas cahaya menjadi faktor yang memberikan pengaruh nyata
terhadap tinggi dan rendahnya nilai NPP, sedang pada stasiun tengah dan dalam teluk, unsur hara nitrat bersama ICM memberikan pengaruh yang nyata terhadap
tinggi dan rendahnya nilai NPP di perairan.
5.2. Saran
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan rujukan oleh pihak Pemerintah Daerah Kota Kendari, dalam memantau beban masukan
baik yang berasal dari aktivitas manusiaunsur hara dan polutan maupun partikel tersuspensi sedimen dari berbagai sistem aliran sungai ke perairan Teluk
Kendari, sehingga perairan Teluk Kendari tetap bisa bermanfaat bagi sumberdaya perikanan pada masa yang akan datang.