50 Kelimpahan yang relatif tinggi dijumpai pada stasiun B, hal ini diduga
pada zona ini memiliki kandungan unsur hara yang relatif tinggi bila dibandingkan stasiun A, sehingga mampu mencukupi kebutuhan fitoplankton
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu hal ini diduga pula nilai kekeruhan dan TSS yang relatif tidak sebesar pada stasiun C, sehingga intensitas
cahaya yang ada di kolom air masih menunjang bagi fitoplankton untuk melakukan proses fotosintesis.
Kelimpahan sel fitoplankton yang relatif lebih rendah dijumpai pada stasiun C, hal ini diduga berhubungan dengan tingginya nilai kekeruhan dan TSS
di stasiun tersebut. Tingginya nilai kekeruhan dan TSS akan menghambat intensitas cahaya yang akan masuk ke dalam kolom air, sehingga proses
fotosintesis berlangsung tidak optimal. Walaupun konsentrasi unsur hara yang dijumpai relatif lebih tinggi dibandingkan stasiun lainnya. Namun, dari hasil
analisis sidik ragam ANOVA ternyata kelimpahan fitoplankton antara stasiun penelitian tidak berbeda nyata pada taraf
α = 0,05. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton pada semua stasiun penelitian
adalah sama.
4.1.4. Indeks Biologi Fitoplankton
Indeks keanekaragaman H’ selama penelitian pada semua stasiun dan
substasiun diperoleh nilai berkisar antara 2,013-2,355 Tabel 8. Sedang menurut kedalaman inkubasi berkisar 1,932-2,444 Tabel 9. Kisaran nilai indeks
keanekaragaman yang diperoleh menurut stasiunsubstasiun, berdasarkan riteria Wilhm dan Doris 1968 dalam Masson 1981 termasuk dalam kategori rendah,
sedang menurut kedalaman termasuk kategori rendah sampai sedang.
Indeks keseragaman
E selama penelitian bervariasi antara stasiunsubstasiun maupun kedalaman inkubasi. Pada semua stasiun dan
substasiun diperoleh nilai berkisar antara 0,783-0,886 Tabel 8. Sedang menurut kedalaman inkubasi berkisar 0,803-0,907 Tabel 9. Nilai indeks dominansi
selama penelitian berkisar 0,105-0,221 antara stasiunsubstasiun Tabel 8, sedang antara kedalaman inkubasi dominansi berkisar antara 0,111-0,232 Tabel 9.
51 Tabel 8. Indeks biologi pada stasiun dan substasiun penelitian
Indeks Biologi Stasiun Substasiun
Pengamatan H’ E D
A A1
1 2.013 0.793 0.217
2 2.092 0.823 0.161
3 2.129 0.852 0.200
4 2.118 0.845 0.157
A2 1
2.239 0.824 0.175 2
2.245 0.851 0.133 3
2.152 0.818 0.162 4
2.245 0.845 0.137 B
B1 1
2.096 0.795 0.185 2
2.348 0.849 0.124 3
2.259 0.833 0.152 4
2.328 0.856 0.127 B2
1 2.025 0.783 0.195
2 2.137 0.818 0.139
3 2.225 0.854 0.165
4 2.255 0.851 0.139
C C1
1 2.261 0.858 0.221
2 2.299 0.867 0.107
3 2.299 0.886 0.148
4 2.351 0.886 0.120
C2 1
2.143 0.824 0.149 2
2.304 0.841 0.119 3
2.220 0.830 0.202 4
2.355 0.860 0.123
Tabel 9. Indeks biologi menurut kedalaman inkubasi
Indeks Biologi Stasiun Substasiun
Kedalaman H’ E D
A A1
100 2.078 0.817 0.232
50 2.228 0.845 0.142
25 2.114 0.838 0.160
1 1.932 0.814 0.200
A2 100
2.219 0.848 0.144 50
2.204 0.814 0.157 25
2.251 0.827 0.172 1
2.207 0.848 0.133 B
B1 100
2.090 0.803 0.168 50
2.444 0.851 0.124 25
2.288 0.835 0.154 1
2.210 0.844 0.142 B2
100 2.070 0.808 0.165
50 2.298 0.817 0.131
25 2.206 0.826 0.158
1 2.068 0.856 0.184
C C1
100 2.210 0.869 0.164
50 2.210 0.869 0.111
25 2.378 0.907 0.175
1 2.157 0.812 0.146
C2 100
2.134 0.808 0.131 50
2.442 0.876 0.112 25
2.218 0.846 0.203 1
2.228 0.825 0.147
Ket : H’ = Keanekaragaman, E = Keseragaman, D = Dominansi
52
4.1.5. Klorofil-a