Biomassa Fitoplankton Klorofil-a Kelimpahan dan Analisis Komunitas Fitoplankton

25 Keterangan : O 2 BT = Oksigen terlarut botol terang mgl O 2 BG = Oksigen terlarut botol gelap mgl O 2 BA = Oksigen terlarut botol awal mgl 1000 = Konversi liter menjadi m 3 PQ = Photosintetic Quotient : 1,2 dengan asumsi hasil metabolisme dari fitoplankton t = Lama inkubasi jam 0,375 = Koefisien konversi oksigen menjadi karbon 1232 Photosintetic Quotient adalah perbandingan O 2 terlarut yang dihasilkan dengan CO 2 yang digunakan melalui proses fotosintesis. Menurut Parson et.al 1984, nilai PQ berkisar 1,1 – 1,3 untuk organisme yang memiliki klorofil. Nilai 1,2 diperoleh dengan asumsi bahwa hasil metabolisme sebagian besar didominasi oleh fitoplankton.

3.3.2. Biomassa Fitoplankton Klorofil-a

Biomassa fitoplankton ditentukan dengan kandungan klorofil-a. Pengambilan sampel air laut untuk analisis klorofil-a sebanyak 1 liter pada setiap kedalaman inkubasi dan dimasukan dalam botol sampel yang ditutup dengan plastik hitam, dan disimpan dalam kotak es yang bersuhu dingin, untuk kemudian dianalisis di laboratorium. Penghitungan konsentrasi klorofil-a dengan menggunakan persamaan menurut APHA 2005, yaitu Klorofil-a, mgm 3 = L V V a b × × − 2 1 665 664 7 , 26 Keterangan : V 1 = Volume yang diekstrak l V 2 = Volume sampel m 3 L = panjang kuvet cm 664 b = Absorben pada 664 nm-abs pada 750 nm, sebelum pengasaman 665 a = Absorben pada 665 nm-abs pada 750 nm, setelah pengasaman 26

3.3.3. Kelimpahan dan Analisis Komunitas Fitoplankton

Sampel air laut diambil sebanyak 25 liter dengan menggunakan Van dorn water sampler bervolume 2 liter pada tiap-tiap kedalaman inkubasi dan disaring dengan menggunakan plankton net no. 25 dengan porositas antara 35-45 μ. Sampel air laut yang telah disaring dimasukkan ke dalam botol sampel yang bervolume 100 ml kemudian diawetkan dengan larutan lugol pekat 1 ml100 ml sampel air laut, untuk kemudian diidentifikasi. Identifikasi jenis fitoplankton dilakukan dengan menggunakan literatur dari Davis 1955, Prescott 1970, Yamaji 1979 dan Tomas 1997. Kelimpahan fitoplankton dihitung dengan metode penyapuan sensus dengan menggunakan Sedwick Rafter Cell SRC menggunakan formula dari APHA 1998, yaitu cg t d V V V n N × × = 1 Keterangan : N = Kelimpahan fitoplankton sell n = Jumlah sel yang tercacah V d = Volume air contoh yang disaring l V t = Volume air contoh yang tersaring ml V cg = Volume Sedwick Rafter Cell SRC ml Analisis komunitas fitoplankton dilakukan dengan menggunakan indeks- indeks biologi yaitu indeks keanekaragaman H’, indeks keseragaman E dan indeks dominansi D. Hasil identifikasi dan perhitungan fitoplankton digunakan untuk menentukan indeks keaneragaman Shannon-Wienner, yaitu ∑ ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − = N ni N ni H ln Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner ni = jumlah sel jenis ke-i N = jumlah total sel Kisaran indeks keanekaragaman Shannon-Wienner dapat dikategorikan sebagai berikut : 27 H’ 2,3062 = keanekaragaman rendah dan kestabilan komunitas rendah 2,3062H’6,9078 = keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang H’ 6,9078 = keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi Untuk melihat keseragaman populasi fitoplankton pada setiap pengambilan sampel dilakukan perhitungan indeks keseragaman E, yaitu maks H H E = Keterangan : E = indeks keseragaman H’ = indeks keanekaragaman H’ maks = ln S S = jumlah taksa Indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Semakin kecil nilai E, semakin kecil pula keseragaman populasi yang berarti penyebaran jumlah individu setiap spesies tidak sama dan ada kecenderungan terjadi dominansi oleh satu spesies dari jenis yang ada. Semakin besar nilai E tidak ada yang mendominasi antar jenis yang ada Odum 1996. Untuk melihat adanya dominansi oleh spesies tertentu pada suatu populasi digunakan indeks dominansi Simpson, yaitu : ∑ ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ = 2 N ni D Indeks dominansi berkisar 0-1, bila D mendekati 0 berarti dalam struktur komunitas biota yang diamati tidak terdapat spesies yang secara ekstrim mendominasi spesies lainnya dan bila D mendekati 1 berarti di dalam struktur komunitas yang sedang diamati dijumpai spesies yang mendominasi spesies lainnya Odum 1996.

3.3.4. Analisis Unsur Hara