10 berperan dalam mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis.
Tingginya suhu dapat meningkatkan laju maksimum fotosintesis P
max
, sedangkan secara tidak langsung, suhu berperan dalam membentuk stratifikasi
kolom perairan yang akibatnya dapat mempengaruhi distribusi vertikal fitoplankton.
Reaksi biokimia dalam sel fitoplankton umumnya dipengaruhi oleh suhu. Peningkatan suhu terjadi secara eksponensial sampai pada batas maksimum.
Peningkatan ini biasanya bervariasi untuk masing-masing reaksi, yaitu antara 25- 40
o
C. Kisaran suhu tersebut mempengaruhi laju fotosintesis maksimal untuk kemunitas fitoplankton Harper 1992.
Dalam berperan sebagai faktor pendukung produktivitas primer fitoplankton di laut, suhu perairan berinteraksi dengan faktor lainnya seperti
cahaya dan nutrien. Valiela 1995 menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan produktivitas primer di laut, suhu lebih berperan sebagai kovarian dengan faktor
lain daripada sebagai faktor bebas. Sebagai contoh, plankton pada suhu rendah dapat mempertahankan konsentrasi pigmen-pigmen fotosintesis, enzim-enzim dan
karbon yang besar. Ini disebabkan karena lebih efisiennya fitoplankton menggunakan cahaya pada suhu rendah dan laju fotosintesis akan lebih tinggi bila
sel-sel fitoplankton dapat menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Perubahan laju penggandaan sel hanya pada suhu yang tinggi. Tingginya suhu memudahkan
terjadinya penyerapan nutrien oleh fitoplankton. Dalam kondisi konsentrasi fosfat sedang di dalam kolom perairan, laju fotosintesis maksimum akan meningkat
pada suhu yang lebih tinggi.
2.2.2. Kecerahan dan Kekeruhan
Kedalaman secchi dapat digunakan sebagai estimator penetrasi cahaya pada lokasi perairan yang mempunyai kedalaman secchi rendah Cervetto et al.
2002. Ketersediaan cahaya diperhatikan sebagai bagian yang penting pada lingkungan yang kekeruhannya tinggi. Adanya pasang surut menyebabkan
tersuspensinya kembali resuspensi sedimen sehingga dapat meningkatkan kekeruhan dan berkurangnya kedalam zona eufotik pada daerah pesisir yang
airnya dangkal Pennock 1985.
11 Kekeruhan turbidity merupakan gambaran sifat optik air dari suatu
perairan yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang dipancarkan dan diabsorpsi oleh partikel-partikel yang ada dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh
bahan organik maupun anorganik tersuspensi dan terlarut APHA 2005. Dengan adanya kekeruhan mempengaruhi penetrasi cahaya ke dalam kolom perairan
selanjutnya akan menurunkan produktivitas primer fitoplankton pada perairan. Wofsy 1983 dalam Cloern 1987 menyatakan cahaya dapat menjadi faktor
pembatas bagi fotosintesis ketika konsentrasi partikel tersuspensi melebihi 50 mgl. Menurut Lloyd 1985 diacu dalam Effendie 2003, peningkatan nilai
turbiditas pada perairan dangkal dan jernih sebesar 25 NTU dapat mengurangi 13-50 produktivitas primer. Peningkatan turbiditas sebesar 5 NTU di danau
dan sungai dapat mengurangi produktivitas primer berturut-turut sebesar 75 dan 3-13.
2.2.3. Salinitas
Salinitas yang bervariasi adalah ciri paling khas dari daerah estuari. Salinitas berubah setiap hari mengikuti pasang surut dan berubah secara drastic
mengikuti musim. Bagian estuary yang paling dekat ke sungai memiliki salinitas yang paling rendah, namun pada musim panas, ketika aliran air dari sungai lambat
maka banyak air laut yang masuk ke bagian ini Goldman dan Horne, 1983. Sebagaimana, suhu, salinitas secara tidak langsung mempengaruhi
fitoplankton melalui pengaruh terhadap densitas air dan stabilitas kolom air Kennish, 1990. Salinitas secara langsung mempengaruhi laju pembelahan sel
fitoplankton, juga keberadaan, distribusi dan produktivitas fitoplankton. Salinitas dapat mengubah karakter fotosintesis melalui perubahan sistem karbon dioksida
atau perubahan tekanan osmotic Nielsen, 1975 diacu dalam Kennish, 1990. Oleh karena itu fitoplankton hidup di perairan estuary yang salinitasnya sangat
bervariasi, organisme ini umumnya akan mengalami fluktuasi tekanan osmotic yang sangat tinggi. Seiring perubahan osmotic dan komposisi ion dalam sel,
proses-proses selular seperti sintesis klorofil dan laju fotosintesis dapat juga
berubah McLachlan, 1961 diacu dalam Kennish, 1990.
12
2.2.4. Intensitas Cahaya