IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Agregat Tanah
Hampir semua karakteristik sifat fisik tanah ditentukan oleh kehadiran agregat. Porositas, infiltrasi dan permeabilitas adalah salah satu sifat fisik tanah
yang nilainya sangat ditentukan oleh jumlah, ukuran dan stabilitas agregat tanah. Agregat tanah terdiri dari pengelompokan erat sejumlah butir-butir primer tanah.
Pembentukan agregat tergantung pada terdapatnya butir-butir primer yang dapat beragregasi, penggumpalan dan penjonjotan butir-butir tanah, serta sedimentasi
dari bahan-bahan yang menggumpal menjadi agregat yang stabil. Pengukuran nilai agregat tanah di diawali dengan pengambilan contoh tanah
dengan agregat utuh di lokasi percobaan. Setelah itu di bawa ke laboratorium untuk dilakukan pengayakan. Sebelum dilakukan pengayakan, terlebih dahulu
contoh tanah di kering udarakan. Setelah dikering udarakan, lalu dilakukan pengayakan kering. Pertama, taruh kurang lebih 500 gram tanah kering udara di
atas ayakan 8 mm, di bawahnya berturut-turut ayakan 4,76, 2,83, 2 dan 0 mm. Tumbuk tanah dengan menggunakan alu kecil hingga semua tanah turun melalui
ayakan 8 mm. Gerak-gerakan ayakan ini kurang lebih 5 kali, kemudian timbang masing-masing fraksi agregat, dan nyatakan dalam . Persentasi agregat adalah
100 dikurangi dengan agregat yang lebih kecil dari 2 mm. Setelah itu lakukan pengayakan basah. Hitung selisih antara rata-rata berat diameter agregat
tanah pada pengayakan kering dan pengayakan basah, jika selisihnya makin besar
berarti makin tidak stabil tanah tersebut.
Gambar 1 menunjukkan sebaran nilai indeks stabilitas agregat tanah di sekitar lubang resapan. Nilai agregat tanah di sekitar lubang resapan cenderung
lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, nilai rata-ratanya yaitu 80,4 sedangkan nilai agregat rata-rata pada kontrol adalah 77,3. Penambahan bahan organik
berupasampah organik yang banyak mengandung berbagai macam senyawa seperti lemak, karbohidrat, protein dan lignin berdampak pada meningkatnya
aktivitas organisme sehingga za-zat perekat butiran-butiran tanah seperti getah dan lilin yang berguna untuk mengikat butir-butir primer ke dalam lubang resapan
yang telah dibuat beberapa bulan sebelumnya telah mempengaruhi kualitas sifat
fisik tanah di sekeliling lubang resapan, sehingga kemantapan agregat tanahnya semakin meningkat jika dibandingkan dengan kontrol.
Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, menunjukan nilai agregat tanah yang semakin tinggi pada sample yang berdekatan dengan lubang resapan biopori. Pada
jarak 30, 50 dan 100 cm, nilai agregat tanahnya berturut-turut adalah 81,7, 80,4 dan 79,1. Pengamatan di Belanda menunjukan bahwa stabilitas agregat memiliki
nilai yang lebih tinggi pada tanah yang mengandung bahan organik yang tinggi dan jumlah cacing tanah yang banyak. Jumlah cacing tanah sangatlah penting
dalam menjaga stabilitas makro-agregat Brussaard, 1997.
Gambar 1. Hubungan Nilai Agregat Tanah dengan Jarak dari Lubang Resapan Biopori
Agregat tanah sangat jelas dipengaruhi oleh penambahan polisakarida dari bahan organik, tetapi stabilitasnya sangat dipengaruhi oleh jalinan hifa di dalam
agregat. Jamur, jumlahnya di permukaan pada tanah mineral tanpa pengolahan sangatlah membantu dalam pembentukan agregat yang stabil oleh cacing tanah
dan mikro arthopode seperti mites Beare, 1997. Walaupun aktifitas cacing tanah sangat sangat penting dalam menjaga
stabilitas agregat tanah, jamur dan bakteri juga berperan langsung dalam pembentukan dan menstabilkan agregat tanah. Peranan jamur dan bakteri
seringkali menjadi dominan pada pengolahan tanah yang dilakukan secara konvensional di mana cacing tanah dan arthopoda lain berkurang karena cara-cara
pengolahan tanah, kekurangan bahan organik, dan penggunaan pupuk atau cairan pembasmi hama.
76 77
78 79
80 81
82 83
84 85
86 87
88
20 40
60 80
100 120
In d
e x
S ta
b il
it a
s A
g re
g a
t
Jarak
Pengukuran
cm
Pan Mas Limo
Cinere Kontrol
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan bahan organik mungkin memiliki pengaruh yang berbeda dalam stabilitas agregat Piccolo et al. 1997.
Penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi bahan organik, khususnya tingkat kelembaban, mungkin memiliki pengaruh yang sangat penting pada bahan organik
dalam menstabilkan agregat.
4.2. Bobot Isi Tanah