Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan bahan organik mungkin memiliki pengaruh yang berbeda dalam stabilitas agregat Piccolo et al. 1997.
Penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi bahan organik, khususnya tingkat kelembaban, mungkin memiliki pengaruh yang sangat penting pada bahan organik
dalam menstabilkan agregat.
4.2. Bobot Isi Tanah
Bobot isi tanah adalah bobot kering suatu unit volume tanah dalam keadaan utuh, dinyatakan dalam gram tiap sentimeter kubik. Unit volume terdiri dari
volume yang terisi bahan padat dan volume ruangan diantaranya Sitorus, et al.
1980
Menurut Hanafiah 2005 bahwa bobot isi tanah merupakan kerapatan tanah per satuan volume yang dinyatakan dalam dua batasan, yaitu kerapatan partikel
bobot partikel = BP dan kerapatan massa bobot isi = BI. Kerapatan partikel adalah bobot massa partikel padat per satuan volume tanah, pada tanah-tanah
mineral biasanya kerapatan partikel berkisar antara 2,6 sampai 2,7 gcm
3
dengan nilai rata-rata 2,65 gcm
3
, sedangkan kerapatan massa adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering-ovenkan per satuan volume.
Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat. Tanah lapisan atas yang
bertekstur liat dan berstruktur granuler mempunyai bobot isi antara 1,0 sampai dengan 1,3 gcm
3
, sedangkan yang bertekstur kasar memiliki bobot isi antara 1,3 sampai dengan 1,8 gcm
3
. Sebagai contoh pembanding adalah bobot isi air = 1 gcm
3
= 1 ton gcm
3
. Pengukuran nilai bobot isi tanah dilakukan dengan mengambil sampel tanah
utuh di lapang dengan menggunakan ring sample yang memiliki garis tengah ring stailess steel 4,7 cm dan tinggi 5 cm pada kedalaman tanah 0-20 cm. Timbang
contoh tanah utuh bersama dengan ring sample X gram , lalu timbang berat ring sample kosong Y gram . Tetapkan kadar air tanah Z dengan cara gravimetrik,
yaitu mengeringkan tanah dengan oven pada suhu 105°C, setelah itu hitung volume tanah yang nilainya sama dengan volume ring sample. Kemudian hitung
bobot isi tanah menggunakan rumus yang terdapat pada bab metodologi.
Gambar 2 menunjukkan sebaran nilai bobot isi tanah di sekitar lubang resapan. Nilai bobot isi tanah di sekitar lubang resapan cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan kontrol, nilai rata-ratanya yaitu 0,95 gcm
3
sedangkan nilai bobot isi rata-rata pada kontrol adalah 0,97 gcm
3
. Perbedaan nilai bobot isi rata- rata pada sampel dan kontrol disebabkan karena adanya perbedaan tekstur tanah,
jenis bahan organik dan penggunaan lahan di atasnya, selain itu pengaruh aplikasi lubang resapan yang telah dibuat sebelumnya juga cukup memberikan efek
terhadap rendahnya nilai bobot isi tanah sampel terhadap kontrol. Rendahnya nilai bobot isi tanah juga berhubungan dengan aerasi tanah, namun berat tanah yang
lebih kecil juga merupakan salah satu hal yang mempengaruhi nilai bobot isi tanah di lapang.
Hasil pengamatan seperti ditunjukkan pada Gambar 2 juga menunjukkan bahwa semakin mendekati lubang resapan nilai bobot isi tanah cenderung
menurun. Pada jarak 30 cm, 50 cm dan 100 cm, nilai bobot isi tanahnya berturut- turut adalah 0,94, 0,948, 0,96 gcm
3
. Penambahan bahan organik yang banyak mengandung berbagai macam senyawa seperti lemak, karbohidrat, protein dan
lignin berdampak pada meningkatnya aktivitas organisme tanah, terutama organisme yang bersifat heterotrof. Bahan organik yang ditambahkan ke dalam
lubang resapan dijadikan sumber energi bagi organisme ini karena organisme heterotrof tidak mampu berfotosintesis atau tidak mampu menyediakan
makanannya sendiri.
Gambar 2. Hubungan Nilai Bobot Isi Tanah dengan Jarak dari Lubang Resapan Biopori
0.93 0.94
0.95 0.96
0.97 0.98
20 40
60 80
100 120
B o
b o
t Is
i g
c m
3
Jarak Pengukuran cm
Pan Mas Limo
Cinere Kontrol
Arthropoda adalah salah satu jenis organisme heterotrof yang memiliki sendi pada kakinya, yang termasuk ke dalam keluarga arthropoda adalah seperti
serangga, laba-laba, mites dan millipedes. Keluarga arthropoda banyak ditemukan di tanah, terutama tanah yang terdapat banyak kandungan bahan organik.
Walaupun beberapa dari organisme ini banyak menyebabkan kerusakan dan penyakit pada akar tanaman, tetapi tidak sebanyak hama tanaman. Kegiatan yang
dilakukan oleh organisme ini sangat mempengaruhi nilai porositas terhadap kemampuannya mengikat air, drainase dan aerasi. Bersama dengan cacing tanah,
organisme ini sangat berperan dalam pengolahan bahan organik di tanah, kotoran yang dihasilkannya bersama cacing tanah merupakan bagian yang sangat penting
dalam proses pembentukan humus. Peran utama Arthropoda adalah pada saat memarut, meremahkan sisa tanaman hingga menjadi bentuk yang lebih kecil dan
mencapurkannya ke dalam tanah. Proses demikian merangsang mikroorganisme lain untuk melakukan dekomposisi dari sisa tanaman tersebut. Proses inilah yang
menyebabkan nilai bobot isi tanah menjadi lebih rendah serta mempengaruhi sifat-sifat fisik tanah lainnya.
4.3. Porositas Tanah