menyalurkan dananya semaksimal mungkin untuk memperoleh keuntungan yang maksimal pula.
2. Pengaruh Non Performing Financing NPF Terhadap Penyaluran
Pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS di Indonesia
Keuntungan bank paling besar diperoleh dari penyaluran kredit atau pembiayaan yang disalurkannya. Apabila rasio pembiayaan bermasalah
NPF suatu bank syariah tinggi maka secara tidak langsung akan mengakibatkan fungsi intermediasi bank tidak berjalan dengan optimal,
karena mengurangi dan menurunkan perputarandana bank. Apabila dana bank berkurang maka akan mengurangi pembiayaan yangdiberikan oleh
bank kepada masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, Non Performing Financing NPF
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS di Indonesia. Setiap kenaikan
NPF maka akan menaikan jumlah penyaluran pembiayaan yang disalurkan. Dapat disimpulkan bahwa apabila NPF naik tidak akan mengurangi jumlah
pembiayaan yang disalurkan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Husnul Khatimah 2009.
3. Pengaruh Capital Adequacy Ratio CAR Terhadap Penyaluran
Pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS di Indonesia
Modal bank adalah salah satu aspek yang penting, karena beroperasi tidaknya dan dipercayanya suatu bank, salah satunya dipengaruhi oleh
kecukupan modal.Tingkat kecukupan modal bank memiliki kaitan dengan penyaluran pembiayaan. Semakin tinggi CAR maka semakin besar sumber
daya finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran
pembiayaan. Berdasarkan hasil penelitian, Capital Adequacy Ratio CAR
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran pembiayaan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS di Indonesia. Setiap kenaikan
nilai CAR akan menurunkan jumlah penyaluran pembiayaan BPRS. Dapat disimpulkan bahwa apabila nilai CAR turun tidak akan mempengaruhi
jumlah pembiayaan yang disalurkan. Hasil penelitian ini didukung oleh
hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Neil Al Muna 2013. 4. Pengaruh Biaya Promosi Terhadap Penyaluran Pembiayaan pada
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS di Indonesia
Biaya promosi dinilai mempunyai pengaruh yang baik bagi penyaluran pembiayaan BPRS, karena dengan biaya promosi yang besar,
kegiatan pemasaran suatu bank akan lebih optimal dan apabila optimal secara langsung banyak masyarakat yang mengenal dan menggunakan
produk-produknya sehingga dapat meningkatkan pendapatan bank dan bank pun akan meningkatkan penyaluran pembiayaannya untuk
memperoleh keuntungan.
Berdasarkan hasil penelitian, biaya promosi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran pembiayaan pada BPRS di Indonesia.
Setiap kenaikan atau penurunan biaya promosi di BPRS tidak akan mempengaruhi jumlah penyaluran pembiayaan pada BPRS di Indonesia.
Biaya promosi tidak berpengaruh bisa disebabkan oleh beberapa faktor, pertama BPRS tidak menerapkan sistem bunga melainkan sistem
bagi hasil, yang mana pesaing BPRS seperti BPR menerapkan sistem bunga. Bagi masyarakat yang mengharapkan keuntungan, BPRS bukanlah
menjadi pilihannya. Mereka akan memilih BPR yang jauh lebih menguntungkan.
Kedua, jumlah biaya promosi perbankan syariah masih relatif kecil jika dibandingkan dengan biaya promosi perbankan konvensional.
Berdasarkan data BI, biaya promosi dan belanja iklan industri perbankan syariah selama 2014 sebesar Rp.91,3 miliar. Biaya tersebut baru 1,9 dari
biaya promosi bank konvensional. Kecilnya market share sebagian besar disebabkan karena sedikitnya alokasi dana untuk pengembangan bank
syariah dari Bank Indonesia. Dibutuhkannya dana untuk edukasi dan pencerdasan masyarakat tentang bank syariah. Promosi, pendidikan dan
pelatihan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya promosi pada BPRS Indonesia tidak mempunyai pengaruh
yang cukup signifikan bagi kemajuan BPRS. Tetapi bagi BPRS di Indonesia harus tetap meningkatkan biaya promosinya agar produk-produk
BPRS dapat banyak dikenal dan digunakan dimasyarakat sehingga dapat memajukan Lembaga Keuangan Mikro Syariah LMKS di Indonesia.
5. Pengaruh Inflasi Terhadap Penyaluran Pembiayaan Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS di Indonesia
Inflasi merupakan variabel ekonomi makro yang dapat dikatakan mempunyai pengaruh atas kredit yang disalurkan bank. Seba bdengan
meningkatnya inflasi, pemerintah mengambil kebijakan dengan menaikkan BI Rate yang berdampak pada kenaikan suku bunga simpanan maupun
suku bunga kredit bank umum.Kenaikan suku bunga simpanan tersebut akan memacu keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank,
selain itu peningkatan suku bunga pinjaman akan menghambat bank dalam menyalurkan kreditnya.
Berdasarkan hasil penelitian, inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran pembiayaan pada BPRS di Indonesia. Setiap kenaikan
maupun penurunan nilai inflasi tidak akan mempengaruhi jumlah penyaluran pembiayaan yang diberikan.
Dalam hal ini BPRS tidak perlu mengkhawatirkan variabel inflasi, karena secara statistik terbukti bahwa disaat masyarakat menurun daya
belinya ternyata tidak mengurangi masyarakat untuk mengajukan pembiayaan dan melaksanakan kewajibannya dalam melunasi hutang
pembiayaannya. Hal ini membuktikan bahwa inflasi tidak mengganggu penyaluran pembiayaan pembiayaan sehingga jelas terbukti bahwa BPRS
dapat membantu masyarakat di saat masyarakat membutuhkan permodalan untuk usahanya.
6. Pengaruh Equivalent Rate Terhadap Penyaluran Pembiayaan Pada