79
Gambar 4.5 Return On Asset ROA Periode Tahun 2007 - 2014
Sumber: Bank Indonesia BI, data sekunder diolah
2. Analisis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi terhadap Dana Pihak
Ketiga dan Penyaluran Kredit serta Dampaknya pada Return on Assets
ROA pada Bank Umum.
Analisis ini dibagi menjadi tiga substruktur. Substruktur yang pertama menganalisis pengaruh suku bunga SBI dan inflasi sebagai variabel
eksogen terhadap variabel dana pihak ketiga sebagai variabel endogen. Substruktur yang kedua menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan
dana pihak ketiga sebagai variabel eksogen terhadap penyaluran kredit sebagai variabel endogen. Subtruktur yang ketiga menganalisis pengaruh
suku bunga SBI, inflasi, dana pihak ketiga, dan penyaluran kredit sebagai variabel eksogen terhadap ROA sebagai variabel endogen. Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan AMOS 18, maka dapat digambarkan diagram jalur sebagai berikut:
80
Gambar 4.6 Diagram Jalur Hasil Perhitungan
Sumber: Output AMOS 18
a. Analisis Korelasi
Analisis korelasi dilakukan untuk menganalisis hubungan antar variabel eksogen. Dengan AMOS 18, koefisien korelasi dapat dilihat
pada tabel 4.7 pada kolom estimate. Tingkat signifikansi korelasi antar variabel dapat dilihat pada tabel 4.6 pada kolom probabilitas.
Korelasi antara variable suku bunga SBI dan inflasi kelompok Bank Umum dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6 Covariances
Estimate S.E.
C.R. P
Label SBI
-- INFLASI
.053 .098
.541 .589
par_1 Sumber: Output AMOS 18
Tabel 4.7 Estimasi Korelasi antara Variabel SBI dan Inflasi
Estimate SBI -- INFLASI
.056 Sumber: Output AMOS 18
SBI ROA
,072
INFLASI KREDIT
DPK
,056
e3
,381 1,030
,998
e2
,306
e1
-4,073 4,297
-,553
,061
,012 ,,029
-,273
81 1 Korelasi antara Suku Bunga SBI dan Inflasi
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel suku bunga SBI dan Inflasi sebesar 0,56. Untuk mentafsirkan
angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut: – 0,25
: korelasi sangat lemah dianggap tidak ada 0,25
– 0,50 : korelasi cukup kuat 0,50
– 0,75 : korelasi kuat 0,75
– 1,00 : korelasi sangat kuat Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis:
a H
o
: tidak ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel.
b H
a
: ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel. Pengujian berdasarkan signifikan:
a Jika probabilitas penelitian 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
b Jika probabilitas penelitian 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Korelasi sebesar 0,56 mempunyai maksud hubungan antara variabel suku bunga SBI dan inflasi kuat dan searah, searah artinya
apabila terjadi kenaikan tingkat suku bunga SBI maka Inflasi juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua
variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,589 0,05 maka tidak cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga
korelasi tidak signifikan.
82
b. Analsis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, dan Inflasi terhadap Dana
Pihak Ketiga DPK
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur substruktur pertama adalah sebagai berikut:
Gambar 4.7 Diagram Jalur Substruktur I
Sumber: Output AMOS 18 Analisis jalur substruktur yang pertama adalah menganalisis
pengaruh suku bunga SBI, dan Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga DPK baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat
besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada table Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antar
variabel secara parsial atau individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada table Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk
melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di table Regression Weight kolom Probability. lihat Lampiran. Adapun
hasil perhitungan dengan menggunakan Software AMOS 18 adalah sebagai berikut:
,072 -,553
,056
INFLASI SBI
DPK e1
,306
83
Tabel 4.8 Pengaruh antara Suku Bunga SBI, dan Inflasi
terhadap Dana Pihak Ketiga DPK Pengaruh antar
variabel Estimasi
Probability R
Square
SBI -- DPK -0,553
0,000 0,306
INF -- DPK 0,072
0,403 Sumber: Output AMOS 18
Untuk melihat pengaruh variabel suku bunga SBI, dan inflasi terhadap dana pihak ketiga DPK secara simultangabungan dapat
dilihat pada table 4.8 kolom R Square. Besarnya angka R square r
2
adalah 0,306. Angka tersebut digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI,
dan inflasi secara gabungan terhadap DPK dengan cara menghitung koifisien determinasi KD dengan menggunakan rumus berikut:
KD = r
2
x 100 KD = 0,306 x 100
KD = 30,6 Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh variabel
suku bunga SBI, dan inflasi terhadap DPK adalah 30,6, sedangkan sisanya 69,4 100 - 30,6 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
dapat dijelaskan dalam penelitian. Dengan kata lain, variabilitas yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel suku bunga SBI, dan
inflasi adalah sebesar 30,6, sementara pengaruh yang disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini adalah sebesar 69,4.
84 Untuk melihat besarnya pengaruh suku bunga SBI, dan inflasi
terhadap DPK secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4,8, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas.
1 Pengarauh antara variabel suku bunga SBI terhadap Dana Pihak Ketiga DPK
Untuk melihat apakah ada hubungan linear antara variabel suku bunga SBI dengan DPK, dapat dilakukan langkah analisis
sebagai berikut: a H
o
: Tidak ada hubungan linear antara suku bunga SBI dengan DPK.
b H
a
: Ada hubungan linear antara suku bunga SBI dengan DPK. Dengan kriteria sebagai berikut:
a Jika probabilitas penelitian 0,05 maka H
o
ditolak dan H
a
diterima. b Jika probabilitas penelitian 0,05 maka H
o
diterima dan H
a
ditolak. Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linear antara variabel suku bunga SBI dengan DPK.
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap DPK sebesar -0,553 atau -55,3.
Suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan
maka akan menurunkan jumlah DPK. Pada umumnya kenaikan suku bunga SBI akan meningkatkan
pula jumlah DPK, peningkatan suku bunga SBI instrument yang dikeluarkan Bank Indonesia akan berpengaruh terhadap suku bunga
85 depsito dan kredit perbankan. Kenaikan suku bunga SBI
menyebabkan perbankan harus melakukan penataan uang kembali terhadap komposisi pendanaan maupun pembiayaan. Dari sisi
konsumen deposan meningkatnya suku bunga akan menyebabkan dana pihak ketiga DPK perbankan meningkat.
Triadi 2010:3, mengatakan bahwa keberadaan bank konvensional dan syariah secara umum memiliki fungsi strategis
sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Namun, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia
bank variabel ekonomi makro maupun variabel monoter yang perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki
andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat inflasi,
tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga interest rate
, dan nilai tukar rupiah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra 2009:13 menyatakan bahwa suku bunga SBI terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode
Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki pengaruh negatif atau
berlawan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Cahyono 2009 dan Triadi 2010 yang menyatakan bahwa suku bunga SBI
memberikan pengaruh berlawanan arah negatif dan signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga DPK.
86 2 Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga DPK
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,403 0,05. Maka tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak
ada hubungan linear antara variabel inflasi dengan DPK. Besarnya pengaruh inflasi terhadap DPK adalah sebesar 0,072 atau 0,72.
Inflasi memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap DPK. Artinya, apabila inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah DPK
akan mengalami kenaikan. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yunita 2007:17 bahwa inflasi memiliki pengaruh
yang negatif dan signifikan terhadap DPK. Ini berarti apabila terjadi peningkatan inflasi, maka DPK akan mengalami penurunan
diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Selain tingkat suku bunga, besarnya saving
masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi ekonomi Negara. Menurut teori Prof. Gregory Mankiw 2001:565 dalam Yunita
2007:19 menjelaskan bahwa dalam kondisi makroekonomi dimana terjadi perubahan tingkat harga akibat inflasi, kuantitas penawaran,
supply dan permintaan demand market of loanable funds
tergantung pada besarnya real interest rate. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra 2009:13, menyatakan bahwa tingkat Inflasi mempunyai pengaruh kecil terhadap DPK di 10 Bank
Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008. Wibowo
87 dan Suhendra menyatakan bahwa Inflasi terhadap DPK di 10 Bank
Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki
pengaruh positif atau searah. Hal ini terjadi kemungkinan dengan kenaikan inflasi maka banyak masyarakat yang tidak mau
membelanjakan uangnya karena inflasi naik mengakibatkan jumlah harga barang mahal sehingga mereka lebih suika menyimpan uangnya
di Bank.
c. Analsis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Dana Pihak
Ketiga DPK terhadap Penyalura Kredit
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur subtruktur kedua adalah sebagai berikut:
Gambar 4.8 Diagram Jalur Subtruktur II
Sumber: Output AMOS 18
Analisis jalur subtruktur yang kedua adalah menganalisis pengaruh suku bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga DPK, terhadap
Penyaluran Kredit baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom
INFLASI KREDIT
DPK SBI
e2
,998 ,012
,061 1,030
,056
88 estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh
antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk
melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability. lihat lampiran. Adapun
ringkasan hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 18 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Pengaruh antara Suku Bunga SBI, Inflasi,
dan DPK terhadap Penyaluran Kredit Pengaruh antar
variabel Estimasi
Probability R
square
SBI -- KREDIT
0,61
0,000
0,998
INF -- KREDIT
0,12
0,021 DPK -- KREDIT
1,030
0,000 Sumber: Output AMOS 18
Untuk melihat pengaruh variabel suku bunga SBI, inflasi, dan DPK terhadap penyaluran kredit secara gabungan dapat dilihat pada tabel
4.9 kolom R Square. Besarnya angka R Square r
2
adalah sebesar 0,998. Angka tersebut menjelaskan bahwa pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan DPK
terhadap penyaluran kredit secara gabungan adalah 99,8 0,998 x 100, sedangkan sisanya sebesar 0,2 100 - 99,8 dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian. Dengan kata lain, variabelitas yang dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel suku
bunga SBI, inflasi, dan DPK terhadap penyaluran kredit sebesar 99,8,
89 sementara pengaruh 0,2 disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar
model ini yang tidak dijelaskan dalam peneletian. Untuk melihat besarnya pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan
DPK terhadap penyaluran kredit secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4.9, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan
kolom probabilitas. 1 Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap Kredit
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit. Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,061 atau
0,61. Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga SBI, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh
Bank Umum juga akan mengalami kenaikan. Dalam kajian yang dilakukan oleh kantor Bank Indonesia
Ambon 2007 dalam Musaddad 2010:98, kenaikan harga BBM yang diikuti kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan
suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK
telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya
90 kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain
meningkatnya kapasitas kredit. Peningkatan kapasitas kredit ini telah meningkatkan penawaran kredit yang ditandai dengan hasil regresi
terhadap data yang menunjukan kapasitas kredit signifikan mempengaruhi realisasi kredit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Bancin 2005:4 yang menyatakan bahwa suku bunga
SBI memiliki pengaruh positif signifikan.
2 Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Kredit Hasil perhitungan menunjukan angka 0,021 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel inflasi dengan kredit. Besarnya
pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,012 atau 0,12. Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami
kenaikan, begitu juga sebaliknya. Menurut Bank Indonesia 2007:52 dalam Musadad
2010:116, kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan
baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas
perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya
91 kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain
meningkatnya kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada masyarakat.
Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang harus disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan
melakukan strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang diinginkan. Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif
terhadap kredit. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Musaddad 2010:98 yang menyatakan bahwa Inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan.
3 Pengaruh antara variabel DPK terhadap Kredit Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel DPK dengan kredit. Besar pengaruh
DPK terhadap kredit adalah sebesar 1,030 atau 103,0. DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.
Menurut Sugiarto 2006:4, dana pihak ketiga DPK merupakan simpanan-simpanan yang dilakukan nasabah pada bank
berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Dalam hal ini bank bertugas memberikan pelayanan
92 kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara keuangan bagi
masyarakat. Oleh karena itu, bank harus selalu berada ditengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat
dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Semakin tinggi jumlah DPK yang dimiliki bank memang semestinya tinggi juga
penyaluran dana tersebut dalam bentuk kredit karena sesuai fungsi utama bank adalah sebagai lembaga intermediary. Selain itu bila tidak
disalurkan kembali DPK yang diperoleh memiliki beban bunga yang harus dibayarkan kepada nasabah tentunya hal tersebut akan
merugikan bank. Penelitian ini juga menunjukan bahwa peran intermediasi
perbankan dalam menghidupkan sektor UMKM di Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh jumlah dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpun bank umum di Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Haryati
2009, Nona 2009, Pratama 2010 bahwa DPK secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
d. Analasis Jalur Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak
Ketiga DPK, dan Penyalura Kredit terhadap Return on Assets
ROA
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur subtruktur kedua adalah sebagai berikut:
93
Gambar 4.9 Diagram Jalur Subtruktur III
Sumber: Output AMOS 18 Analisis jalur subtruktur yang ketiga adalah menganalisis
pengaruh suku bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga DPK, dan Penyaluran Kredit terhadap ROA baik secara simultan maupun secara
parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya
pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan
untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability. lihat lampiran.
Adapun ringkasan hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 18 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Pengaruh antara Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK, dan Penyaluran
Kredit terhadap ROA Pengaruh Antar Variabel
Estimasi Probability R
square
SBI -- ROA
-,273
0,048
0,381
INF -- ROA
,029
0,725 DPK -- ROA
4,297
0,010 KREDIT -- ROA
-4,073
0,012 Sumber: Output AMOS 18
DPK
INFLASI SBI
ROA
KREDIT e3
,381 ,056
-,273 ,029
-4,073 4,297
94 Untuk melihat pengaruh variabel suku bunga SBI, Inflasi, Dana
Pihak Ketiga DPK, dan Penyaluran Kredit terhadap ROA secara gabungan dapat dilihat pada tabel 4.10 kolom R Square.
Besarnya angka R Square r
2
adalah sebesar 0,381. Angka tersebut menjelaskan bahwa pengaruh suku bunga SBI, Inflasi, Dana
Pihak Ketiga DPK, dan Penyaluran Kredit terhadap ROA secara gabungan adalah 38,1 0,381 x 100, sedangkan sisanya sebesar
61,9 100-38,1 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian. Dengan kata lain, variabelitas yang dapat dijelaskan
dengan menggunakan variabel suku bunga SBI, Inflasi, Dana Pihak Ketiga DPK, dan Penyaluran Kredit terhadap ROA sebesar 38,1,
sementara pengaruh 61,9 disebabkan oleh variabel-variabel lain diluar model ini yang tidak dijelaskan dalam peneletian.
Untuk melihat besarnya pengaruh suku bunga SBI, inflasi, DPK, dan penyaluran kredit terhadap ROA secara parsial, digunakan kolom
estimasi pada tabel 4.10, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas.
1 Pengaruh antara Variabel Suku Bunga SBI terhadap ROA Hasil perhitungan menunjukan angka 0,048 0,05. Maka
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan ROA.
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap ROA sebesar -0,273 atau -27,3.
95 Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga SBI maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad 2010:120 dan Sophan 2013:110 menyatakan bahwa suku bunga
SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Menurut Bancin dalam Musadad 2010:210 bahwa suku
bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti
oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga kredit.
Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat
masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan aktivitas utama perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila
tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit. Dengan menurunnya permintaan kredit
maka akan berimbas pada penurunan keuntunganlaba yang akan diperoleh bank.
2 Pengaruh antara Variabel Inflasi terhadap ROA Hasil perhitungan menunjukan angka 0,725 0,05. Maka
tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak ada hubungan linier antara variabel Infasi dengan ROA. Besarnya
pengaruh Inflasi terhadap ROA sebesar 0,029 atau 0,29.
96 Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan
terhadap ROA. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jiang, Tang, Law dan Sze 2003:76 yang menyatakan inflasi
berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan Musaddad 2010:106 bahwa inflasi tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Teori menurut Cynara 2006:16, bahwa tinggi rendahnya rentabilitas suatu perusahaan
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membentuk rentabilitas tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah profit margin, assets utilization dan total
equity. 3 Pengaruh antara variabel Dana Pihak Ketiga DPK terhadap Return
on Assets ROA
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,010 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya pengaruh DPK terhadap ROA sebesar 4,297 atau 429,7.
DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka ROA juga akan
mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad 2010:101, bahwa
DPK memiliki pengaruh negatif signifikan pada ROA. Hal ini dikarenakan apabila jika DPK tinggi berarti masyarakat
mempercayakan uangnya untuk dikelola bank. Total DPK diperoleh dengan menjumlahkan rekening dari dana pihak ketiga yaitu
tabungan, giro, dan deposito. Kemampuan bank dalam menyalurkan kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka
97 semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank. Ketika tingkat
penyaluran kredit suatu bank meningkat maka bank tersebut dapat mengoptimalkan kegiatan pokoknya sebagai penyalur dana kepada
masyarakat sehingga tingkat laba yang dihasilkan pun meningkat. Dengan kata lain kenaikan DPK akan meningkatkan ROA, sehingga
kinerja keuangan bank akan semakin baik dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah
kredit macet akan kecil. Dana pihak ketiga DPK merupakan dana yang bersumber
dari masyarakat luas merupakan sumber penting untuk aktivitas operasional bank dan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu bank
apabila bank dapat menanggung biaya operasinya dari sumber dana ini Kasmir, 2012:59.
Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar aliran uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat
ditampung kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat. Keuntungan utama bank berasal dari sumber-sumber dana dengan
bunga yang akan diterima dari alokasi tertentu. DPK meningkat maka bank mempunyai peluang serta kesempatan yang lebih besar untuk
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Dapat dikatakan DPK memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas yang dihitung
dengan rasio ROA. Anggreni dan Suardhika 2014:32. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anggreni dan Suardhika 2014:32, menyatakan bahwa dana pihak ketiga DPK mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA.
98 4 Pengaruh antara variabel Kredit terhadap ROA
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,012 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya pengaruh DPK terhadap ROA sebesar -4,073 atau -407,3.
Kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit, maka ROA akan
mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati 2012:9
menyatakan bahwa penyaluran kredit memiliki pengaruh positif tidak signifikan pada ROA.
Menurut Bancin dalam Musadad 2010:210 bahwa penyaluran kredit dapat dipengaruhi oleh suku bunga SBI, suku bunga
SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti
oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku
bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada
bank. Kredit merupakan aktivitas utama perbankan dalam
menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit.
99 Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada
penurunan keuntunganlaba yang akan diperoleh bank. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri.
Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan.
Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan mengalami perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta
asing valas. Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar 10 yoy. Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena
rendahnya penyaluran kredit berpotensi menimbulkan instabilitas. Secara makro, dengan menurunnya pertumbuhan kredit, pertumbuhan
ekonomi ke depan dapat tertekan. Secara mikro, penurunan pertumbuhan kredit dapat menyebabkan sektor korporasi dan rumah
tangga menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan untuk membiayai kegiatan usaha. Pada tahun 2009, meskipun kredit
mengalami perlambatan pertumbuhan, hal itu tidak mengurangi kemampuan bank menghasilkan profit, bahkan lebih tinggi
dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada 2008. Perbankan juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko
kredit, yang sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun 2009. Salah satu faktor yang tampaknya mendorong peningkatan
profitabilitas adalah upaya bank untuk memperlebar spread ditengah tren penurunan BI rate. Upaya memperlebar spread itu menjadi
semakin mudah dilakukan setelah adanya kesepakatan sejumlah bank
100 terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk menurunkan suku
bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan akhir kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit,
namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati dampak positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas. Jadi meskipun
ROA cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak di barengi dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan Kajian
Stabilitas Keuangan Bank Indonesia, 2010. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap
2006:108, menyatakan bahwa pertumbuhan kredit mempunya pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antar variabel eksogen dan endogen dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.11 Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen
Pengaruh antar variabel Estimasi
Probabilitas Kesimpulan
SBI -- DPK -,553
0,000 Signifikan
INF -- DPK ,072
0,403 Tidak
Signifikan SBI -- KREDIT
,061 0,000
Signifikan INF -- KREDIT
,012 0,021
Signifikan DPK -- KREDIT
1,030 0,000
Signifikan SBI -- ROA
-,273 0,048
Signifikan INF -- ROA
,029 0,725
Tidak Signifikan
DPK -- ROA 4,297
0,010 Signifikan
KREDIT -- ROA -4,073
0,012 Signifikan
Sumber: Output AMOS 18
101
e. Hasil Uji Kesesuaian Model Goodness of Fit
Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau belum, maka dilakukan uji kesesuaian model Goodness of Fit sebagai
berikut:
Table 4.12 Hasil Uji
Goodness of Fit Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga DPK dan Penyaluran
Kredit Serta Dampaknya pada ROA
Laporan Statistik Nilai Yang
direkomendasikan Imam Ghozali 2008
Hasil Keterangan
Absolute Fit
Probabilitas χ2 Tidak signifikan
p0,05 -
Model tidak cocok
χ2 df ≤5
2 -
- RMSEA
0,1 0,05
0,01 0.05 ≤ x ≤ 0,08
0,821 Poor Fit
GFI 0,9
1 Perfect Fit
Incremental Fit
AGFI ≥0,9
- -
TLI ≥0,9
- -
NFI ≥0,9
1 Perfect Fit
Parsimonious Fit
PNFI – 1.0
Poor Fit PGFI
– 1.0 -
- Sumber: data diolah
Hasil uji Goodness of Fit tersebut masih banyak yang tidak terdefinisi maka pengujian tersebut dianggap kurang fit. Hal ini
disebabkan dalam model tersebut masih ada pengaruh antar variabel yang tidak signifikan. Selanjutnya, peneliti akan melakukan analisis jalur
model trimming I. Analisis jalur model Trimming adalah model yang
102 digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur bila koefisien
betanya eksogen tidak signifikan. Dalam hal ini peneliti menghilangkan salah satu jalur panah yang memiliki koefisien betanya tidak signifikan
dan yang memiliki probabilitas terbesar. Rangkuman hasil trimming model dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 4.13 Hasil Uji
Goodness of Fit setelah modifikasi Indeks
Goodness of Fit
Cut Off Value Hasil Uji
Sebelum Trimming
Trimming 1 Absolute Fit
Probabilitas χ2 Tidak signifikan
p0,05 -
0.725 Df
1 χ2 df
≤5 2
- 0,123
RMSEA 0,1
0,05 0,01
0.05 ≤ x ≤ 0,08 0,821
0,000
GFI 0,9
1 0,999
Incremental Fit
AGFI ≥0,9
- 0,992
TLI ≥0,9
- 1,014
NFI ≥0,9
1 1
Parsimonious Fit
PNFI – 1.0
0,100 PGFI
– 1.0 -
0,067 Sumber: data diolah
Pada trimming pertama, jalur panah Inflasi pada Return On Asset
ROA dihilangkan karena memiliki probabilitas 0,725 0,05 tidak signifikan. Dari hasil modifikasi I model analisis jalur dengan
menghilangkan jalur panah Inflasi pada Return On Asset ROA. Diperoleh indeks kesesuaian model yang cukup baik dan masih ada
103 pengaruh antar variabel yang tidak signifikan yang lebih dari 0,05. Dari
modifikasi pertama, maka dapat diperoleh hasil perhitungan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Pengaruh antar Variabel Setelah Trimming I
Pengaruh antar variabel Estimasi
Probabilitas Kesimpulan
SBI -- DPK -,553
0,000 Signifikan
INF -- DPK ,072
0,403 Tidak
Signifikan SBI -- KREDIT
,061 0,000
Signifikan INF -- KREDIT
,012 0,021
Signifikan DPK -- KREDIT
1,030 0,000
Signifikan SBI -- ROA
-,278 0,043
Signifikan DPK -- ROA
4,165 0,011
Signifikan KREDIT -- ROA
-3,942 0,013
Signifikan Sumber: Output AMOS 18
Dikarenakan terjadi trimming yaitu dengan membuang bagian jalur yang tidak signifikan, maka dari itu penelitian selanjutnya bertujuan
sebagai berikut: 1 Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI, Inflasi terhadap DPK.
2 Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan DPK terhadap penyaluran kredit.
3 Untuk menganalisis pengaruh sukui bunga SBI, DPK, dan penyaluran kredit terhadap ROA.
3. Analisis Jalur Setelah Trimming I