103 pengaruh antar variabel yang tidak signifikan yang lebih dari 0,05. Dari
modifikasi pertama, maka dapat diperoleh hasil perhitungan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Pengaruh antar Variabel Setelah Trimming I
Pengaruh antar variabel Estimasi
Probabilitas Kesimpulan
SBI -- DPK -,553
0,000 Signifikan
INF -- DPK ,072
0,403 Tidak
Signifikan SBI -- KREDIT
,061 0,000
Signifikan INF -- KREDIT
,012 0,021
Signifikan DPK -- KREDIT
1,030 0,000
Signifikan SBI -- ROA
-,278 0,043
Signifikan DPK -- ROA
4,165 0,011
Signifikan KREDIT -- ROA
-3,942 0,013
Signifikan Sumber: Output AMOS 18
Dikarenakan terjadi trimming yaitu dengan membuang bagian jalur yang tidak signifikan, maka dari itu penelitian selanjutnya bertujuan
sebagai berikut: 1 Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI, Inflasi terhadap DPK.
2 Untuk menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan DPK terhadap penyaluran kredit.
3 Untuk menganalisis pengaruh sukui bunga SBI, DPK, dan penyaluran kredit terhadap ROA.
3. Analisis Jalur Setelah Trimming I
Pengujian analisis jalur setelah trimming terdiri dari 3 tiga substruktur. Yang pertama adalah pengaruh antara suku bunga SBI dan
inflasi terhadap dana pihak ketiga DPK secara parsial. Yang kedua
104 menganalisis pengaruh suku bunga SBI, inflasi, dan dana pihak ketiga
DPK terhadap penyaluran kredit baik secara simultan maupun parsial. Yang ketiga menganalisis pengaruh suku bunga SBI, dana pihak ketiga
DPK dan penyaluran kredit terhadap ROA baik secara simultan maupun parsial. Dari hasil perhitungan setelah trimming I dengan menggunakan
AMOS 18, maka dapat digambarkan diagram jalur setelah timming sebagai berikut:
Gambar 4.10 Hasil Perhitungan Jalur Setelah Trimming I
Sumber: Output AMOS 18 Untuk melihat besarnya korelasi antar variabel eksogen setelah
trimming I dapat dilihat pada table 4.17. Korelasi antara suku bunga SBI
dan Inflasi kelompok Bank Umum tidak berbeda dengan analisis korelasi sebelum trimming.
Tabel 4.15 Hasil Korelasi Antara Suku Bunga SBI dan Inflasi Setelah Trimming I
Korelasi antar variabel Estimasi
Probabilitas SBI -- INF
,056 0,589
Sumber: Output AMOS 18
SBI ROA
Inflasi Kredit
DPK e3
,381
e2 ,998
e1 ,306
,056 -,553
,072 -,278
,012 4,165
1,030 -3,942
,061
105
a. Analisis Jalur Substruktur I Setelah Trimming I
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur pertama adalah sebagai berikut:
Gambar 4.11 Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming I
Sumber: Output AMOS 18 Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk
ringkasan tabel sebagai berikut:
Tabel 4.16 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, dan Inflasi
terhadap Dana Pihak Ketiga DPK Pengaruh antar
variabel Estimasi
Probability R
Square
SBI -- DPK -0,553
0,000 0,306
INF -- DPK 0,072
0,403 Sumber: Output AMOS 18
Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI dan Inflasi terhadap DPK secara simultan 30,6, sedangkan sisanya sebesar 69,4 100-
30,6 dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model ini. 1 Pengarauh antara variabel suku bunga SBI terhadap Dana Pihak
Ketiga DPK Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
,072 -,553
,056
INFLASI SBI
DPK e1
,306
106 hubungan linear antara variabel suku bunga SBI dengan DPK.
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap DPK sebesar -0,553 atau -55,3.
Suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan
maka akan menurunkan jumlah DPK. Pada umumnya kenaikan suku bunga SBI akan meningkatkan
pula jumlah DPK, peningkatan suku bunga SBI instrument yang dikeluarkan Bank Indonesia akan berpengaruh terhadap suku bunga
depsito dan kredit perbankan. Kenaikan suku bunga SBI menyebabkan perbankan harus melakukan penataan uang kembali
terhadap komposisi pendanaan maupun pembiayaan. Dari sisi konsumen deposan meningkatnya suku bunga akan menyebabkan
dana pihak ketiga DPK perbankan meningkat. Triadi 2010:3, mengatakan bahwa keberadaan bank
konvensional dan syariah secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dala m lalu lintas
pembayaran. Namun, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia bank variabel ekonomi makro maupun variabel monoter yang
perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh
perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat inflasi, tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga
interest rate , dan nilai tukar rupiah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra 2009:13, menyatakan bahwa
107 suku bunga SBI terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode
Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008 memiliki pengaruh negatif atau
berlawan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Cahyono 2009 dan Triadi 2010 yang menyatakan bahwa suku bunga SBI
memberikan pengaruh berlawanan arah negatif dan signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga DPK.
2 Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga DPK Hasil perhitungan menunjukan angka 0,403 0,05. Maka
tidak cukup data untuk menolak H
o
dan menerima H
a
. Artinya, tidak ada hubungan linear antara variabel inflasi dengan DPK. Besarnya
pengaruh inflasi terhadap DPK adalah sebesar 0,072 atau 0,72. Inflasi memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
DPK. Artinya, apabila inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah DPK akan mengalami kenaikan. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Yunita 2007 bahwa inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap DPK. Ini berarti apabila terjadi
peningkatan inflasi, maka DPK akan mengalami penurunan diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk memenuhi
kebutuhan konsumsinya. Selain tingkat suku bunga, besarnya saving masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi ekonomi Negara.
Menurut teori Prof. Gregory Mankiw 2001:565 dalam Yunita 2007:19, menjelaskan bahwa dalam kondisi makroekonomi dimana
terjadi perubahan tingkat harga akibat inflasi, kuantitas penawaran, supply
dan permintaan demand market of loanable funds tergantung pada besarnya real interest rate.
108 Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Wibowo dan Suhendra 2009:13, menyatakan bahwa tingkat Inflasi mempunyai pengaruh kecil terhadap DPK di 10 Bank
Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008. Wibowo
dan Suhendra menyatakan bahwa Inflasi terhadap DPK di 10 Bank Devisa pada periode Triwulan I 2003
– Triwulan III 2008 memiliki pengaruh positif atau searah. Hal ini terjadi kemungkinan dengan
kenaikan inflasi maka banyak masyarakat yang tidak mau membelanjakan uangnya karena inflasi naik mengakibatkan jumlah
harga barang mahal sehingga mereka lebih suika menyimpan uangnya di Bank.
b. Analisis Jalur Substruktur II Setelah Trimming I
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur kedua adalah sebagai berikut:
Gambar 4.12 Diagram Jalur Subtruktur II Setelah Trimming I
Sumber: Output AMOS 18 Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk
ringkasan tabel sebagai berikut: INFLASI
KREDIT DPK
SBI
e2
,998 ,012
,061 1,030
,056
109
Tabel 4.17 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi,
dan DPK terhadap Penyaluran Kredit Pengaruh antar variabel
Estimasi Probability
R square
SBI -- KREDIT
,061
0,000
0,998
INF -- KREDIT
0,12
0,021 DPK -- KREDIT
1,030
0,000 Sumber: Output AMOS 18
Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI, inflasi, dan dana pihak ketiga DPK terhadap penyaluran kredit secara simultan adalah
99,8, sedangkan sisanya sebesar 0,2 100-99,8 dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
1 Pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap Kredit Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit.
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,061 atau 0,61.
Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi
kenaikan suku bunga SBI, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami kenaikan.
Dalam kajian yang dilakukan oleh kantor Bank Indonesia Ambon 2007 dalam Musaddad 2010:98, kenaikan harga BBM
yang diikuti kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan
110 baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK
telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya
kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatnya kapasitas kredit. Peningkatan kapasitas kredit ini telah
meningkatkan penawaran kredit yang ditandai dengan hasil regresi terhadap data yang menunjukan kapasitas kredit signifikan
mempengaruhi realisasi kredit. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Bancin 2005:4 yang menyatakan bahwa suku bunga SBI memiliki pengaruh positif signifikan.
2 Pengaruh Variabel Inflasi terhadap Kredit Hasil perhitungan menunjukan angka 0,021 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel inflasi dengan kredit. Besarnya
pengaruh suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,012 atau 0,12. Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi, maka jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami
kenaikan, begitu juga sebaliknya. Menurut Bank Indonesia 2007:52 dalam Musadad
2010:116, kenaikan inflasi dan direspon oleh BI dengan menaikan suku bunga SBI telah menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan
111 baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK
telah menyebabkan naiknya DPK yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatnya
kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatnya kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada
masyarakat. Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang
harus disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan melakukan strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang
diinginkan. Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif terhadap kredit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Musaddad 2010:98 yang menyatakan bahwa Inflasi
memiliki pengaruh positif dan signifikan.
3 Pengaruh Variabel DPK terhadap Kredit Hasil perhitungan menunjukan angka 0,000 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel DPK dengan kredit. Besar pengaruh
DPK terhadap kredit adalah sebesar 1,030 atau 103,0. DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya.
Menurut Sugiarto 2006:4, dana pihak ketiga DPK
112 merupakan simpanan-simpanan yang dilakukan nasabah pada bank
berupa giro, tabungan, deposito dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Dalam hal ini bank bertugas memberikan pelayanan
kepada masyarakat dan bertindak selaku perantara keuangan bagi masyarakat. Oleh karena itu, bank harus selalu berada ditengah
masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Semakin tinggi
jumlah DPK yang dimiliki bank memang semestinya tinggi juga penyaluran dana tersebut dalam bentuk kredit karena sesuai fungsi
utama bank adalah sebagai lembaga intermediary. Selain itu bila tidak disalurkan kembali DPK yang diperoleh memiliki beban bunga yang
harus dibayarkan kepada nasabah tentunya hal tersebut akan merugikan bank.
Penelitian ini juga menunjukan bahwa peran intermediasi perbankan dalam menghidupkan sektor UMKM di Indonesia masih
sangat dipengaruhi oleh jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun bank umum di Indonesia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Haryati 2009, Nona 2009, Pratama 2010 bahwa DPK secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
c. Analisis Jalur Substruktur III Setelah Trimming I
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur ketiga adalah sebagai berikut:
113
Gambar 4.13 Diagram Jalur Subtruktur III setelah trimming I
Sumber: Output AMOS 18 Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk
ringkasan table sebagai berikut:
Tabel 4.18 Hasil Uji Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, DPK,
dan Penyaluran Kredit terhadap ROA Pengaruh antar variabel Estimasi
Probability R
square
SBI -- ROA
-,278
0,043
0,381
DPK -- ROA
4,165
0,011 KREDIT -- ROA
-3,942
0,013 Sumber: Output AMOS 18
Besarnya pengaruh variabel suku bunga SBI, dana pihak ketiga DPK, dan penyaluran kredit terhadap ROA secara simultan adalah
38,1, sedangkan sisanya sebesar 61,9 100-38,1 dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model ini.
1 Pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap ROA Hasil perhitungan menunjukan angka 0,043 0,05. Maka
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan ROA.
DPK
SBI ROA
KREDIT e3
,381 -,278
-3,942 4,165
114 Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap ROA sebesar -0,278
atau -27,8. Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan suku bunga SBI maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad 2010:120 dan Sophan 2013:110, menyatakan bahwa suku bunga
SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Menurut Bancin dalam Musadad 2010:210, bahwa suku
bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti
oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga kredit.
Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga akan mengurangi minat
masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan aktivitas utama perbankan dalam menghasilkan keuntungan. Apabila
tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit. Dengan menurunnya permintaan kredit
maka akan berimbas pada penurunan keuntunganlaba yang akan diperoleh bank. Kenaikan bunga kredit tentu akan menghambat
pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank
yang bersangkutan.
115 2 Pengaruh variabel dana pihak ketiga DPK terhadap ROA
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,011 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada
hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya pengaruh DPK terhadap ROA sebesar 4,165 atau 416,5.
DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka ROA juga akan
mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Musaddad 2010:101, bahwa
DPK memiliki pengaruh negatif signifikan pada ROA. Hal ini dikarenakan apabila jika DPK tinggi berarti masyarakat
mempercayakan uangnya untuk dikelola bank. Total DPK diperoleh dengan menjumlahkan rekening dari dana pihak ketiga yaitu
tabungan, giro, dan deposito. Kemampuan bank dalam menyalurkan kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka
semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank. Ketika tingkat penyaluran kredit suatu bank meningkat maka bank tersebut dapat
mengoptimalkan kegiatan pokoknya sebagai penyalur dana kepada masyarakat sehingga tingkat laba yang dihasilkan pun meningkat.
Dengan kata lain kenaikan DPK akan meningkatkan ROA, sehingga kinerja keuangan bank akan semakin baik dengan asumsi bank
tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah kredit macet akan kecil.
116 Dana pihak ketiga DPK merupakan dana yang bersumber
dari masyarakat luas merupakan sumber penting untuk aktivitas operasional bank dan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu bank
apabila bank dapat menanggung biaya operasinya dari sumber dana ini Kasmir, 2012:59.
Bank diharapkan selalu berada ditengah masyarakat, agar aliran uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat
ditampung kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat. Keuntungan utama bank berasal dari sumber-sumber dana dengan
bunga yang akan diterima dari alokasi tertentu. DPK meningkat maka bank mempunyai peluang serta kesempatan yang lebih besar untuk
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Dapat dikatakan DPK memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas yang dihitung
dengan rasio ROA Anggreni dan Sadha Suardhika, 2014:32. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anggreni dan Suardhika 2014:32, menyatakan bahwa dana pihak ketiga DPK mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA.
3 Pengaruh variabel kredit terhadap ROA Hasil perhitungan menunjukan angka 0,013 0,05. Maka telah
cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel DPK dengan ROA. Besarnya
pengaruh DPK terhadap ROA sebesar -3,942 atau -394,2.
117 Kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit, maka ROA akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati 2012:9, menyatakan bahwa penyaluran kredit memiliki pengaruh positif tidak
signifikan pada ROA. Menurut Bancin dalam Musadad 2010:210 bahwa
penyaluran kredit dapat dipengaruhi oleh suku bunga SBI, suku bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang
disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit pinjaman dan
meningkatkan juga biaya bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga
akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. Kredit merupakan aktivitas utama perbankan dalam
menghasilkan keuntungan. Apabila tingkat suku bunga kredit meningkat maka akan direspon dengan penurunan permintaan kredit.
Dengan menurunnya permintaan kredit maka akan berimbas pada penurunan keuntunganlaba yang akan diperoleh bank. Kenaikan
bunga kredit tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor kredit akan menjadi kecil. Hal ini
berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan. Pasca krisis ekonomi global, pertumbuhan kredit perbankan
mengalami perlambatan yang signifikan, terutama kredit dalam valuta asing valas. Selama tahun 2009, total kredit hanya tumbuh sekitar
10 yoy. Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius karena
118 rendahnya penyaluran kredit berpotensi menimbulkan instabilitas.
Secara makro, dengan menurunnya pertumbuhan kredit, pertumbuhan ekonomi ke depan dapat tertekan. Secara mikro, penurunan
pertumbuhan kredit dapat menyebabkan sektor korporasi dan rumah tangga menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan untuk
membiayai kegiatan usaha. Pada tahun 2009, meskipun kredit mengalami perlambatan pertumbuhan, hal itu tidak mengurangi
kemampuan bank menghasilkan profit, bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan laba yang berhasil diperoleh pada 2008.
Perbankan juga berhasil menekan dampak resiko, terutama resiko kredit, yang sempat meningkat sampai dengan pertengahan tahun
2009. Salah satu faktor yang tampaknya mendorong peningkatan profitabilitas adalah upaya bank untuk memperlebar spread ditengah
tren penurunan BI rate. Upaya memperlebar spread itu menjadi semakin mudah dilakukan setelah adanya kesepakatan sejumlah bank
terutama bank besar pada bulan agustus 2009 untuk menurunkan suku bunga pinjaman agar mendekati BI rate. Meskipun tujuan akhir
kesepakatan tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan kredit, namun menjelang tujuan akhir itu tercapai, perbankan telah menikmati
dampak positifnya dari sisi kenaikan profitabilitas. Jadi meskipun ROA cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak di
barengi dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia, 2010.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap 2006:108, menyatakan bahwa pertumbuhan kredit mempunya
pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
119
d. Uji Kesesuaian Model Goodness of Fit setelah trimming I
Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau belum, maka dilakukan uji kesesuaian model Goodness of Fit sebagai
berikut:
Table 4.19 Hasil Uji
Goodness of Fit Setelah Trimming Laporan
Statistik Nilai yang
Direkomendasikan Imam Ghozali, 2008
Hasil Keterangan
Absolute Fit
Probabilitas χ2 Tidak signifikan p0,05
0,725 Model
cocok Df
1 Good fit
χ2 df ≤5
2 0,123
Good fit RMSEA
0,1 0,05
0,01 0.05 ≤ x ≤ 0,08
0,000 Good fit
GFI 0,9
1 Good fit
Incremental Fit
AGFI ≥0,9
0,999 Good fit
TLI ≥0,9
1,014 Good fit
NFI ≥0,9
1 Good fit
Parsimonious Fit
PNFI – 1.0
0,100 Lebih besar
lebih baik PGFI
– 1.0 0,067
Lebih besar lebih baik
Sumber: data diolah Dilihat dari nilai Chi-square sebesar 0,123 dengan profitabilitas
0,725 yang jauh di atas 0,05 dapat disimpulkan bahwa data empiris sesuai dengan model. Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya
seperti CMINDF χ
2
df sebesar 0,123 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik karena dibawah 2. Begitu juga apabila dilihat dari
120 kriteria fit lainnya seperti GFI, AGFI, TLI dan NFI yang nilainya diatas
0,90 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik. Nilai PNFI dan PGFI masih relative kecil yang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan
model yang signifikan. Menurut Ghozali 2008 apabila salah satu kriteria tidak fit maka dapat melihat kriteria lainnya.
e. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung
Beberapa pengaruh langsung dan tidak langsung melalui dana pihak ketiga DPK, kredit serta melalui DPK dan kredit dan pengaruh
total dari suku bunga SBI, Inflasi, DPK, dan kredit terhadap Return On Asset
ROA dapat dilihat pada tabel uraian sebagai berikut:
Tabel 4.20 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh
Total tentang SBI X
1
, Inflasi X
2
, DPK Y
1
, dan Kredit Y
2
pada ROA Z
Pengaruh Variabel Pengaruh Kausal
Langsung Tidak
Langsung Melalui Y
Total
X
1
→ Y
1
-0,553 -0,553
X
1
→ Y
2
0,061 -0,570
0-,509 X
2
→ Y
1
0,072 0,072
X
2
→ Y
2
0,012 0,074
0,086 X
1
→ Z -0,278
0-,297 -0,0575 + - 0,240
-0,575 Y
1
→ Y
2
1,030 1,030
Y
1
→ Z 4,165
-4,060 1,030 x -3,942
0,104 Y
2
→ Z -3,942
-3,942 Sumber: data diolah
121 1 Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap dana pihak ketiga
DPK. Suku bunga SBI memiliki pengaruh total terhadap DPK
sebesar -0,553. 2 Pengaruh antara variabel suku bunga SBI terhadap kredit.
Suku bunga SBI memiliki pengaruh langsung terhadap kredit sebesar 0,061. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap kredit melalui
DPK sebesar -0,570 -0,553 x 1,030. Pengaruh total suku bunga SBI terhadap kredit sebesar -0,509 0,61 + -0,570.
3 Pengaruh antara variabel inflasi terhadap dana pihak ketiga DPK. Inflasi memiliki pengaruh total terhadap Dana Pihak Ketiga
DPK sebesar 0,072. 4 Pengaruh antara variabel inflasi terhadap kredit.
Inflasi memiliki pengaruh langsung terhadap kredit sebesar 0,012. Pengaruh tidak langsung Inflasi terhadap kredit melalui DPK
sebesar 0,074 0,072 x 1,030. Pengaruh total suku bunga SBI terhadap kredit sebesar 0,086 0,012 + 0,074.
5 Pengaruh antara variabel SBI terhadap ROA. SBI memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar -
0,278. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui DPK sebesar -0,0575 -0,553 x 0,104.
SBI memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar - 0,278. Pengaruh tidak langsung SBI terhadap ROA melalui kredit
122 sebesar -0,240 0,061 x -3,942. Jadi pengaruh tidak langsung SBI
terhadap ROA melalui DPK dan kredit sebesar -0,297 -0,0575 + - 0,240.
Pengaruh total SBI terhadap ROA sebesar -0,575 [-0,278 + - 0,0575 + -0,240].
6 Pengaruh antara variabel DPK terhadap kredit. DPK memiliki pengaruh total terhadap kredit sebesar 1,030.
7 Pengaruh antara variabel DPK terhadap ROA. DPK memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar
4,165. Pengaruh tidak langsung DPK terhadap ROA melalui kredit sebesar -4,060 1,030 x -3,942. Pengaruh total DPK terhadap ROA
sebesar 0,104 [4,165 + -4,060 1,030 x -3,942] 8 Pengaruh antara variabel kredit terhadap ROA.
Kredit memiliki pengaruh total terhadap ROA sebesar -3,942.
4. Analisis Jalur Setelah Trimming II