menjadi konsep awal dari personality, yaitu tingkah laku yang ditampakkan kepada lingkungan sosial atau kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat
ditangkap oleh orang sekitarnya dalam lingkungan Hidayat, 2009.
2.2.1 Defenisi Kepribadian
Banyak ahli yang telah merumuskan defenisi kepribadian berdasarkan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang mereka
kembangkan. Dengan demikian akan dijumpai banyak variasi defenisi sebanyak ahli yang merumuskannya Rismawaty, 2008.
Gordon W. Allport mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kepribadian adalah organisasi yang dinamis dalam diri seseorang sebagai sistem
psikofisis yang menentukan caranya yang khas di dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan Sumadi, 2005.
Menurut Dr. Sugyanto, kepribadian adalah totalitas ciri-ciri seseorang yang tergambar dalam perilaku dan tak terbatas pada reaksi orang tersebut. Sifat-
sifat atau ciri-ciri tersebut merupakan referensi yang membedakan dirinya dengan orang lain Pieter dan Lumongga, 2010.
Dalam masyarakat awam, ada beberapa istilah dalam kepribadian yang seringkali dipertukarkan maknanya Alwisol, 2004 dikutip dari Hidayat, 2009,
yaitu: 1.
Kepribadian : Penggambaran tingkah laku secara deskriptif tanpa memberikan penilaian .
2. Karakter : Penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai benar-
salah, baik-buruk baik secara eksplisit maupun secara implisit.
Universitas Sumatera Utara
3. Watak : Karakter yang telah lama dimiliki dan sampai sekarang tidak
berubah. 4.
Temperamen : Kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologik ditentukan oleh genetik orang tua.
5. Sifat : Respon yang sama terhadap kelompok stimulus yang mirip dan
berlangsung dalam kurun waktu yang lama. 6.
Kebiasaan : Respon yang sama cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.
2.2.2 Tipologi Kepribadian
Tipologi kepribadian atau tipe-tipe kepribadian adalah konsep yang dikembangkan untuk membagi kepribadian dalam kategori-kategori tertentu.
Beberapa rumusan mengenai tipologi kepribadian dalam Hidayat, 2009 yang sudah dikenal, antara lain:
1. Tipologi Konstitusional
Tipologi konstitusional merupakan tipologi yang dikembangkan atas dasar jasmaniah. Dasar pemikiran yang dipakai para tokoh tipologi konstitusi adalah
bahwa keadaan tubuh, baik yang tampak berupa bentuk penampilan fisik maupun yang tidak tampak, misalnya susunan saraf, otak, darah, dst menentukan ciri
pribadi seseorang Hidayat, 2009. Para ahli yang mengembangkan teori ini adalah:
A. Hipocrates Gallenus
Hippocrates dan Galenus dalam Pieter dan Lumongga, 2010, mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat cair
yang ada dalam tubuhnya.
Universitas Sumatera Utara
1 Melancholicus melankolis, yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya,
sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga.
2 Sanguinicus sanguinis, yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga
orang-orang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis.
3
Flegmaticus flegmatis, yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang-
orang seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.
4 Cholericus koleris, yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang bertipe ini
bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.
B. Kretschmer
Kretschmer Pieter dan Lumongga, 2010, ahli penyakit jiwa berkebangsaan Jerman, mengemukakan adanya pengaruh yang erat antara tipe
tubuh dengan sifat dan wataknya. Ia membagi manusia dalam empat golongan menurut tipe atau bentuk tubuhnya masing-masing, yaitu berikut ini :
1 Atletis, dengan ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap, berdada
lebar. Tipe watak orang yang berbentuk atletis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme,
menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri. 2
Astenis, dengan ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan, dan kaki kecil. Tipe watak orang yang astenis adalah schizothyme, yang
Universitas Sumatera Utara
mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri.
3 Piknis, dengan ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher pendek dan
kuat, perut besar. Tipe watak orang yang piknis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme,
menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri. 4
Displastis, merupakan penyimpangan dari tipe piknis, leptosome, dan atletis.
Tipe watak orang yang displatis adalah cyclothym, yang mempunyai sifat-sifat ramah, cenderung menjadi maniak depresif, mudah mengadakan kontak social
atau dunia luar, mudah bergaul, mudah mendapat teman,pergaulan menyenangkan dan mudah merasakan suka dan duka orang lain.
C. Sheldon
Menurut teori Sheldon Hidayat,2009, manusia bisa digolongkan menjadi tiga macam tipe yaitu :
1 Tipe Endomorf
Menurut Sheldon, orang yang komponen endomorf-nya tinggi, sedangkan kedua komponen lainnya rendah, ditandai oleh alat-alat dalam dan seluruh
sistem digestif yang berasal dari endoderm memegang peranan penting. Sheldom menyebut tipe endomorf dengan kecenderungan pada kebulatan,
keluwesan, kehalusan, dan gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut dan kecil.
2 Tipe Mesomorf
Dalam pandangan Sheldon, orang yang bertipe mesomorf, komponen mesomorfnya tinggi, sedangkan komponen lainnya lagi rendah. Karena itu,
Universitas Sumatera Utara
bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih baik ketimbang yang lain-lain, misalnya: otot-ototnya dominan, pembuluh-
pembuluh darah kuat, jantung juga dominan. Orang tipe ini punya kecenderungan kokoh, keras, otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk
pada golongan tipe ini, misalnya, para olahragawan, pengelana, dan tentara. 3
Tipe Ektomorf Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ectomorf ini adalah organ-
organ mereka berasal dari ectoderm yang terutama berkembang, yaitu kulit, sistem saraf. Kecenderungan tipe ektomorf adalah pada tangan dan kaki yang
lurus, tubuhnya tampak lemah dan langsing, jangkung, dada pipih, dan otot- otot hampir tidak tampak berkembang.
2. Tipologi Ketidak Sadaran
C.G. Jung Sundari, 2005, seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian tipe manusia dengan cara lain . Ia menyatakan bahwa
perhatian manusia tertuju pada dua arah, yakni keluar dirinya yang disebut extrovert dan kedalam dirinya yang disebut introvert. Jadi, menurut Jung tipe
manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
1 Tipe Extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar
dirinya, kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat. Orang yang tergolong tipe extrovert mempunyai sifat-sifat : berhati terbuka, lancar dalam
pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan besar sekali. Mereka mudah mempegaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh lingkungannya.
2 Tipe Introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya. Adapun orang-orang yang tergolong introvert memiliki sifat-sifat kurang
Universitas Sumatera Utara
pandai bergaul, pendiam, sukar diselami batinnya, suka menyendiri, bahkan sering takut kepada orang lain.
3. Tipologi berdasarkan Prilaku Organisasi
Tipe kepribadian ini meyakini bahwa pengukuran kepribadian dapat meramalkan kinerja dan perilaku lain dalam pekerjaan. Tipe kepribadian ini
terdiri dari the big five personality, locus of control, self efficacy, dan kreativitas Ivancevich dkk, 2007.
A. Dimensi Kepribadian The Big Five Personality
Big five Personality merupakan pendekatan dalam psikologi kepribadian yang mengelompokkan trait kepribadian dengan analisis faktor. Pelopornya
adalah Allport dan Cattell. Big five Personality adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang
tersusun dalam lima buah dominan kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor Pervin dkk, 2010.
Kepribadian merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan banyak perasaan dan perilaku. Secara harafiah, ratusan dimensi kepribadian telah
diidentifikasikan oleh psikolog dalam 100 tahun terakhir. Akan tetapi, dalam 25 tahun terakhir telah muncul kesepakatan bahwa secara umum, kepribadian
manusia dapat digambarkan oleh lima dimensi atau faktor yang dikenal dengan . dimensi kepribadian ”big five” Ivancevich dkk, 2007.
Dimensi kepribadian yang dikembangkan oleh Costa dan Mc.Cray dalam Pervin, 2010, terdiri dari:
1 Neurotism N, merupakan penyesuaian diri dengan ketidakstabilan emosi.
Faktor ini mengenal individu yang mudah tertekan secara psikologis, ide-ide
Universitas Sumatera Utara
yang tidak realistik, idaman atau dorongan yang berlebihan dan respon yang maladaptif. Adapun ciri-ciri Neurotism adalah:
a. Nilai Tinggi
Individu dengan Neurotism nilai tinggi adalah indvidu yang memiliki rasa takut yang berlebihan, gugup, emosional, tidak aman, tidak cakap.
b. Nilai rendah
Individu dengan neurotism nilai rendah adalah individu yang memiliki rasa tenang, rileks, tidak emosional, kukuh, aman, puas diri.
2 Extraversion E, menilai kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, level
aktivitas, kebutuhan akan stimulasi, dan kapasitas untuk menikmati kesenangan. Adapun ciri-ciri Extraversion adalah :
a. Nilai tinggi
Individu yang memiliki sifat Extraversion dengan nilai tinggi adalah individu yang dapat bersosialisasi, aktif, senang bercakap-cakap,
berorientasi pada orang, optimis, menyukai keceriaan, dan lembut. b.
Nilai rendah Individu yang mempunyai Extraversion dengan nilai rendah adalah individu
yang memiliki sifat pendiam, menahan diri, bijaksana, tidak gembira, menyendiri, berorientasi pada tugas, dan menarik diri.
3 Opennes O, menilai pencarian proaktif dan penghargaan terhadap
pengalaman untuk dirinya sendiri, toleransi bagi dan eksplorasi terhadap yang tidak biasa.
Universitas Sumatera Utara
a. Nilai tinggi
Individu yang memiliki sifat openness dengan nilai tinggi adalah individu yang mempunyai minat yang lebih besar, ingin tahu, kreatif, original,
imajinatif, tidak tradisional. b.
Nilai rendah Individu yang memiliki sifat openness dengan nilai rendah adalah individu
yang konvensional, membumi, sedikit minat, tidak artistik, tidak analitis. 4
Agreeableness A, menilai kualitas orientasi interpersonal seseorang sepanjang kontinum dari perasaan terhadap antagonisme dalam pemikiran,
perasaan dan tindakan. a.
Nilai tinggi Individu yang digolongkan dalam sifat ini adalah individu yang mudah
percaya pada orang lain, lembut, ramah, dipercaya, membantu, memaafkan, mudah dibujuk, terang-terangan.
b. Individu yang memiliki sifat agreableness dengan nilai rendah adalah
idividu yang kasar, klinis, curiga, tidak kooperatif, pendendam, bengis, pemarah, manipulatif suka manipulasi.
5 Conscientiousness S, menilai tingkat organisasi, ketekunan, motivasi dalam
perilaku berarah tujuan. Berlawanan dengan orang yang bergantung kepada orang lain dan cerewet dengan mereka yang malas dan pembangkang.
a. Nilai tinggi
Individu yang memiliki sifat conscientiousness dengan nilai tinggi adalah individu yang dapat diandalkan, terorganisir, pekerja keras, disiplin diri,
tepat waktu, cermat, rapi, ambisius, keras hati.
Universitas Sumatera Utara
b. Nilai rendah
Individu yang mempunyai sifat conscientiousness dengan nilai rendah adalah individu yang tidak berjuang, tidak dapat diandalkan, malas, acuh,
sembrono, lemah niat, hedonistis.
B. Locus of control
Locus of control pusat pengendalian menentukan tingkatan sampai dimana individu meyakini bahwa perilaku mereka mempengaruhi apa yang terjadi
pada mereka. Beberapa orang merasa yakin bahwa mereka mengatur dirinya sendiri dan memiliki tanggung jawab pribadi untuk apa yang terjadi terhadap
diri mereka. Ketika mereka berkinerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal tersebut disebabkan oleh usaha atau keterampilan mereka. Mereka
digolongkan sebagai internal. Yang lainnya memandang diri mereka secara tak berdaya diatur oleh nasib, dikendalikan oleh kekuatan dari luar dimana,
kalaupun ada, mereka hanya memiliki sedikit pengaruh. Ketika mereka berkinerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal tersebut disebabkan oleh
keberuntungan atau karena tugas tersebut merupakan tugas yang mudah. Mereka digolongkan sebagai eksternal .
C. Self efficacy
Self efficacy berpengaruh dengan keyakinan pribadi mengenai kompetensi dan kemampuan diri. Secara spesifik, hal tersebut merujuk pada keyakinan
seseorang terhadap kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas secara berhasil. Individu dengan tingkat self efficacy yang tinggi sangat yakin dalam
kemampuan kinerja mereka. Konsep self efficacy memasukkan tiga dimensi: besarnya, kekuatan, dan generalitas.
Universitas Sumatera Utara
D. Kreativitas
Kreativitas merupakan ciri kepribadian yang melibatkan kemampuan untuk meloloskan diri dari pemikiran kaku dan menghasilkan ide yang baru dan
berguna. Kreativitas menghasilkan inovasi dan inovasi merupakan sumber kehidupan dari sejumlah perusahaan.
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian Manusia
Sumber utama dalam perkembangan kepribadian adalah pembawaan dan lingkungan, dimana keduanya saling berinteraksi dan akan menghasilkan suatu
struktur diri yang merupakan faktor penentu dalam kepribadian Pieter dan lumongga, 2010.
a. Pembawaan
Artinya bahwa pembentukan kepribadian itu merupakan hasil warisan genetis dari kedua orang tua. Warisan genetis yang khas yaitu fungsi intelektual dari
otak yang menghasilkan suatu jaringan komunikasi yang akan menentukan kemampuan potensi diri seseorang, seperti pola pikir, penalaran, fantasi,
pengalaman ataupun pemecahan masalah bagi seseorang dalam melakukan aktivitas ataupun kegiatan perilaku seseorang.
b. Lingkungan
Artinya lingkungan juga merupakan faktor penentu dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian seseorang. Adapun faktor-faktor lingkungan yang
berpengaruh dengan kepribadian adalah lingkungan fisik, psikis, dan sosiokultural.
Universitas Sumatera Utara
c. Stuktur Diri
Yang paling fundamental dalam berfungsinya struktur diri yaitu asumsi-asumsi yang dibuat individu itu sendiri mengenai dirinya sendiri dengan lingkungan.
Asumsi-asumsi itu berdasarkan hasil proses pembelajaran yang terdiri dari : 1.
Asumsi realitas, yaitu pandangan seseorang mengenai segala sesuatu yang ada di lingkungan, seperti pikiran atau pandangan mengenai dunia
sekitarnya. 2.
Asumsi kemungkinan, adalah pandangan seseorang mengenai segala sesuatu yang akan terjadi, seperti perubahan, kesempatan mengembangkan
diri, ataupun memperoleh kemajuan sosial. 3.
Asumsi nilai, adalah pandangan individu tentang segala sesuatu yang seharusnya, pandangan benar atau salah, baik atau buruk, diterima atau
ditolak masyarakat.
2.2.4 Perubahan Kepribadian