Berdasarkan hasil pengolahan data uji validitas terhadap 30 respondes,dapat dilihat pada tabel 4.5, kolom 4 yaitu Corrected Item- Total
Correlation diperoleh 9 variabel pertanyaan pada kusioner yang telah dinyatakan valid, karena setiap variable tersebut nilainya positif dan besarnya di atas 0,30.
4.3.2. Uji Reabilitas
Menurut Sugiono 2005 Pengertian Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran
yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Reabilitas tes adalah tingkat keajegan konsitensi suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat
dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Skala pengukuran yang reliable
sebaiknya memiliki nilai positif dan besarnya minimal 0,70 pada proses pengujianya. Nilai uji reliabilitas dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan
program SPSS versi 16 seperti terlihat pada table berikut :
Table 4.8 Hasil Uji Reabilitas
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan hasil pengolahan data uji reliabilitas terhadap 30 responden, dapat dilihat pada tabel 4.5 kolom 1 Cronbach Alpha diperoleh nilai uji
reliabilitas sebesar 0,844. Dari nilai tersebut dinyatakan reliable, karena memilki nilai positif dan besarnya di atas 0,70 pada proses pengujianya.
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha
Cronbachs Alpha Based on
Standardized Items
N of Items .844
.854 10
Universitas Sumatera Utara
4.3.3. Karakteristik Responden dan Usaha
Responden yang terpilih dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dalam dua kelompok yaitu pria dan wanita. Untuk mengetahui proporsi jenis kelamin
dengan jelas dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.
Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi orang
Persentase Pria
19 63.33
Wanita 11
36.67 Jumlah
30 100
Sumber : data primer yang diolah
Dari tabel 4.9 di atas, dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai jumlah terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah Pria dengan jumlah sebanyak
19 orang atau 63.33 dari seluruh responden yang terpilih. Sedangkan responden berjenis kelamin Wanita sebanyak 11 orang atau 36.67 dari keseluruhan
responden.
4.3.3.1. Karakteristik Usia
Responden dibagi dalam lima kelompok usia yaitu kelompok usia 20-29 tahun, kelompok usia 30-39 tahun, kelompok usia 40-49 tahun, kelompok usia
50-59 tahun dan kelompok usia 60-69 tahun. Untuk mengetahui proporsi usia, dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden
Usia Responden Tahun
Frekuensi orang
Persentase 20-29
30-39 15
50 40-49
9 30
50-59 6
20 60-69
Jumlah 30
100
Sumber : Data Primer diolah
Dari tabel 4.10 diatas, dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai jumlah terbanyak berdasarkan karakteristik usia adalah responden yang berusia
30-39 tahun yaitu sejumlah 15 orang atau 50 dari keseluruhan responden, responden yang berusia 40-49 tahun sejumlah 9 orang atau 30 dari keseluruhan
responden, responden yang berusia 50-59 taahun sejumlah 6 orang atau 20 dari keseluruhan responden dan responden yang berusia 20-29 tahun dan 60-69 tahun
sejumlah 0 orang atatu 0 dari keseluruhan responden.
4.3.3.2. Karakteristik Pendidikan
Responden yang dikelompokkan ke dalam lima kelompok yaitu responden yang berpendidikan SMU, D3, S1, S2 dan S3. Proporsi pendidikan responden
dapat dilihat dari tabel 4.11 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi
orang Persentase
SMU 18
60.00 D3
8 26,67
S1 4
13,33 S2
S3 Jumlah
30 100
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel 4.11 diatas, diketahui bahwa responden yang mempunyai jumlah terbanyak berdasarkan karakteristik pendidikan adalah responden yang
memiliki pendidikan SMU sebanyak 18 orang atau 60 dari keseluruhan responden, responden yang memiliki pendidikan D3 sebanyak 8 orang atau
26.67 dari keseluruhan responden, responden yang memiliki pendidikan S1 sebanyak 4 orang atau 13.33, responden yang memiliki pendidikan S2 dan S3
ternyata tidak ada.
4.3.3.3. Karakteristik Jenis Usaha
Responden berdasarkan karakteristik jenis usaha dimana keseluruhan responden memiliki usaha industri dan dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha
Jenis Usaha Frekuensi
orang Persentase
Usaha Industri 30
100 Jumlah
30 100
Sumber : Data Primer Diolah
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 4.12 diatas, diketahui bahwa jenis usaha yang dimiliki responden yaitu jenis usaha industri dimana responden sebanyak 30 orang dari
keseluruhan responden atau 100 dari keseluruhan responden.
4.3.3.4. Karakteristik Lama Usaha
Responden yang dikelompokkan ke dalam lima kelompok yaitu responden yang lama usahanya 5 tahun, 5-10 tahun, 11-15 tahun, 16-20 tahun, 20 tahun.
Proporsi lama usaha responden dapat dilihat dari tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha
Lama Usaha Frekuensi
orang Persentase
5 tahun 3
10.00 5-10 tahun
16 53.34
11-15 tahun 7
23,33 16-20 tahun
4 13,33
20 tahun Jumlah
30 100
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel 4.13 diatas, diketahui bahwa responden yang mempunyai jumlah terbanyak berdasarkan karakteristik lama usaha adalah responden yang
memiliki lama usaha 5-10 tahun sebanyak 16 orang atau 53.34 dari keseluruhan responden, reposden yang memiliki lama usaha 11-15 tahun sebanyak 7 orang
atau 23.33 dari keseluruhan responden, responden yang memiliki lama usaha 16-20 tahun sebanyak 4 orang atau 13.33 dari keseluruhan responden,
responden yang memiliki lama usaha 5 tahun sebanyak 3 orang atau 10 dari keseluruhan responden, dan responden yang memiliki lama usaha 20 tahun tidak
ada.
Universitas Sumatera Utara
4.3.3.5. Karakteristik Jumlah Karyawan
Responden yang dikelompokkan dalam lima kelompok yaitu responden yang memiliki jumlah karyawan antara 5 orang, 5-10 orang, 11-15 orang, 16-20
orang dan 20 orang. Proporsi jumlah karyawan responden dapt dilihat dari tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan
Sumber :Data Primer Diolah
Dari tabel 4.14 diatas, diketahui bahwa responden yang mempunyai jumlah karyawan terbanyak berdasarkan karakteristik jumlah karyawan adalah
responden yang memiliki jumlah karyawan 5-10 orang sebanyak 13 orang atau 43.34 dari keseluruhan responden, responden yang memiliki jumlah karyawan
16-20 orang sebanyak 6 orang atau 20 dari keseluruhan responden, responden yang memiliki jumlah karyawan 11-15 orang dan 20 orang sama-sama sebanyak
4 orang atau masing-masing 13.33 dari keseluruhan responden, dan responden yang memiliki jumlah karyawan 5 orang sebanyak 3 orang atau 10 dari
keseluruhan responden. Jumlah Karyawan
Frekuensi orang
Persentase
5 orang 3
10.00 5-10 orang
13 43,34
11-15 orang 4
13,33 16-20 orang
6 20
20 orang 4
13,33 Jumlah
30 100
Universitas Sumatera Utara
4.3.3.6. Karakteristik Asset Perusahaan
Responden dikelompokkan berdasarkan karakteristik asset perusahaan dikelompokkan dalam lima kelompok yaitu responden yang memiliki asset antara
25 juta, 25-50 juta, 51-100 juta, dan 101-200 juta. Proporsi asset responden yang jelas dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Asset Perusahaan
Asset Perusahaan Frekuensi
orang Persentase
25 juta 0.00
25-50 juta 0.00
51-100 juta 9
30 101-200 juta
14 46.67
200 juta 7
23,33 Jumlah
30 100
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel 4.15 di atas diketahui bahwa responden yang mempunyai jumlah terbanyak berdasarkan jumlah asset antara 100-101 juta sebanyak 14 orang
atau 46.67 dari keseluruhan responden, responden yang memiliki asset antara 51-100 juta sebanyak 9 orang atau 30 dari keseluruhan responden, responden
yang memiliki asset 200 juta sebanyak 7 orang atau 23.33 dari keseluruhan responden, responden yang memiliki asset 25 juta dan 25-50 juta masing-
masing sebanyak 0 orang atau 0 dari keseluruhan responden.
4.3.4. Faktor Penghambat Perkembangan Usaha Furniture
Pengusaha furniture memiliki peranan sangat vital dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi karena mampu meningkatkan pendapatan suatu daerah
dan menyerap tenaga kerja. Dalam menjalankan usaha pada umumnya para
Universitas Sumatera Utara
pengusaha mengawali usahanya dengan modal sendiri. Kebutuhan modal merupakan salah satu masalah yang paling mendasar dalam pengembangan usaha.
Kesulitan untuk menambah modal usaha memberikan berbagai dampak kepada usaha furniture diantaranya sulitnya meningkatkan kapasitas usaha, sulitnya
melakukan perluasan pasar, sulitnya melakukan peningkatan mutu dan inovasi produk.
Untuk mengatasi permasalahan modal dalam meningkatkan usahanya, pengusaha lebih banyak menggunakan sumber dana sendiri atau pinjaman mitra
usaha. Mereka memilih sedikit melakukan pinjaman ke perbankan karena mengganggap proses melakukan pinjaman terlalu rumit dan membutuhkan waktu
yang cukup lama. Selain modal ada beberapa masalah lain yang menghambat pengembangan
usaha yaitu sekitar 36.67 masalah kurangnya kemampuan akses pasarpemasaran, 33.33 akses informasi, 20.00 manajemen keuangan, 10
masalah kurangnya tenaga kerja.
Tabel 4.16 Faktor Penghambat Perkembangan Usaha
Keterangan Frekuensi
orang Persentase
Ranking Kemampuan akses pasarpemasaran
11 36.67
1 Manajemen keuangan
6 20.00
3 Akses informasi
10 33.33
2 Tenaga kerja
3 10
4 Lainnya
5 Jumlah
30 100
Sumber : Data Primer Diolah
Universitas Sumatera Utara
Masalah yang menempati ranking pertama ialah kurangnya kemampuan akses pasarpemasaran, hal ini merupakan dampak dari kurangnya akses
informasi. Permintaan akan produk relatif baik di masyarakat, akan tetapi dengan kapasitas produksi yang kecil mengakibatkan wilayah pemasarannya juga masih
sangat terbatas, yakni dominan pada wilayah lokal saja. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh para pengusaha furniture frekuensinya sangat jarang, bahkan
beberapa pengusaha tidak pernah mempromosikan produknya di masyarakat. Masalah yang kedua terdapat pada kurangnya akses informasi. Hal ini
mengakibatkan sulitnya desain produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan tidak diketahuinya kemampuan daya beli konsumen. Untuk itu para
pengsuaha furniture perlu melakukan upaya menghimpun informasi yang mampu menjangkau informasi pasar, misalnya dengan pembelajaran sistem informasi
teknologi yang memuat informasi pasar potensial, produksi usaha furniture, informasi tentang sumber bahan baku, pelemparan hasil produksi dan lainnya.
Metode yang efektif untuk dilakukan adalah menggunakan teknologi komputer dengan menggunakan internet yang mampu menjangkau konsumen secara
keseluruhan dalam waktu yang singkat dan dana yang tidak terlalu besar. Masalah yang ketiga adalah manajemen keuangan. Yang berperan dalam
manajemen keuangan pada umumnya adalah pemilik usaha itu sendiri. Sistem manajemen keuangan usaha furniture ini pun masih sederhana. Umumnya hanya
berupa pencatatan berapa dana keselurahan yang dikeluarkan dan dana keseluruhan yang diperoleh. Hal ini terjadi karena para pengusaha furniture
kurang menguasai sistem manajemen keuangan yang sebenarnya.
Universitas Sumatera Utara
Permasalahan yang terakhir adalah masalah tenaga kerja. Sebenarnya bagi para pengusaha furniture, tenaga kerja bukan masalah yang cukup berat karena di
wilayah ini sangat mudah untuk mencari tenaga kerja yaitu mereka yang baru menamatkan pendidikan tingkat SMU sederajat. Pada umumnya pemilik usaha
tidak menetapkan kriteria yang sulit untuk mencari tenaga kerja yang terpenting mau bekerja keras dan jujur.
4.3.5. Upaya Peningkatan Penyaluran Kredit