Permasalahan yang terakhir adalah masalah tenaga kerja. Sebenarnya bagi para pengusaha furniture, tenaga kerja bukan masalah yang cukup berat karena di
wilayah ini sangat mudah untuk mencari tenaga kerja yaitu mereka yang baru menamatkan pendidikan tingkat SMU sederajat. Pada umumnya pemilik usaha
tidak menetapkan kriteria yang sulit untuk mencari tenaga kerja yang terpenting mau bekerja keras dan jujur.
4.3.5. Upaya Peningkatan Penyaluran Kredit
Dalam hal ini diharapkan kepada perbankan untuk lebih meningkatkan fungsi intermediasi yang dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan
memberikan informasi yang jelas dan terbuka tentang syarat melakukan pinjaman, tentang suku bunga kredit yang ditetapkan dan bagaimana cara menghitung suku
bunga pinjaman secara terperinci.
Tabel 4.17 Upaya Peningkatkan Penyaluran Kredit
Keterangan Frekuensi
orang Persentase
Ranking Syarat agunan kredit dipermudah
8 26.67
2 Suku bunga yang lebih rendah
10 33.33
1 Birokrasi izin usaha yang mudah
5 16.67
3 Bantuan teknis studi kelayakan
3 10
5 Keamanan dan kenyamanan berusaha
4 13.33
4 Jumlah
30 100
Sumber : Data Primer Diolah
Upaya pertama yang perlu dilaksanakan dalam penyaluran kredit adalah tingkat suku bunga yang rendah. Tingkat suku bunga yang dirasakan masih tinggi
memberikan beban yang berat bagi pengusaha furniture. Dengan menurunnya BI Rate maka diharapkan bank juga akan menurunkan bunga kreditnya. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
karena BI Rate merupakan salah satu dasar acuan bagi bank dalam menetapkan bunga simpanan dan bunga kreditnya. Namun sampai saat ini bunga bank di
sebagian besar bank di Kota Medan belum turun. Padahal dengan menurunnya bunga bank setidaknya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan
menurunnya suku bunga kredit memberi peluang kepada pengusaha furniture untuk menetapkan rencana pengembangan usahanya. Sudah saatnya bank
menetapkan kebijakan yang lebih memiliki sensitifitas terhadapan perubahan suku bunga kredit khusunya bagi para pengusaha furniture yang dapat dikatakan lebih
tahan dalam menjalankan usaha dengan modal pinjaman dan lebih takut terhadap keterlambatan pembayaran angsuran kredit.
Upaya yang kedua adalah syarat agunan kredit dipermudah. Banyak permohonan kredit yang ditolak akibat tidak cukupnya persyaratan agunan.
Memperlonggar sejumlah persyaratan kredit perbankan bagi pengusaha furniture dapat dilakukan dengan cara yaitu pertama ketentuan kerdit bagi pengusaha
dipermudah, bila selama ini kredit bagi pengusaha harus memenuhi tiga syarat yaitu proposal usaha yang menguntungkan, sisi bankable, serta kemampuan dan
kemauan membayar, maka kini dua persyaratan dihilangkan tinggal satu persyaratan saja yaitu kemampuan dan kemauan membayar. Kedua pelonggaran
mengenai pemberian kredit bagi usaha yang bermasalah yaitu masalah yang terjadi bukan karena kesenjangan tapi akibat situasi makro dan eksternal seperti
bencana alam, maka pelaku usaha boleh mendapatkan kredit lagi. Ketiga diharapkan kepada perbankan memberikan kredit tanpa agunan.
Universitas Sumatera Utara
Upaya yang ketiga adalah birokrasi izin usaha. Menurut pengusaha furniture, masih sulitnya memperoleh izin dalam mendirikan usaha juga berperan
dalam rendahnya panyaluran kredit. Pihak perbankan hanya memberikan kredit kepada pengusaha yang telah memiliki izin usaha yang jelas dan pasti. Untuk itu
diharapkan kepada pihak-pihak yang terkait dalam pemberian ijin usaha memberikan kemudahan kepada para pengusaha agar ketentuan-ketentuan usaha
diakui secara hukum dan ini juga bisa dijadikan jaminan dalam mengajukan kredit perbankan.
Upaya yang keempat adalah keamanan dan kenyamanan berusaha. Pentingnya hal ini adalah untuk menjaga kenyamanan dan keamanan pengusaha
furniture baik dalam keamanan produk dan lingkungan usaha. Misalnya dalam menerima produk yang masuk dan pengiriman produk kepada konsumen.
Upaya yang kelima adalah bantuan teknis studi kelayakan usaha. Bantuan teknis studi kelayakan usaha yang dapat dilakukan dengan upaya yang pertama
pembentukan badan pembinaan pelatihan yang terdiri dari unsur lembaga pendidikan dan pelatihan, asosiasi-asosiasi dan perusahaan-perusahaan besar.
kedua pemberian sertifikasi kompetensi kepada pengusaha dalam pengelolaan usahanya. Ketiga penyelenggaraan pelatihan budaya usaha dan kewirausahaan,
serta bimbingan teknis manajemen usaha. Keempat permasyarakatan kewirausahaan, termasuk memperluas pengenalan dan semangat kewirausahaan
dalam kurikulum pendidikan. Kelima pengembangan sistem pendidikan, pelatihan dan penyuluhann tentang pengembangan usaha, pemberian insentif dan
kemudahan fasilitas bagi pelaku usaha yang berpretasi.
Universitas Sumatera Utara
4.3.6. Alasan Tidak Berhubungan dengan Pihak Bank