Analisis Pengaruh tingkat bunga SBI, kurs Dollar, pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan pertumbuhan ekonomi AS Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH TINGKAT BUNGA SBI, KURS DOLLAR AS, PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI AS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

(IHSG) SKRIPSI Diajukan Oleh : MUHAMMAD IKHSAN

070501071

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

ABSTRACT

The purpose of the research is to analysis the stock of SBI rate, exchange rate, the economic growth of Indonesia and the economic growth of AS to IHSG. Data utilized is annual data time series that is period 1988-2009. Research model used was multiple linear regression with Ordinary Least Squares (OLS) method. Data processing was accomplished by Eviews 5.1. program.

The research stated that, simultaneously there was a significant correlation among SBI rate, exchange rate, the economic growth of Indonesia, and the economic growth of AS to IHSG the F-hitung > F-tabel (5,924927 > 5,09). Partially there was no significant correlation among exchange rate and the economic growth of Indonesia to IHSG, but there was a significant correlation among SBI rate and the economic growth of AS to IHSG the significancy in 5%.


(3)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh tingkat bunga SBI, kurs, pertumbuhan ekonomi Indonesia dan pertumbuhan ekonomi AS terhadap IHSG. Data yang digunakan adalah data time series tahunan yaitu periode 1988-2009. Model penelitian yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Eviews 5.1.

Penelitian ini menemukan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat bunga SBI, kurs dollar AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia dan pertumbuhan ekonomi AS terhadap IHSG dimana hitung > F-tabel (5,924927 > 5,09). Dan secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kurs dollar AS dan pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap IHSG, tetapi terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat bunga SBI dan pertumbuhan ekonomi AS terhadap IHSG dengan tingkat signifikan 5 %


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas kasih dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi berjudul “Analisis Pengaruh tingkat bunga SBI, kurs Dollar, pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan pertumbuhan ekonomi AS Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)” ini. Dan juga shalawat penulis haturkan kepada Nabi Besar Rasulullah Muhammad SAW, sang pembawa terang.

Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Tentunya dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, maka penulis dengan terbuka mengharapkan masukan dari berbagai pihak.

Terkhusus skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahandaku H. Bahrim Batubara, dan Ibundaku Hj. Evita Harahap, pusat kehidupanku, terima kasih yang tak terhingga atas semua kasih yang dicurahkan kepada penulis.

Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan juga penyelesaian studi penulis, terutama kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, dan Bapak Irsyad Lubis, Ph.D, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syarief Fauzi, MEc, dosen favorit saya, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sahat Silaen, MSi, dan Bapak Walad Altsani, MEc selaku dosen pembanding.

5. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan.

6. Kepada semua rekan-rekan seperjuanganku di fakultas, Wahyu, Eri, Indra, Wira, Dedy, Sofyan, Azhar, Sherly, Dan juga kepada berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya selama ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk bagi penulis sendiri.

Medan, Januari 2011 Hormat Penulis

M. IKHSAN


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Hipotesis ... 9

1.4. Tujuan Penelitian ... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Saham ... 12

2.1.1. Pengertian saham ... 12

2.1.2. Jenis-jenis saham... 12

2.1.3. Teori Random Walk ... 13

2.2. IHSG ... 16

2.2.1. Pengertian IHSG ... 16

2.2.2. Metode penghitungan IHSG ... 16

2.2.3. Jenis-jenis IHSG di Bursa Efek Jakarta ... 17

2.3. SBI ... 20

2.3.1. Pengertian SBI ... 20


(7)

2.3.4. Karakteristik SBI... 22

2.4. Kurs (nilai tukar) ... 23

2.4.1. Pengertian kurs... 23

2.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs ... 23

2.4.3. Cara-cara pengendalian kurs ... 25

2.4.4. Sistem nilai tukar ... 25

2.4.5. Teori Purchasing power parity ... 26

2.5. Pertumbuhan ekonomi ... 28

2.5.1. Pengertian pertumbuhan ekonomi ... 28

2.5.2. Sumber pertumbuhan ekonomi ... 28

2.5.3. Kebijakan pertumbuhan ekonomi ... 31

2.5.4. Teori pertumbuhan ekonomi ... 32

2.6. Pertumbuhan ekonomi Indonesia ... 35

2.6.1. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia ... 35

2.6.2. Sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia ... 37

2.6.3. Kebijakan pertumbuhan ekonomi Indonesia ... 39

2.7. Pertumbuhan ekonomi AS ... 41

2.7.1. perkembangan pertumbuhan ekonomi AS ... 41

2.7.2. sumber pertumbuhan ekonomi AS ... 41

2.7.3. kebijakan pertumbuhan ekonomi AS ... 41

2.8. Penelitian Terdahulu ... 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 47

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 47


(8)

3.4. Pengolahan data ... 48

3.5. Model Analisis Data ... 49

3.6. Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 50

3.6.1. koefisien determinasi (R2) ... 50

3.6.2. uji F (overall test) ... 51

3.6.3. uji t (partial test) ... 53

3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 56

3.7.1. multicollinearity (kolinearitas ganda) ... 56

3.7.2. autocorrelation (serial correlation) ... 57

3.8. Defenisi Operasional ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis deskriptif ... 60

4.1.1. Perkembangan IHSG ... 60

4.1.2. Perkembangan tingkat bunga SBI ... 63

4.1.3. Perkembangan kurs Dollar AS ... 65

4.1.4. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia ... 67

4.1.5. Perkembangan pertumbuhan ekonomi AS ... 69

4.2. Hasil analisis data ... 71

4.2.1. Interpretasi data ... 71

4.2.2. Test of goodness of fit ... 73

1) koefisien determinasi (R2) ... 73

2) uji F (overall test) ... 74

3) uji t (partial test) ... 75


(9)

2) Autocorrelation (serial correlation) ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 82

5.2. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs ... 23

Tabel 2.2 rata-rata pertumbuhan ekonomi indonesia ... 37

Tabel 2.3 Sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia ... 38

Tabel 2.4 Sumber pertumbuhan ekonomi AS... 41

Tabel 4.1 Perkembangan IHSG ... 61

Tabel 4.2 Perkembangan tingkat bunga SBI ... 64

Tabel 4.3 Perkembangan Kurs Dollar AS ... 66

Tabel 4.4 Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia... 68


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kurva Uji F ... 53

Gambar 3.3 Kurva Uji t ... 55

Gambar 3.3 Distribusi Durbin-Watson ... 58

Gambar 4.1 Kurva Uji F ... Gambar 4.2 Kurva Uji t Variabel tingkat bunga SBI ... 65

Gambar 4.3 Kurva Uji t Variabel kurs Dollar AS ... 66

Gambar 4.4 Kurva Uji t Variabel Pertumbuhan ekonomi Indonesia ... 66

Gambar 4.5 Kurva Uji t Variabel Pertumbuhan ekonomi AS ... 67


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Penelitian ... 88

Lampiran 2 Analisis OLS ... 89


(13)

ABSTRACT

The purpose of the research is to analysis the stock of SBI rate, exchange rate, the economic growth of Indonesia and the economic growth of AS to IHSG. Data utilized is annual data time series that is period 1988-2009. Research model used was multiple linear regression with Ordinary Least Squares (OLS) method. Data processing was accomplished by Eviews 5.1. program.

The research stated that, simultaneously there was a significant correlation among SBI rate, exchange rate, the economic growth of Indonesia, and the economic growth of AS to IHSG the F-hitung > F-tabel (5,924927 > 5,09). Partially there was no significant correlation among exchange rate and the economic growth of Indonesia to IHSG, but there was a significant correlation among SBI rate and the economic growth of AS to IHSG the significancy in 5%.


(14)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh tingkat bunga SBI, kurs, pertumbuhan ekonomi Indonesia dan pertumbuhan ekonomi AS terhadap IHSG. Data yang digunakan adalah data time series tahunan yaitu periode 1988-2009. Model penelitian yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Eviews 5.1.

Penelitian ini menemukan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat bunga SBI, kurs dollar AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia dan pertumbuhan ekonomi AS terhadap IHSG dimana hitung > F-tabel (5,924927 > 5,09). Dan secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kurs dollar AS dan pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap IHSG, tetapi terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat bunga SBI dan pertumbuhan ekonomi AS terhadap IHSG dengan tingkat signifikan 5 %


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan partisispasi masyarakat dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Secara formal, menurut Suad Husnan, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Adrian, 2009: 14). Sebagai sumber dana eksternal, pasar modal mempunyai pengertian yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan, tetapi kepentingannya untuk saling mengisi, yakni calon pemodal di satu pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau panjang di pihak lain, atau dengan kata lain, pasar modal adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau panjang

Pasar modal yang sedang mengalami peningkatan (Bullish) atau mengalami penurunan (Bearish) terlihat dari naik turunnya harga-harga saham yang tercatat yang tercermin melalui suatu pergerakan indeks atau lebih dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG merupakan nilai yang


(16)

digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham (perusahaan/emiten) tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga saham ditentukan oleh adanya penawaran dan permintaan atas saham tersebut. Apabila permintaan akan suatu saham sangat tinggi, maka harga saham tersebut akan naik demikian pula sebaliknya. Faktor utama yang mempengaruhi harga saham di pasar modal adalah kesehatan perusahaan yang dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan. Selain itu, dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator economic pada suatu negara. Pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh ekspektasi investor atas kondisi fundamental negara maupun global. Adanya informasi baru akan berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya akan berpengaruh pada IHSG.

Salah satu teori mengenai harga saham di dalam siklus investasi profesional yang berkelanjutan adalah teori random walk. Secara ringkas, teori ini menunjukkan bahwa harga saham bergerak secara acak (random walk) yang berarti bahwa fluktuasi harga saham tergantung pada informasi baru yang akan diterima. Oleh karena itu investor ekuitas yang profesional cenderung menghabiskan waktu mereka tenggelam dalam arus informasi yang bersifat fundamental guna memperoleh keuntungan lebih dari pesaing pesaing mereka (terutama investor profesional lainnya) dengan secara lebih cerdas menafsirkan aliran informasi (berita) yang muncul tersebut.

Dalam sebulan terakhir ini, bursa efek kita mengalami booming yang ditandai dengan melonjaknya IHSG hingga tembus 3600 poin pada minggu lalu.


(17)

jangka pendek (hot money). Berdasarkan data bank Indonesia, pada triwulan III 2010, investor asing mencatat transaksi net beli rata-rata Rp 225 miliar per hari atau naik signifikan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp. 60 miliar per hari. Membaiknya faktor fundamental ekonomi kita menjadi salah satu faktor di balik derasnya aliran hot money. Namun pengaruh eksternal juga turut mendorong situasi ini. Perlu diketahui kondisi perekonomian global saat ini masih diliputi ketidakpastian. (Bisnis Indonesia, 2010).

Faktor-faktor fundamental ekonomi Indonesia seperti suku bunga sbi, nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi. Faktor eksternal berupa belum pulihnya kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS) yang dapat dilihat dari pertumbuhan ekonominya. Berbagai faktor fundamental dan luar negeri tersebut dianggap dapat berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya berpengaruh pada pergerakan Indeks.

Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam dua tahun yaitu tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan, diawal tahun 2005 suku bunga SBI mencapai 7,42% , awal tahun 2006 mencapai 12,75% yang merupakan nilai tertinggi selama dua tahun tersebut. Namun demikian di akhir tahun 2006 suku bunga SBI mengalami penurunan menjadi 9,75%. Semakin menurunnya tingkat suku bunga SBI ini ada indikasi dipicu oleh tingginya aktivitas perdagangan valuta asing dalam hal ini adalah dollar Amerika, sehingga ada kecenderungan banyak investor yang lebih memilih menginvestasikan dananya pada sektor perdagangan valuta asing. Nilai tukar atau kurs dollar Amerika terhadap Rupiah pada akhir 2005 mencapai Rp. 9830 per dollar Amerika dan di


(18)

akhir tahun 2006 mengalami punurunan menjadi Rp. 9020 per dollar Amerika meskipun mencapai nilai tertinggi di bulan Agustus 2005 yang mencapai Rp.10240 per dollar Amerika (Statistik Bank Indonesia, 2007). Sertifikat Bank Indonesia atau SBI pada prinsipnya adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Melalui penggunaan SBI tersebut, Bank Indonesia dapat secara tidak langsung mempengaruhi tingkat bunga di pasar uang dengan cara mengumumkan Stop Out Rate (SOR). SOR adalah tingkat bunga dari peserta pada lelang harian maupun lelang mingguan. Selanjutnya SOR tersebut akan dapat dipakai sebagai indikator bagi tingkat suku bunga transaksi di pasar uang pada umumnya (Dahlan, 1999). Suku bunga SBI berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi tidak searah (berbanding terbalik). Apabila suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) naik maka akan diikuti dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) begitu pula sebaliknya, apabila suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) turun maka akan diikuti dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Brata, 2009).

Nilai tukar rupiah juga menguat menuju zona Rp.8.000-an. Jika tidak ada intervensi Bank Indonesia, sangat mungkin US$ berada di posisi Rp. 8.500 bulan ini (Bisnis Indonesia, 2010). Kurs valuta asing adalah salah satu alat pengukur lain yang digunakan dalam menilai kekuatan suatu perekonomian. Kurs menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu. Kurs valuta asing dapat dipandang sebagai harga dari suatu mata uang asing. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kurs valuta


(19)

asing adalah neraca perdagangan nasional. Neraca perdagangan nasional yang mengalami defisit cenderung untuk menaikkan nilai valuta asing. Dan sebaliknya, apabila neraca pembayaran kuat (surplus dalam neraca keseluruhan) dan cadangan valuta asing yang dimiliki negara terus menerus bertambah jumlahnya, nilai valuta asing akan bertambah murah. Maka perubahan-perubahan kurs valuta asing dapat dipergunakan sebagai salah satu ukuran untuk menilai kestabilan dan perkembangan suatu perekonomian. Melemahnya kurs akan berakibat mengalirnya dana ke pasar valuta asing yang dapat bersumber dari pasar uang maupun pasar modal, pengalihan dana dari pasar uang akan mengakibatkan likuiditas rupiah ketat sehingga suku bunga meningkat yang mengakibatkan penurunan harga saham pada pasar modal karena aksi jual.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melewati batas psikologis 6% dan diprediksi lebih tinggi lagi tahun depan. Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh sektor konsumsi, ekspor dan investasi. (Bisnis Indonesia, 2010). Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula tingkat kemakmuran penduduknya. Tingkat kemakmuran yang lebih tinggi ini umumnya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut, maka akan semakin banyak orang yang memiliki kelebihan dana, kelebihan dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagagangkan di pasar modal.


(20)

International Monetary Funds (IMF) merevisi prediksi mereka atas ekonomi Amerika Serikat (AS) tahun ini dan tahun depan. Hal ini diperkirakan menurut pasar kerja yang tidak berubah. Angka-angka prediksi pertumbuhan ekonomi AS ini telah menurun dari prakiraan IMF 3 bulan yang lalu. Dalam menurunkan prediksi, IMF mengacu pada kurangnya perbaikan dalam situasi ketenagakerjaan dan pasar perumahan yang stagnan di Amerika Serikat. Dalam prediksi terbaru, IMF juga melihat turunnya pertumbuhan ekonomi AS dari perkiraan 3,3 persen pada Juli menjadi 2,6 persen tahun ini. Untuk tahun berikutnya, tingkat pertumbuhan ekonomi AS direvisi dari 2,9 persen menjadi 2,3 persen, turun sebesar 0,6 poin persentase (www.Liputan 6.com). Menurut Budi Ruseno, investor asing kemungkinan masih bertahan cukup lama di Indonesia, setidaknya sampai ekonomi AS benar-benar pulih. "Investor asing masih nyaman berinvestasi di emerging market, khususnya Indonesia. Penarikan dana kemungkinan baru terjadi setelah ekonomi AS pulih," tuturnya. Dia mengakui, ekonomi AS belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang signifikan. Bahkan, para investor global mulai meragukan kesinambungan pemulihan ekonomi AS.

Dalam sistem keuangan, pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market) merupakan bagian dari pasar keuangan (financial markets). Pasar uang dan pasar modal sering diartikan sama, padahal kedua jenis pasar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Pasar uang adalah pasar yang menyediakan sarana pengalokasian dan pinjaman jangka pendek, karena itu pasar uang


(21)

surat-surat berharga yang berjangka panjang dengan dana yang diperjualbelikan bersifat permanen atau semi permanen. Persamaan kedua pasar tersebut adalah kedua pasar merupakan sarana bagi investor dalam melakukan investasi disamping sebagai sarana mobilisasi dana bagi pihak yang membutuhkan dana. Dengan kata lain pasar uang dan pasar modal merupakan sarana investasi dan mobilisasi dana. Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Fungsi bursa efek antara lain adalah menjaga komunitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pananda pasaribu, Wilson L.R. Tobing, dan Adler Haymans Manurung tentang pengarruh variabel makro ekonomi terhadap IHSG telah ditemukan bahwa sebagian besar faktor domestik tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Indikator ekonomi domestik seperti: Inflasi, SBI, dan kurs tengah. Sedangkan faktor asing dan informasi mengenai aliran modal mempunyai pengaruh yang cukup signifikan atas pergerakan IHSG. Indeks regional yang diproksi oleh Indeks Hang Seng mempunyai pengaruh yang sangat signifikan atas pergerakan IHSG.

Selanjutnya Moh. Mansur yang meneliti sejauhmana pengaruh yang diberikan oleh tingkat suku bunga SBI dan kurs dolar AS terhadap IHSG di Bursa Efek Jakarta memberikan hasil bahwa secara bersama-sama tingkat suku bunga


(22)

SBI dan kurs dolar AS memberikan pengaruh yang signifikan. Tetapi secara individual menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga SBI dalam periode tahun 2000 sampai 2002 ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEJ. Pengaruh yang signifikan diberikan oleh kurs dolar AS dan besarnya pengaruh kurs dolar AS tehadap IHSG Bursa Efek Jakarta sebesar 51, 55 % dengan arah pengaruh negatif. Artinya apabila rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS maka IHSG cenderung akan melemah dan begitu juga sebaliknya, apabila rupiah terapresiasi terhadap dolar AS maka IHSG akan mengalami penguatan.

Berdasarkan uraian di atas dan hasil penelitian terdahulu dimana masih menunjukkan hasil yang kontradiktif, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai variabel makroekonomi apakah yang sebenarnya berpengaruh terhadap IHSG dari perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta. Oleh karena itu, dalam skripsi peneliti mengambil judu l “ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SBI, KURS DOLLAR AS, PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI AS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)”.


(23)

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut diatas, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

2. Bagaimana pengaruh kurs dollar AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

3. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

1.3. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada dimana kebenarannya masih perlu dikaji dan diteliti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

1. Tingkat bunga SBI berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

2. Kurs dollar AS berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

3. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berpengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.


(24)

4. Pertumbuhan ekonomi AS berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

1.4. Tujuan penulisan

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

2. Untuk mengetahui pengaruh kurs terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

3. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi indonesia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

4. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


(25)

1.5. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian :

1. Sebagai informasi bagi peminat masalah keuangan dan pasar modal tentang efek fluktuasi tingkat suku bunga SBI, kurs dollar AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan pertumbuhan ekonomi AS terhadap IHSG.

2. Untuk menambah wawasan penulis dalam bidang penelitian masalah keuangan dan pasar modal sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh dari perkuliahan.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian pada bidang yang sama


(26)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. SAHAM

2.1.1. Pengertian saham

Merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan. Artinya si pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaannya di perusahaan tersebut (Kasmir, 2002:209). Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari kepemilikan saham :

1. Deviden yaitu bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham.

2. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih antara harga jual dengan harga beli.

3. Manfaat non finansial antara lain berupa kosekuensi atas kepemilikan saham berupa kekuasaan, kebanggaan dan khususnya hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan

2.1.2. Jenis-jenis saham

jenis – jenis saham dapat ditinjau dalam beberapa segi antara lain sebagai berikut :


(27)

a. Dari segi cara peralihan

- Saham atas unjuk (bearer stocks)

Merupakan saham yang tidak mempunyai nama atau nama pemiliknya tidak tertulis dalam saham tersebut. Saham jenis ini dialihkan atau dijual kepada pihak lainnya.

- Saham atas nama (registered stocks)

Merupakan saham yang nama pemiliknya tertulis dalam saham tersebut, dan untuk dialihkan kepada pihak lain diperlukan syarat dan prosedur tertentu.

b. Dari segi hak tagih

- Saham biasa (common stocks)

Bagi pemilk saham ini, hak untuk memperoleh deviden akan didahulukan lebih dulu kepada pemilik saham preferen. Begitu pula dengan hak terhadap harta apabila perusahaan dilikuidasi. - Saham preferen (prefered stocks) Merupakan saham yang

memperoleh hak utama dalam pembagian deviden, begitu juga atas harta pada saat perusahaan dilikuidasi

2.1.3. Teori Random Walk

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maurice Kendall pada tahun 1953 menyatakan bahwa pola harga saham tidak dapat diprediksi (unpredictable) karena bergerak secara acak (random walk). Harga saham bergerak secara acak berarti bahwa fluktuasi harga saham tergantung pada informasi baru yang akan diterima, tetapi informasi tersebut tidak diketahui kapan akan diterimanya


(28)

sehingga informasi baru dan harga saham itu disebut unpredictable. Apakah informasi tersebut bersifat kabar buruk atau kabar baik juga tidak diketahui.

Harga saham di pasar saham merupakan harga konsensus diantara para investor, dan harga suatu saham dapat terjadi beberapa kali dalam satu hari dengan rentang lebar antara harga pasar terendah dan harga pasar tertinggi.

Tingkat efisiensi pasar

Professor Eugene Fama membagi efisiensi pasar dalam tiga tingkatan yaitu:

1. The weak efficient market hypothesis 2. The semistrong efficient market hypothesis 3. The strong efficient market hypothesis

The weak efficient market hypothesis

Efisiensi pasar dikatakan lemah karena dalam proses pengambilan keputusan jual-beli saham investor menggunakan data harga dan volume masa lalu. Berdasarkan harga dan volume masa lalu itu berbagai model analisis teknis digunakan untuk menentukan arah harga apakah akan naik atau akan turun. Apabila arah harga saham akan naik, maka diputuskan untuk membeli. Apabila arah harga saham akan turun, diputuskan untuk menjual. Analisis teknis mengasumsikan bahwa harga saham selalu berulang kembali, yaitu setelah naik dalam beberapa hari, pasti akan turun dalam beberapa hari berikutnya, kemudian naik lagi dan turun lagi, demikian seterusnya.


(29)

The semistrong efficient market hypothesis

Efisiensi pasar dikatakan setengah kuat karena dalam proses pengambilan keputusan jual-beli saham investor menggunakan data harga masa lalu, volume masa lalu dan semua informasi yang dipublikasikan seperti laporan keuangan, laporan tahunan, pengumuman bursa, informasi keuangan internasional, peraturan perundangan pemerintah, peristiwa politik, peristiwa hokum, peristiwa social, dan lain sebagainya yang dpat mempengaruhi perekonomian nasional. Ini berarti investor menggunakan gabungan antara analisis teknis dengan analisis fundamental dalam proses menghitung nilai saham, yang akan dijadikan sebagai pedomandalam tawaaran harga beli dan tawaran harga jual.

The strong efficient market hypothesis

Efisiensi pasar dikatakan kuat karena investor menggunakan data yang lebih lengkap yaitu harga masa lalu, volume masa lalu, informasi yang dipublikasikan, dan informasi privat yang tidak dipublikasikan secara umum. Contoh informasi privat adalah hasil riset yang diterbitkan sendiri oleh unit kerja riset yang ada dalam perusahaan atau dibeli dari lembaga riset lainnya.

Contoh variabel yang mempengaruhi harga saham dalah sebagai berikut:

a. Pengumuman pembagian deviden tunai b. Pengumuman split

c. Pengumuman right issue


(30)

e. Pengumuman waran

f. Rencana merger atau akuisisi

g. Rencana transaksi benturan kepentingan h. Perubahan variabel makro dan mikro i. Peristiwa politik internasional

j. Pergerakan indeks DJIA, Nikkei 225, hanseng k. Perubahan politik nasional

2.2. IHSG

2.2.1. Pengertian IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di bursa efek. IHSG berubah setiap hari karena perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari dan adanya saham tambahan

2.2.2. Metode penghitungan IHSG

Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah nilai pasar dari total saham yang tercatat pada tanggal 10 agustus 1982. Jumlah nilai pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam proses restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari tersebut.


(31)

Formula perhitungan adalah sebagai berikut :

Perhitungan indeks dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya.

2.2.3. Jenis-jenis Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta

1. Indeks Harga Saham Gabungan

Pada tanggal 1 april 1983, IHSG diperkenalkan untuk pertama kalinya sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEJ. Hari dasar untuk perhitungan IHSG adalah 10 agustus 1982. Pada tanggal tersebut, indeks ditetapkan denga nilai dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham

2. Indeks Sektoral

Indeks sektoral merupakan bagian dari IHSG. Semua perusahaan yang tercatat di BEJ diklasifikasikan ke dalam 9 sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri. Kesembilan sektor tersebut adalah :

a. Sektor Utama ( industri yang menghasilkan bahan-bahan baku ) Sektor 1, pertanian

Sektor 2, pertambangan

b. Sektor Kedua ( industri pengolahan atau manufaktur ) Sektor 3, industri dasar dan kimia

Sektor 4, aneka industri


(32)

Sektor 5, industri barang konsumsi c. Sektor ketiga ( jasa )

Sektor 6, property dan real estat Sektor 7, transportasi dan infrastruktur Sektor 8, keuangan

Sektor 9, perdagangan, jasa, dan investasi

Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 januari 1996 dengan nilai dasar 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar 25 desember 1995.

3. Indeks LQ 45

Indeks ini terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria. Indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempunyai nilai kapitalisasi pasar yang relative besar.

a. Kriteria pemilihan saham indeks LQ 45

Untuk masuk dalam pemilihan tersebut, sebuah saham harus memenuhi kriteria tertentu dan lolos dari seleksi utama sebagai berikut:

• Masuk dalam top 60 dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir)

• Masuk dalam ranking yang didasarkan pada nilai kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12


(33)

• Telah tercatat di BEJ sekurang- kurangnya 3 bulan

• Kondisi keuangan perusahaan, prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah transaksi di pasar reguler. b. Hari dasar indeks LQ 45 dan awal perhitungan

Indeks LQ 45 dihitung mundur hingga tanggal 13 juli 1994 sebagai hari dasar, dengan nilai dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data pasar juli 1993-juni 1994. Hasilnya, ke 45 saham tersebut meliputi 72% total market kapitalisasi pasar dan 72.5% nilai transaksi di pasar reguler.

4. Jakarta Islamic Indeks (JII)

Dalam rangka mengakomodir investor yang tertarik berinvestasi, BEJ dan Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan sebuah indeks yang didasarkan pada syariah islam, dikenal dengan nama Jakarta Islamic Indeks (JII).

JII diluncurkan pada tangga 3 juli 2000. JII dihitung mundur hingga tanggal 1995 sebagai hari dasar dengan nilai dasar 100. JII terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan syariah islam. Dewan Pengawas Syariah PT DIM terlibat dalam menetapkan kriteria saham-saham yang masuk dalam JII.

5. Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan

Pada tanggal 13 juli 2000, BEJ meluncurkan peraturan baru di bidang pencatatan: sistem pencatatan 2 papan. Sistem ini diimplementasikan untuk mendorong bursa Indonesia dan juga untuk memulihkan


(34)

kepercayaan publik kepada bursa melalui penyusunan pengelolaan perusahaan yang baik. Pencatatan 2 papan tersebut yang diklasifikasikan dengan papan utama dan papan pengembangan menggolongkan indeks menjadi indeks papan utama dan indeks papan pengembangan. Indeks baru ini diluncurkan pada BEJ tanggal 8 april 2002.

Klasifikasi papan pencatatan terdiri dari:

a) Papan Utama untuk perusahaan besar dengan track record yang baik.

b) Papan Pengembangan, untuk mengakomodasi perusahaan-perusahaan yang belum bisa memenuhi persyaratan papan utama, tetapi masuk pada kategori perusahaan berprospek.

2.3. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sebagaimana tercantum dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter yang terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas Diskonto, Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI).


(35)

2.3.1 Pengertian Sertifikat Bank Indonesia

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan instrumen SBI, yaitu:

a. SBI lelang yaitu SBI yang dijual secara lelang kepada bank dan atau pialang, yang didasarkan atas target kuantitas dalam rangka pelaksanaan kebijakan pengendalian moneter.

b. SBI repo (repurchase agreement) adalah SBI yang dibeli kembali oleh Bank Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditas bank dengan perjanjian bank akan membeli kembali sesuai jangka waktu repo yang diperjanjikan.

2.3.2. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia

Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

2.3.3. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia

Dasar hukum penerbitan SBI adalah UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervensi


(36)

Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System.

2.3.4. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia

SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id):

1. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.

2. Denominasi: dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp 100 miliar.

3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta.

4. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini:

Nilai Nominal x 360

Nilai Tunai = --- 360 + [(Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)]

5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka. Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai

6. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15 %.

7. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless). 8. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.


(37)

2.4. KURS

2.4.1. Pengertian Kurs

Kurs adalah perbandingan nilai/harga antara mata uang suatu Negara dengan mata uang Negara lain. kurs dapat mengalami perubahan apakah menguat (appreciation) atau melemah (depreciation). Appreciation berarti kenaikan nilai kurs domestic money suatu Negara dihadapkan dengan domestic money negara lain. Sedangkan depreciation berarti penurunan nilai kurs domestic money suatu Negara dihadapkan dengan domestic money negara lain

2.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs Tabel 2.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs

Faktor yang

mempengaruhi

Perubahan yang terjadi Perubahan kurs

Cita rasa masyarakat Cita rasa terhadap produk domestik naik. Permintaan terhadap valuta asing turun.

Cita rasa terhadap produk luar negeri naik, impor naik. Permintaan terhadap valuta asing bertambah

Kurs turun


(38)

Harga barang ekspor dan impor

Harga produk domestik murah, ekspor naik. Supply valuta asing bertambah

Harga produk domestik mahal, ekspor turun, supply valuta asing berkurang

Harga barang impor turun, permintaan valuta asing bertambah

Harga barang impor naik, permintaan valuta asing berkurang

Kurs turun

Kurs naik

Kurs naik

Kurs turun

Terjadinya inflasi Inflasi menyebabkan harga produk dalam negeri naik, impor meningkat, permintaan valuta asing bertambah.

Inflasi menyebabkan harga produk domestik naik, ekspor turun, permintaan valuta asing bertambah

Kurs naik

Kurs naik

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi tinggi, aliran modal ke dalam negeri meningkat. Permintaan terhadap mata uang


(39)

domestik naik

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi rendah , aliran modal ke luar negeri meningkat. Permintaan terhadap valuta asing naik

Kurs turun

2.4.3. Cara-cara pengendalian kurs

Cara-cara untuk mengendalikan kurs (Lia Amalia, 2007:81) antara lain :

1. Sistem standar emas

Dalam sistem standar emas bergerak diantara titik-titik emas. 2. Sistem peningkatan kepada valuta asing

Pemerintah mempunyai cadangan valuta asing lalu ikut beroperasi dalam pasar uang.

3. Sistem kurs yang dikendalikan

Pemerintah dapat menentukan dan merubah kurs valutanya terhadap valuta asing menurut keperluan yang ditargetkan.

2.4.4. Sistem penyesuaian kurs


(40)

Sistem ini disebut juga sebagai sistem kurs mengambang, bahwa perubahan nilai/kurs terjadi disebabkan oleh kekuatan permintaan disatu sisi dan kekuatan penawaran disisi lain, berarti semata-mata kurs ditentukan oleh kedua pelaku pasar, eksportir dan importir, sehingga sistem kurs ini disebut juga sebagai kurs pasar atau kurs bebas.

b. Fixed Exchange Rate System

Suatu sistem sebagai upaya mempertahankan kurs valuta asing yang tetap pada tingkat tertentu, dan mengharapkan elemen-elemen intern lainnya dalam sistem tersebut dapat menjamin perekonomian berada dalam keseimbangan internasional. Sistem mempertahankan nilai kurs ini dilakukan oleh pihak eksekutif atau pemerintah. Adapun yang dimaksud dengan elemen intern mencakup stabilitas ekonomi, dimana sistem ekonomi berlangsung dengan baik (moneter, fiscal, non fiscal, dan non moneter)

c. Exchange Control System

Suatu kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral untuk melakukan diskriminasi terhadap valuta asing. Dan barang dalam rangka pengawasan devisa. Dalam sistem ini pemerintah praktis memonopoli keseluruhan transaksi yang berkaitan dengan valuta asing yang bertujuan untuk mencegah aliran masuk modal keluar dan melindungi pengaruh depresi dari Negara lain untuk mengatasi keterbatasan cadangan devisa.


(41)

2.4.5. Teori Purchasing Power Parity

Teori ini diketengahkan oleh pakar ekonomi dari swedia, bernama Gustav Cassel. Dasar teorinya bahwa, perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain ditentukan oleh daya beli uang tersebut terhadap komoditi (barang&jasa) pada masing-masing Negara.

Terdapat dua versi dalam teori Purchasing Power Parity (Lia Amalia, 2007), yaitu:

1. Teori purchasing power parity interpretasi absolut

Teori ini pada dasarnya bahwa perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang Negara lain (kurs) ditentukan oleh tingkat harga pada masing-masing Negara. Sebagi contoh, harga satu stel blue jean di AS adalah US $ 50, dan di Indonesia sebesar Rp. 500.000, maka kurs antara US $ dengan rupiah adalah US $ 1 = Rp. 10.000. jadi, kurs tersebut didasarkan pada perbandingan purchasing power parity sebagai berikut :

= 10.000

2. Teori purchasing power parity arti relative

Maksudnya adalah bahwa PPP kurs yang perhitungannya didasarkan pada perubahan harga. Untuk contoh yang sama seperti tersebut diatas. Bila terjadi perubahan harga di kedua Negara, maka kurs tersebut harus


(42)

mengalami perubahan juga. Misalnya kalau di AS harga satu stel jeans hanya naik 2 kali, sementara di Indonesia harga satu stel blue jeans adalah 3 kali, maka kursnya akan menjadi:

= Rp.500.000

Jadi kurs dolar dengan rupiah pada kasus ini adalah US $ 1 = Rp. 5.000

2.5. PERTUMBUHAN EKONOMI 2.5.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994;10)


(43)

2.5.2. Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh ketersediaan faktor-faktor prouksi dalam suatu negara. Konsep-konsep dasar ekonomi mikro dalam teori produksi dapat dijadikan landasan untuk melihat faktor-faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan konsep mikro dalam teori produksi, jumlah output sangat ditentukan oleh input-input yang terlibat dalam proses produksi. Input adalah faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi. Secara umum faktor produksi tersebut dapat berupa sumber daya alam, barang modal, tenaga kerja, dan keahlian konsep mikro tersebut dapat dikembangkan dalam analisis pertumbuhan ekonomi. Adapun faktor yang menunjang pertumbuhan ekonomi tersebut antara lain, sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, teknologi dan inovasi.

1. Sumber daya alam

Kekayaan alam suatu Negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan, hasil laut, serta jumlah dan hasil kekayaan tambang. Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk mengembangkan perekkonomian suatu Negara, terutama pada masa-masa permulaan proses pertumbuhan ekonomi. Di setiap Negara berkembang peranan barang-barang pertanian dan industri pertambangan minyak yang diekspor, menjadi penggerak utama bagi permulaan pertumbuhan ekonomi terutama di Asia.


(44)

2. Sumber daya manusia

Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan angkatan kerja. Banyak ekonom menyakini bahwa kualitas input tenaga kerja yaitu ketrampilan, pengetahuan, dan disiplin adalah satu-satunya unsur penting dari pertumbuhan ekonomi. Perkembangan teknologi dalam kegiatan perekonomian sangat menuntut ketersediaan tenaga kerja yang terlatih dan terampil.

3. Sumber daya modal

Sumber daya modal ada yang disebut barang modal, dan ada pula yang disebut modal uang. Barang-barang modal penting peranannya dalam meningkatkan pertumbuhan di bidang ekonomi. Negara-negara yang tumbuh pesat cenderung melakukan investasi sangat besar dalam pembentukan barang modal baru. Upaya investasi bertujuan untuk meningkatkan social overhead capital seperti membangun jalan, irigasi, sarana, dan prasarana lainnya. Hal itu merupakan suatu bukti yang sangat dibutuhkan untuk mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Sedangkan uang juga merupakan modal yang sangat menentukan dan berkontribusi langsung dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, makin banyak uang yang digunakan dalam proses produksi, makin besar output yang dihasilkan.


(45)

Kemajuan ekonomi yang berlaku di berbagai Negara secara umum ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek positif dalam pertumbuhan ekonomi. Efek yang utama adalah:

a. Dapat mempertinggi efisiensi dalam kegiatan produksi

b. Menimbulkan penemuan barang-barang baru yang belum pernah diprodusi sebelumnya

c. Meninggikan mutu barang yng diproduksi tanpa meningkatkan harga.

2.5.3. Kebijakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi

Menurut sadono sukirno (2004) kebijakan-kebijakan yang selalu dijalankan untuk mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan diversifikasi pertumbuhan ekonomi yaitu suatu kebijakan dalam modernisasi kegiatan-kegiatan ekonomi yang ada atau melakukan transformasi kegiatan ekonomi yang bersifat tradisional kepada kegiatan yang modern

2. Mengembangkan infrastruktur. Modernisasi ekonomi memerlukan infrastruktur yang modern pula. Hal ini dikarenakan kegiatan ekonomi akan berkembang dengan baik apabila didukung oleh infrastruktur yang tersedia dengan kondisi yang baik

3. Meningkatkan taraf pendidikan masyarakat. Peningkatan taraf pendidikan masyarakat akan menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas. Semakin


(46)

banyak tenaga kerja yang berkualitas akan semakin cepat terjadinya pertumbuhan ekonomi

4. Mengembangkan institusi yang mendorong pembangunan. Pembangunan ekonomi harus secara terus menerus diikuti dengan perkembangan institusi yang dapat memberikan dorongan pada perkembangan berbagai kegiatan ekonomi

5. Merumuskan dan melaksanakan perencanaan ekonomi. Melalui perencanaan pembangunan berbagai kegiatan dapat diselaraskan dan arah pembangunan ekonomi jangka panjang dapat ditentukan. Setiap perencanaan ekonomi perlu menentukan tujuan pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai dan menemukan strategi dalam melaksanakan perencanaan ekonomi yang telah dirumuskan

2.5.4. Teori pertumbuhan ekonomi

Teori Adam Smith

Adam Smith memaparkan tentang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dengan memandang kepada:

a. Adanya hukum alam. Ia sangat percaya dengan prinsip bahwa hanya individu sendirilah yang tahu akan kebutuhannya, tidak orang lain apalagi pemerintah. Ia beranggapan bahwa adanya kekuatan yang tidak kentara (Invisible hand) menyebabkan setiap perekonomian akan memperlakukan


(47)

b. Peningkatan daya produktivitas tenaga kerja berhubungan dengan:

• Meningkatnya keterampilan pekerja

• Penghematan waktu dalam memproduksi barang

• Penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga

c. Proses akumulasi modal. Menurutnya, proses akumulasi modal meningkat seiring dengan meningkatnya tabungan, dan dari tabunganlah asalnya investasi. Dengan demikian bila pendapatan naik sementara konsumsi relative tetap maka tabungan akan semakin tinggi dan berdampak pada penyediaan modal yang semakin banyak untuk investasi.

d. Tingkat keuntungan akan semakin menurun manakala tingkat persaingan semakin tinggi. Padahal persaingan berasal dari kemampuan investasi yang memajukan perekonomian

e. Petani, pengusaha dan produsen adalah agen pertumbuhan dalam perekonomian. Bila pertanian meningkat maka usaha industry dan perniagaan semakin meningkat dan tentu saja akan memberikan dampak yang bagus bagi perekonomian karena adanya rantai kebutuhan dan kepentingan.

f. Proses pertumbuhan bersifat menggumpal (mengakumulatif), setiap peningkatan di bidang pertanian maka akan ada peningkatan di bidang industry dan perniagaan dan seterusnya sampai terjadi kelangkaan sumberdaya sehingga perekonomian mengalami kondisi stasioner.


(48)

Malthus dan Ricardo mengamati pertumbuhan penduduk tehadap pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dari hasil pengamatan tersebut didapat kesimpulan sebagai berikut:

• Bila rasio antara jumlah penduduk lebih kecil daripada jumlah faktor produksi lainnya, ini akan menimbulkan pertambahan penduduk, pertambahan tenaga kerja, dan sekaligus akan dapat meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat

• Bila jumlah penduduk/tenaga kerja berlebihan dibandingkan dengan faktor produksi yang lain, pertambahan penduduk akan menurunkan produk per kapita. Selain itu juga akan menurunkan taraf kemakmuran masyarakat.

• Bila jumlah penduduk selalu bertambah tanpa diikuti oleh pertambahan faktor lain, maka kemakmuran masyarakat akan mundur sampai tingkat subsisten, bahkan mungkin bisa dibawah tingkat subsisten

Teori Robert M. Solow

Robert Solow menyatakan pendapatnya sebagai berikut:

• Pertumbuhan produk nasional ditentukan oleh pertumbuhan dua jenis input yaitu pertumbuhan modal dan pertumbuhan tenaga kerja. Perhatian terhadap 2 input tersebut sangat besar karena proses pertumbuhan ekonoi memerlukan:


(49)

b) Adanya kenaikan tingkat upah yang dibayarkan kepada para pekerja pada saat intensifikasi modal terjadi. Sehingga masyarakat mempunyai daya beli tinggi, konsumsi meningkat. Hal ini akan mendorong pertumbuhan produk

• Disamping faktor tenaga kerja dan modal, hal sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah fktor perkembangan teknologi

Teori Keynes

Keynes menyatakan bahwa dalam jangka pendek output nasional dan kesempatan kerja terutama ditentukan oleh permintaan agregat. Kaum keynesia yakin bahwa kebijakan moneter maupun kebijakan fiscal harus digunakan untuk mengatasi pengangguran dan menurunkan laju inflasi. Konsep-konsep Keynesian menunjukkan bahwa peranan pemerintah sangat besar dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Perekonomian pasar sepertinya sulit untuk menjamin ketersediaan barang yang dibutuhkan oelh masyarakat dan bahkan sering menimbulkan instability, inequity dan inefisiensi. Bila perekonomian sering diihadapkan pada ketidakstabilan, ketidakmerataan, dan ketidakefisienan jelas akn menghambat terjadinya pertumbuhan ekonomi jangka panjang.


(50)

2.6. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

2.6.1. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia

Perkembangan ekonomi Indonesia sejak Pemerintahan Orde Baru di tahun 1966 ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang berfluktuasi. Pada masa awal pembangunan ekonomi pada periode 1996-1970, rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 5,89 % per tahun. Selanjutnya, pada dekade 1971 – 1980 rata-rata pertumbuhan ekonomi meningkat pesat menjadi 7,44 %. Kenaikan ini tidak terlepas dari keberhasilan Pemerintah dalam mendorong ekspor minyak yang dibarengi oleh kenaikan harga minyak dunia. Namun, sejalan dengan mulai menurunnya harga minyak dunia pada dekade 1981-1990, ekonomi Indonesia kembali mencatat pertumbuhan yang lebih rendah. Selama periode ini, Pemerintah mulai mengubah kebijakannya dengan sasaran utama mendorong ekspor migas dan pengerahan tabungan masyarakat. Untuk meningkatkan ekspor non-migas, Pemerintah mendorong sektor swasta untuk berperan lebih besar dalam pembangunan ekonomi. Sementara upaya pengerahan dana masyarakat dilakukan melalui pengembangan pasar keuangan. Hal itu ditandai oleh kebijakan deregulasi perbankan dan pasar modal yang diikuti oleh liberalisasi capital inflows. Sementara, di sisi sektor riil, Pemerintah mulai membuka pasar domestic melalui penurunan tarif, pengurangan Daftar


(51)

hingga mencatat angka 7,83 % selama 1991-1996. Namun, selama masa ini juga ditandai oleh akumulasi utang luar negeri yang terus membengkak dan kondisi

perbankan yang fragile

hingga berujung

pada krisis ekonomi di

tahun 1997- 1998.

Setelah krisis

ekonomi, ekonomi

Indonesia kembali

mengalami perlambatan

pertumbuhan.

Tabel 2.2

Rata-rata pertumbuhan ekonomi indonesia


(52)

2.6.2. Sumber-sumber

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Dilihat dari sisi penggunaannya, pada masa awal pembangunan ekonomi sebelum tahun 1970, pertumbuhan ekonomi lebih banyak didorong oleh konsumsi masyarakat yang memberikan kontribusi hingga 80 % GDP. Namun, sejalan dengan tingginya harga minyak pada dekade 1971 - 1980, sektor minyak menjadi satu-satunya sumber pertumbuhan. Ekspor minyak memberikan kontribusi lebih dari 70 % total ekspor Indonesia, sementara komoditi manufaktur belum memberikan kontribusi yang berarti. Ekspor non migas sebagian besar disumbangkan oleh komoditi primer. Hasil dari ekspor minyak sebagian besar mengalir ke penerimaan Pemerintah untuk membiayai kegiatan konsumsi dan investasi Pemerintah. Selama periode ini, peran konsumsi masyarakat sedikit demi sedikit terdesak oleh sektor Pemerintah yang snagat dominan. Sementara, investasi swasta belum memberikan kontribusi yang berarti. Memasuki dekade 1981-1990, kegiatan investasi swasta mulai berkembang pesat. Hal ini ditandai oleh kenaikan impor yang tinggi, utamanya impor barang modal, yang dibarengi

1966-1970 5,89

1971-1980 7,44

1981-1990 5,51

1991-1996 7,83


(53)

kecenderungan yang terus menurun hingga mencapai level dibawah 5 % PDB. Selama periode ini, peran swasta tumbuh dengan pesat, terutama dengan munculnya gejala konglomerasi di berbagai sektor, sebaliknya peran Pemerintah semakin menurun. Setelah krisis ekonomi, kegiatan investasi swasta sedikit demi sedikit mulai tumbuh kembali, sementara Pemerintah menghadapi beban yang berat akibat krisis.

Tabel 2.3

Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi indonesia

No Penggunaan 1970 1980 1990 2000 2005

1 C 79.47 54.05 53.86 70.90 59.66

2 I 12.16 18.78 31.35 18.32 25.30

3 G 8.62 10.21 9.8 7.23 7.80

4 (X-M) -0.25 16.95 4.99 3.54 7.24

Total 100 100 100 100 100

2.6.3. Kebijakan Mempertahankan Pertumbuhan Ekonomi

a. Pengendalian inflasi

Pemerintah dalam mengendalikan perekonomian makro bnerusaha sedapat mungkin untuk menekan tingkat inflasiyang terkendali (inflasi dalam satu digit).


(54)

Pengendalian ini dimaksudkan untuk mengendalikan perekonomian berjalan pada roda yang direncanakan

b. Hati-hati mengelola neraca pembayaran

Neraca pembayaran merupakan penghasilan atau pemasukan valuta asing (ekspor, PMA, bantuan asing) dikurangi impor, pembayaran bunga, dan cicilan hutang, serta pembayaran jasa ke luar negeri. Dengan menerapkan kebijaksanaan yang hati-hati dalam mengelola neraca pembayaran, berarti seluruh komponen yang terkait dalam neraca pembayaran itu sendiri akan diawasi oleh pemerintah secara ketat.

c. Meningkatkan daya saing ekonomi

Untuk dapat meningkatkan ekspor non-migas di pasar internasional, peningkatan daya saing ekonomi nasional tentu akan sangat mendukung. Tanpa peningkatan daya saing ekonomi di paar internasional, produk-produk yang dihasilkan Indonesia lambat laun akan tergeser oleh produk dari Negara lain seperti, Cina, Vietnam, dan india.

d. Meningkatkan dan memperbaiki iklim menabung

Kebijaksanaan yang diterapkan pemerintah adalah menerapkan penetapan tingkat bunga yang lebih baik dari menabung di luar negeri.


(55)

Kurs mengambang terkendali merupakan kebijaksanaan pemerintah untuk mempertahankan nilai rupiah yang terkendali

f. Memperbaiki iklim investasi lewat deregulasi sektor riil

Banyak monopoli dan oligopoli baik dengan perlindungan pemerintah maupun yang terselubung, akan menurunkan minat investor luar negeri menanamkan investasinya di Indonesia. Dengan hilangnya distorsi dalam sektor riil akan menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif.

g. Memperluas jangkauan program pemerataan ekonomi

Untuk lebih dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan masyarakat merupakan satu faktor pendukung Karena dengan meningkatnya daya beli masyarakat akan dapat memacu produksi perusahaan lebih tinggi. Dalam rangka peningkatan pendapatan dan pemerataan pendapatan masyarakat inilah yang perlu diperluas jangkauan pemerataan ekonomi. Dengan adanya program pemerataan yang lebih luas atau merata ini akan dapat meningkatkan daya beli masyarakat.

2.7. Pertumbuhan ekonomi AS

2.7.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi AS

Pertumbuhan ekonomi modern di AS dimulai pada pertengahan abad kesembilan belas. Selama kurun waktu yang panjang, keluaran riil AS telah


(56)

tumbuh kira-kira 3,3 persen setiap tahun. Antara 1871 dan 1909, tingkat pertumbuhan sangat sehat, yang berkisar dari 4,0 persen hingga 5,5 persen per tahun. Karena kerusakan akibat dari depresi besar, pertumbuhan menjadi lamban selama tahun 1930-an dan 1940-an, namun pada tahun 1950-an dan 1960-an pulihnya pertumbuhan dan kekuatan perekonomian. Walaupun tahun 1970-an terdiri dari beberapa tahun yang baik dan beberapa yang buruk, selama dasawarsa itu keluaran meningkat sebesar rata-rata 3,1 persen per tahun, suatu kinerja yang dapat memungkinkan. Pada periode 1990 sampai 1997, tingkat pertumbuhannya hanya 2,3 persen, itu disebabkan oleh resesi dari tahun 1990 sampai 1997.

2.7.2. Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi AS Tabel 2.4

Sumber Pertumbuhan Ekonomi AS

Persentase pertumbuhan yang berasal dari masing-masing sumber

1929-1982 1929-1948 1948-1973 1973-1979

Kenaikan masukan 53 49 45 94

Tenaga kerja 20 26 14 47

Modal 14 3 16 29

Pendidikan ( modal SDM)


(57)

Kenaikan produktivitas 47 51 55 6

Kemajuan ilmu pengetahuan

31 30 39 8

Faktor-faktro lain 16 21 16 -2

Total 100 100 100 100

Tingkat pertumbuhan tahunan pendapatan nasional riil

2,8 2,4 3,6 2,6

Selama bertahun-tahun, Edward denilson dari brookings institution di Washington telah mempelajari proses pertumbuhan ekonomi AS dan memilah-milahkan arti penting secara relative atas berbagai faktor penyebab itu. Tabel 2.4. menyajikan hasil penelitian besar terbarunya yang sudah diterbitkan.

Denilson memperkirakan bahwa kira-kira separuh dari pertumbuhan keluaran AS selama periode mulai tahun 1929 hingga 1982 disebabkan oleh kenaikan faktor-faktor produksi dan separuh lain oleh kenaikan produktivitas. Pertumbuhan angkatan kerja menghasilkan kira-kira 20 persen dari keseluruhan pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan stok modal (baik SDM maupun fisik)


(58)

menghasilkan 33 persen. Dari tingkat pertumbuhan stok modal, moda SDM (pendidikan dan pelatihan) menghasilkan 34 persen dari keseluruhan dan modal fisik menghasilkan 14 persen. Pertumbuhan pengetahuan merupakan faktor paling penting yang menyumbang kepada kenaikan produktivitas masukan.

Sebuah penelitian tahun 1997 oleh Charles jones menghasilkan kesimpulan yang suram bahwa perlambanan pertumbuhan di AS akan segera terjadi. Makalah jones menemukan bahwa banyak dari pertumbuhan sesudah perang dunia II di AS disebabkan tiga faktor:

1. Kenaikan tingkat pendidikan.

2. Kenaikan tajam bagian angkatan kerja yang dibuktikan untuk riset. 3. Kenaikan keterbukaan perekonomian dunia –perluasan perdagangan.

Dia menyimpulkan bahwa kenaikan-kenaikan itu akhirnya harus mendatar, dan bila demikian, tingkat pertumbuhan di AS dapat turun sebesar 75 persen

2.6.3. Kebijakan untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi AS

Beberapa strategi untuk menaikkan tingkat pertumbuhan di AS telah diusulkan, dan ada yang sudah dijadikan undang-undang. Strategi-strategi itu mencakup kebijakan yang ditujukan kearah perbaikan mutu pendidikan, kenaikan tingkat tabungan, perangsangan investasi, peningkatan riset dan pengembangan, pengurangan regulasi, dan pemberlakuan kebijakan industri.


(59)

Undang-undang keringanan pajak tahun 1997 berisi ketetapan yang berfokus pada pendidikan. Pertama, kredit beasiswa HOPE mengijinkan para pembayar pajak mengklain kredit sampai $1500 untuk biaya pendidikan lanjutan atas, untuk membantu anggota keluarga manapun.

b. Kebijakan untuk menaikkan tingkat tabungan

Pada tahun 1982, undang-undang pajak pemulihan ekonomi federal memuat sejumlah ketetapan yang dirancang untuk mendorong investasi. Diantaranya ada sistem pemulihan biaya yang dipercepat (ACRS: Accelerated Cost Recovery System), yang memberi perusahaan-perusahaan peluang untuk mengurangi pajak mereka dengan menggunakan secara artificial tingkat depresiasi yang cepat untuk perhitungan laba kena pajak. Walaupun aturannya rumit, akibatnya sama dengan akibat dari kredit investasi. Pemerintah secara efektif mengurangi biaya modal bagi perusahaan yang menjalankan investasidalam pabrik atau peralatan.

c. Kebijakan untuk meningkatkan penelitian dan pengembangan

Ilmu pengetahuan baru adalah seperti barang public. Walaupun AS sudah memiliki sistem hak paten untuk melindungi keuntungan atas litbang bagi para penemu dan innovator, banyak dari keuntungan itu mengalir ke para peniru dan orang-orang lain, termasuk public. Penalaran itu digunakan untuk mendukung pemberian subsidi public atas pengeluaran litbang.


(60)

Denilson memperkirakan regulasi di bidang kesehatan dan keamanan pekerjaan, dan lingkungan hidup, mengurangi tingkat pertumbuhan tahunan antara tahun 1973 dan 1979 pada titik persentase 0,13 dari 2,74 persen menjadi 2,61 persen per tahun

e. Kebijakan industrial

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah ahli ekonomi telah menuntut ditingkatkannya keterlibatan pemerintah dalam alokasi modal di seluruh sektor manufaktur, sebuah praktek yang dikenal sebagai kebijakan industrial. Mereka yang mendukung kebijakan industrial yakin bahwa karena pemerintah Negara-negara lain menjadikan perindustrian sebagai target dari subsidi khusus dan investasi cepat, amerika nhendaknya melakukan hal serupa untuk mencegah kerugian dalam persaingan internasional.

2.7. Penelitian terdahulu

1. Skripsi : Pengaruh kurs dollar Amerika Serikat, suku bunga SBI dan inflasi terhadap perubahan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta. Diajukan oleh Ajid Hajiji, mahasiswa ilmu ekonomi, Fakultas Ekonomi dan manajemen IPB. NIM : H14084005.

Variabel dependen : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Variabel independen : Kurs, tingkat bunga SBI, Inflasi


(61)

2. Jurnal : Pengaruh tingkat suku bunga SBI dan kurs dollar AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta periode tahun 2000-2002 . ditulis oleh Moh Mansur, mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Semarang. NIM : 3351403043.

Variabel dependen : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Variabel independen : tingkat suku bunga SBI, kurs dollar AS. R2

3. Jurnal : Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap IHSG. Ditulis oleh Pananda Pasaribu, Wilson R. L. Tobing, dan Adler Haymans Manurung

= 51,55 %

Variabel dependen : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Variabel Independen : Inflasi, SBI, jumlah M2, kurs, Produk domestic bruto, Transaksi berjalan, cadangan devisa, net buying asing, indeks Hanseng, indeks Dow Jones, minyak dunia, fed rate.


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang lingkup penelitian

Dalam penulisan ini, penulis melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat suku bunga SBI, kurs dollar AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia dan pertumbuhan ekonomi AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan memperhatikan data tahunan IHSG, pergerakan tingkat suku bunga SBI dan kurs dollar AS di Bank Indonesia, dan pergerakan perumbuhan ekonomi Indonesia dan pertumbuhan ekonomi AS di World Bank. Penelitian ini penulis khususkan pada IHSG di Bursa Efek Jakarta.

3.2. Jenis dan sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh langsung dari publikasi resmi yaitu dapat berasal dari Bank Indonesia Cabang Medan, Bapepam, ataupun dalam bentuk buku, jurnal atau website yang ada kaitannya dengan penelitian ini.


(63)

tahun 2009), karena pasar modal mulai aktif kembali pada tahun 1988 dan data SBI mulai

Alasan pengambilan data penelitian mulai dari tahun 1988, karena pada tahun 1988 kegiatan di pasar modal mulai meningkat setelah dikeluarkan “Pakto 88”

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode studi kepustakaan (Library Research). Library Research adalah penelitian yang dilakukan menggunakan bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah seperti artikel atau jurnal-jurnal ilmiah serta laporan-laporan penelitian ilmiah yang berkaitan dengan topik yang sedang diteliti.

Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pencatatan langsung berupa data urut waktu (time series) dengan kurun waktu 22 tahun (dari tahun 1988 sampai tahun 2009).

3.4. Pengolahan data

Penulis menggunakan program computer eviews 5.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini


(64)

3.5. Model dan analisis data

Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model ekonometrika. Metode analisis data yang digunakan adalah kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square).

Model persamaannnya adalah sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, X4)……….(1)

Dengan spesifikasi model sabagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 +β3X3 + β4X4 + µ………(2)

Dimana:

Y = Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Rupiah)

α = Intercept

β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi

X1 = Suku bunga SBI (%)

X2 = Kurs Dollar AS (Rupiah)

X3 = Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%)

X4 = Pertumbuhan Ekonomi AS (%)


(65)

< 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (suku bunga SBI), maka Y

(IHSG)

Maka Y (IHSG) mengalami penurunan, Cateris paribus.

< 0,artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (kurs dollar AS),

Maka Y (IHSG) mengalami penurunan, Cateris paribus.

> 0,artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (pertumbuhan ekonomi

indonesia),

Maka Y (IHSG) mengalami kenaikan, Cateris paribus.

< 0,artinya jika terjadi kenaikan pada X4

Koefisien Determinasi (R-square) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi (R-square) yaitu angka yang menunjukkan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-variabel independen yang menerangkan variabel dependen atau angka yang menunjukkan (pertumbuhan ekonomi AS),

Maka Y (IHSG) mengalami penurunan, Cateris paribus.

3.6. Uji kesesuaian (test goodness of fit) 3.6.1. Koefisien determinasi (R-square)


(66)

seberapa besar variabel dependen dipengaruhi oleh variabel-variabel independennya.

Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0 < R2 < 1), dimana nilai koefisien determinasi mendekati 1 berarti variabel bebas mempunyai pengaruh yang besar terhadap variabel terikat.

3.6.2. Uji F

Uji F statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel depemden. Distribusi F ditandai dengan 2 macam derajat kebebasan, yakni derajat kebebasan dari pembilang dan derajat kebebasan dari penyebut. Jika nilai F semakin mendekati 1, semakin besar kemungkinan hipotesa nol dapat diterima, sebaliknya apabila nilai F besar, semakin besar kemungkinan hipotesa nol ditolak dan semakin besar kemungkinan hipotesa alternative diterima

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

Dimana :

F* = F-hitung

R2 = koefisien determinasi


(67)

n = jumlah sampel

Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari seluruh variable independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

• Menentukan Hipotesis

H0; μ = 0 : Tingkat Suku Bunga SBI, kurs dollar AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan pertumbuhan ekonomi AS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ

H1;μ ≠ 0 : Tingkat Suku Bunga SBI, kurs dollar AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan pertumbuhan ekonomi AS berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ

Menentukan tingkat signifikansi (α) yang digunakan, α = 5 %

Membuat keputusan

• Kriteria pengambilan keputusan

Jika Fhitung < Ftabel, maka maka Ho diterima dan H1 ditolak. Jika Fhitung > Ftabel, maka maka Ho ditolak dan H1 diterima. Jika signifikansi F > 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Jika signifikansi F < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima.


(68)

• Membuat kesimpulan

3.6.3. Uji t

Uji t statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen, dengan menganggap variabel dependen lainnya konstan. Berikut ini beberapa ciri tentang distribusi t, yaitu:

1. Mean distribusi yang terletak di tengah dan membagi daerah menjadi dua dengan luas yang sama (sifat simetris)

2. Skala yang digunakan adalah skala t

3. Terdapat berbagai bentuk distribusi t tergantung dari derajat bebasnya. Derajat bebas dilambangkan dengan df, besarnya = n – 1 dimana n adalah jumlah anggota dalam sebuah sampel. Semakin besar derajat bebasnya, maka distribusi t akan semakin mendekati distribusi normal.

4. Jika kita mengetahui nilai probabilitas (dari derajat keyakinan) dan derajat bebasnya, maka kita bisa mencari niali t nya dengan melihat tabel t yang telah dibuat oleh para ahli statistik.

Gambar 3.1 Kurva uji f statistik


(69)

Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana :

t* = t-hitung

bi = koefisien variabel ke-i

b = nilai hipotesis nol

Sbi

1. Menentukan hipotesis

= simpangan baku dari variabel independen ke-i

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari tiap-tiap variable independen (Tingkat Suku Bunga SBI, kurs dollar AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan pertumbuhan ekonomi AS) terhadap IHSG di BEJ untuk periode tahun 1988-2009. Langkah-langkah adalah sebagai berikut:

a. H0;μ = 0 : Tingkat suku bunga SBI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.

H1;μ≠ 0 : Tingkat suku bunga SBI berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.

b. H0;μ= 0 : Kurs Dollar AS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.


(70)

H0 diterima

Ha diterima Ha diterima

H1;μ≠ 0 : Kurs Dollar AS berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.

c. H0;μ= 0 : Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.

H1;μ≠ 0 : Pertumbuhan Ekonomi Indonesia berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.

d. H0;μ= 0 : Pertumbuhan Ekonomi AS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.

H1;μ≠ 0 : Pertumbuhan Ekonomi AS berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.

2. Menentukan tingkat signifikansi (α) yang digunakan, α = 5% 3. Membuat keputusan

Jika thitung < ttabel, maka maka Ho diterima dan H1 ditolak. Jika thitung > ttabel, maka maka Ho ditolak dan H1 diterima. Jika signifikansi t > 0,05, maka Ho diterima dan H1ditolak. Jika signifikansi t < 0,05, maka Ho ditolak dan H1diterima.

Gambar 3.2 Kurva uji t statistik


(71)

4. Membuat kesimpulan

3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1. Multikolinearitas

Istilah kolinearitas ganda (multicollinearity) diciptakan oleh Ragner Frish di dalam bukunya: Stastical confluence analysis by means of Complete Regression Systems. Aslinya istilah itu berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau eksak (perfect of exact) diantara variable-variabel bebas dalam model regresi. Itilah kolinearitas sendiri berarti hubungan linear tunggal, sedangkan kolinearitas ganda menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linear sempurna.

Adanya miltikolinearitas ditandai dengan :

• Standard error tidak terhingga.

• Tidak ada satupun nilai koefisien t statistic yang signifikan pada α = 5 %.

• Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori.

• R-square sangat tinggi.

• Nilai koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar dari 0,8. Cara mengatasi multikolinearitas, antara lain:

• Adanya informasi sebelumnya.

• Menggabungkan data cross section dan time series.

• Mengeluarkan satu variable atau lebih dan kesalahan spesifikasi.


(72)

• Penambahan data baru.

3.7.2. Autokorelasi

Istilah autokorelasi, menurut Maurice G. Kendall and Willian R. Buckland, A Dictionary of Statistical Terms: “Correlation between members of series of observations ordered in time (as in time series data), or space (as in crossectional data)”. Jadi, autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu (seperti data time series), atau korelasi pada dirinya sendiri (seperti data crossection).

Prosedur uji Durbin Watson, adalah sebagai berikut

1. Lakukan estimasi regresi dengan menggunakan model empiris yang diamati. Selanjutnya hitung nilai residualnya (µ1

2. Hitung nilai DW statistic dengan menggunakan rumus: ).

d = ∑ (et – et-1)2 / ∑ et

3. Setelah dihitung nilai DW nya, maka kemudian bandingkan dengan nilai DW tabel, dengan pedoman sebagai berikut:


(73)

Gambar 3.3 Kurva Durbin Watson

Tolak Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi positif, bila nilai DW hitung terletak antara 0 < d < d1.

Tolak Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi negatif, apabila nilai DW statistik terletak antara 4-d1 < d < 4.

Terima Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi negative atau autokorelasi positif, bila nilai DW statistic terletak antara du < d < 4-du. Tidak ada kesimpulan bila di ≤ d ≤ du.


(74)

3.8. Definisi operasional

• Indeks Harga Saham Gabungan adalah indeks yang mencerminkan pergerakan seluruh saham yang terdapat di Bursa Efek Jakarta yang dinyatakan dalam Rupiah.

• Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai balas jasa atas pembelian Sertifikat Bank Indonesia yang dinyatakan dalam bentuk persentase.

• Kurs Dollar AS adalah harga mata uang Indonesia terhadap mata uang asing (dollar AS) yang dinyatakan dalam Rupiah.

• Pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian Indonesia yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah yang dinyatakan dalam bentuk persentase.

• Pertumbuhan ekonomi AS adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian AS yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah yang dinyatakan dalam bentuk persentase.


(75)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis deskriptif 4.1.1. Perkembangan IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan menurun dari 98 poin pada tahun 1977 menjadi 82.58 poin pada akhir tahun 1987, dan meningkat lagi dengan tajam mencapai puncaknya pada 636.4 poin pada bulan April 1990. Indeks Harga Saham Gabungan berangsur-angsur meningkat mencapai 320 poin pada bulan Juli 1992, selanjutnya secara berangsur-angsur turun kembali menjadi 300 poin pada bulan November 1992. Indeks jatuh secara tajam menjadi 220 poin pada bulan Januari 1993. Kebangkrutan Bank Suma adalah salah satu faktor dari penurunan indeks yang tajam dimana investor asing menurun kepercayaannya terhadap laporan keuangan perusahaan terutama banking. Juga, salah satu perusahaan perantara memperdagangkan sertifikat saham palsu dan juga kasus saham Panin. Selanjutnya, bursa mengalami peningkatan pada tingkat 588.765 pada akhir tahun1993. Kemudian indeks turun lagi mencapai 469.64 pada akhir Desember 1994. Hal ini dipengaruhi bahwa tahun 1993 terjadi booming dan diharapkan booming tersebut akan berlanjut. Umumnya, perusahaan melakukan penawaran pada saat booming supaya perusahaan dapat menawarkan harga yang lebih tinggi. Tetapi, kembali indeks naik menjadi 513.847 pada akhir tahun 1995. Pada periode


(76)

setelah krisis tahun 1998, IHSG kembali mulai mengalami peningkatan. Tahun 1999 IHSG mencapai 676,92 poin. Pada bulan Januari 2000 berada pada level 636,37 poin, kemudian berfluktuasi tetapi cenderung naik hingga pada bulan Mei 2008 IHSG berada pada level 2.444,349. Pada Januari 2000 hingga Januari 2001 IHSG mengalami penurunan dari 636,37 menjadi 392,03 poin, bahkan penah menyentuh angka 380,31 pada November 2001. IHSG terus mengalami fluktuasi hingga akhirnya pada pertengahan tahun 2003 IHSG mencapai level 505. Penyelenggaraan Pemilu 2004 yang dianggap banyak kalangan berhasil, dengan terpilihnya wakil rakyat dan Susilo Bambang Yudoyono sebagai Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat yang membuat kondisi social politik stabil sehingga investor percaya akan kondisi makro Indonesia yang stabil juga memicu kenaikan IHSG sehingga dapat menembus level 1000-an. IHSG terus berfluktuasi dan terus menembus level baru diatas 1000 poin pada akhir tahun 2004. Tahun 2005 hingga bulan April 2007 IHSG berada

pada level 1000-an, bahkan pada Mei 2007 IHSG menembus level 2000-an. IHSG terus berfluktuasi diatas level 2000-an hingga akhir periode pengamatan.

Untuk lebih jelasnya, perkembangan IHSG dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Perkembangan IHSG


(77)

TAHUN IHSG

1988 305.12

1989 399.69

1990 417.79

1991 247.39

1992 274.33

1993 588.77

1994 489.64

1995 513.85

1996 637.43

1997 401.71

1998 398.03

1999 676.91

2000 416.32

2001 392.04

2002 424.94

2003 679.3

2004 1000.23

2005 1162.63

2006 1805.52

2007 2745.55

2008 1355.41


(78)

Sumber : www. yahoofinance.co

4.1.2. Perkembangan tingkat bunga SBI

Pada tahun 2000 tingkat suku bunga SBI sebesar 11,16 persen. Tetapi terus naik hingga akhir tahun 2000 mencapai 14,53 persen. Kurangnya kemampuan pemerintah dalam mempertahankan iklim investasi yang baik dan semakin memanasnya iklim politik membuat kurs terus merosot. Untuk mengatasi masalah tersebut BI mulai menaikkan kembali tingkat suku bunga SBI hingga pada bulan Agustus 2001 berada titik tertinggi setelah mengalami penurunan pada tahun sebelumnya yaitu pada tingkat 17,67 persen. Tingkat suku bunga SBI terus berada diatas tingkat 10 persen sampai bulan Mei 2003, hal ini dinilai masih terlalu tinggi oleh sektor usaha. Hingga akhirnya BI menurunkan tingkat suku bunga SBI menjadi lebih rendah dibawah 10 persen yang merupakan tingkat bunga yang cukup ideal untuk mendorong berkembangnya sektor riil ekonomi di Indonesia. Keadaan Indonesia yang semakin kondusif selama tahun 2004 karena pemilu secara langsung berjalan lancar dan aman membuat SBI stabil hingga awal 2005 berada

pada tingkat 7 persen. Bulan Juni hingga Agustus 2005, suku bunga SBI kembali naik, bahkan pada September mencapai 10 persen. Suku bunga SBI terus berada diatas 10 persen hingga akhir tahun 2006, sebelum akhirnya turun kembali menjadi 9,75 persen pada bulan Desember 2006.

Kondisi perekonomian Indonesia yang stabil, membuat suku bunga SBI terus stabil berada di bawah 10 persen. Mulai 9,5 persen pada Januari 2007 menjadi 8


(1)

penurunan yang relative besar terhadap IHSG dan tingginya pertumbuhan ekonomi AS akan menyebab aliran modal ke AS yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan yang relative besar terhadap IHSG

2. Adanya keterbatasan faktor makroekonomi yang digunakan sebagai dasar untuk memprediksi IHSG hanya terbatas pada Tingkat Suku Bunga SBI, kurs dollar AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia dan pertumbuhan Ekonomi AS, diharapkan dalam penelitian selanjutnya untuk memperhatikan pengaruh faktor lain yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Lia. 2007. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu

Case, E dan Ray C. Fair. 2001. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, Edisi 5. Jakarta:

Prenhallindo

Hajiji, Adji. 2008. Skripsi: Pengaruh kurs dollar Amerika Serikat, suku bunga SBI dan inflasi terhadap perubahan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta. Bogor: Fakultas Ekonomi dan manajemen IPB.

Hakim, Abdul. 2002. Statistik Induktif Untuk Ekonomi dan Bisnis, Edisi 2. Yogyakarta: Ekonisia.

Kasmir. 2001. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja grafindo Persada.

Mankiw, Gregory. 2006. Makroekonomi, Edisi 6. Jakarta: Erlangga. Mansur, Mohamad. 2009. Pengaruh Suku Bunga SBI dan Kurs Dollar AS

Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.

Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Bandung : Rafika Aditama

Pasaribu, Pananda, Wilson. R.L Tobing dan Adler Haymans Manurung. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap IHSG.


(3)

Pratomo, Wahyu Aryo dan Paidi Hidayat. 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews Dalam Ekonometrika. Medan: USU Press.

Putong, iskandar dan Nd anjaswati. 2008. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Mitra Wacana Media

Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga.

Situmorang, Paulus. 2008. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Mitra Wacana

Media.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sunarsip. (2010, 18 oktober). Hot Money, Prospek Global & Fundamental Kita. Bisnis Indonesia, hlm. 1

Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Suatu Pengantar, Edisi 3. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada

Sumanjaya, Rahmat, Syahrir Hakim Nasution, dan Arifin Hamzah. 2008. Ekonomi Internasional. Medan: USU Press, 2009.


(4)

Sutedi, Adrian. 2009. Segi-segi hukum pasar modal. Jakarta: Ghalia Indonesia


(5)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Penelitian

TAHUN IHSG Tingkat

bunga SBI Kurs dollar AS Pertumbuhan ekonomi Indonesia Pertumbuhan ekonomi AS

1988 305.12 15.3 1729 6.35 4.122893

1989 399.69 11.64 1795 9.08 3.5321375

1990 417.79 17.87 1901 9 1.8581349

1991 247.39 22.03 1992 8.92 -0.1941885

1992 274.33 19.88 2062 7.22 3.3360317

1993 588.77 13.99 2110 7.25 2.6909651

1994 489.64 13 2200 7.54 4.0618308

1995 513.85 14.5 2308 8.39 2.5374574

1996 637.43 14 2383 7.64 3.7452338

1997 401.71 13.5 4650 4.69 4.5482022

1998 398.03 35.52 8025 -13.12 4.2196679

1999 676.91 11.93 7100 0.79 4.4893204

2000 416.32 14.53 9595 4.91 3.6922195

2001 392.04 17.62 10400 3.64 0.7588481

2002 424.94 12.93 8940 4.49 1.6129852

2003 679.3 8.31 8465 4.78 2.5226054

2004 1000.23 7.43 9270 5.03 3.6498273


(6)

2006 1805.52 9.75 9020 5.5 2.6728067

2007 2745.55 8 9419 6.34 2.1416131

2008 1355.41 10.83 10950 6.06 0.4383549

2009 2534.36 8.21 9400 4.54 -2.4398672

Lampiran 2. Analisis OLS

Dependent Variable: IHSG Method: Least Squares Date: 12/20/10 Time: 10:56 Sample: 1988 2009

Included observations: 22

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2913.037 1087.974 2.677487 0.0159 SBI -86.82344 32.84942 -2.643074 0.0171 KURS 0.002233 0.053266 0.041916 0.9671 EKO -78.07390 49.88582 -1.565052 0.1360 USEKO -181.2030 77.24934 -2.345691 0.0314

R-squared 0.582308 Mean dependent var 812.1345

Adjusted R-squared 0.484028 S.D. dependent var 706.0122

S.E. of regression 507.1370 Akaike info criterion 15.49216

Sum squared resid 4372195. Schwarz criterion 15.74012

Log likelihood -165.4137 F-statistic 5.924970

Durbin-Watson stat 1.104592 Prob(F-statistic) 0.003563

Lampiran 3. Uji multikolinearitas

EKO SBI KURS USEKO

EKO 1.000000 -0.594035 -0.407486 -0.210237

SBI -0.594035 1.000000 -0.253354 0.152726

KURS -0.407486 -0.253354 1.000000 -0.284188


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Suku Bunga Deposito Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Pasar Modal Indonesia

0 33 116

Pengaruh uang yang beredar (m2), kurs, inflasi, dan tingkat suku bunga sbi terhadap beta saham syariah (JJI) dan indeks harga saham gabungan (IHSG)

0 5 129

Pengaruh Kurs Mata Uang Rupiah Atas Dollar As, Tingkat Suku Bunga Sbi Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2011

1 18 141

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, LAJU INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE TAHUN 2001 - 2010

0 10 206

PENGARUH INFLASI, KURS RP/DOLLAR USA, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PENGARUH INFLASI, KURS RP/DOLLAR USA, DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Periode Tahun 1993 – 2014).

0 4 15

PENGARUH SUKU BUNGA SBI, NILAI KURS DOLLAR DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 14

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SBI, NILAI KURS DOLLAR AMERIKA DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA 2003 – 2006.

0 0 8

Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah dan Tingkat SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 0 1

Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Nilai Kurs Dollar AS, dan Harga Emas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

0 0 23

PENGARUH NILAI TINGKAT SUKU BUNGA SBI, NILAI KURS DOLLAR AS, DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BEI PERIODE 2005-2008 SKRIPSI

0 0 13