Alur Penelitian Pengembangan Website

27

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Bagian ini menjelaskan metodologi penelitian yang terdiri dari Alur Penelitian, Rancangan Pelaksanaan Evaluasi, Metode Analisis Data, serta Metode Interpretasi Data.

4.1 Alur Penelitian

Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data pendukung guna merumuskan permasalahan yang lebih rinci dan jelas. Kemudian dilanjutkan dengan studi literatur dan pengembangan website versi baru. Di akhir akan dilakukan evaluasi terkait usability dari kedua website dengan menggunakan kuesioner dan usability testing. Sebelum disebarkan kepada responden, dilakukan uji keterbacaan kuesioner serta pilot study untuk usability testing. Hal ini berguna untuk mendapatkan hasil yang sesuai. Data-data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis yang sesuai. Selanjutnya data-data tersebut dirangkum dan kemudian diolah menjadi bahan rekomendasi untuk pengembangan website selanjutnya. Gambar 4.1 diperlihatkan secara detail tahapan pelaksanaan penelitian. Gambar 4.1 Alur Penelitian Universitas Indonesia Tahapan-tahapan tersebut kemudian dipetakan ke dalam sebuah timeline waktu pengerjaan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Timeline Pengerjaan Penelitian Tahap Maret April Mei Juni Studi Literatur Pengembangan Membuat kuesioner Uji Keterbacaan Menyebarkan kuesioner Usability Testing Analisis dan Hasil Penulisan Laporan

4.2 Pengembangan Website

Jenis prototype yang dipilih untuk melakukan pengembangan website versi baru merupakan jenis high-fidelity prototyping. Hal ini dikarenakan lebih mudah digunakan oleh pengguna terutama dalam melakukan evaluasi sebuah sistem diakhir proses pengembangan. Wiley and Sons Interaction Design, 2011 menjabarkan keuntungan dan kerugian dari low-fidelity prototyping dan high-fidelity prototyping pada Tabel 4.1 di bawah ini. Universitas Indonesia Tabel 4.2 Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing Jenis Prototyping Sumber: Interaction Design: Beyond Human Computer Interaction Wiley, 2011 Type Advantages Disadventages Low-fidelity prototyping  Lower development cost.  Evaluate multiple design concepts.  Useful communication device  Address screen layout issues.  Useful for identifying market requirements.  Proof-of-concept.  Limited error checking.  Poor detailed specification to code to.  Facilitator-driven.  Limited utility after requirements established.  Navigational and flow limitations. High-fidelity prototyping  Complete functionality.  Fully interactive.  User driven.  Clearly defines navigational scheme.  Use for exploration and test.  Look and feel of final product.  Serves as a living specification.  Marketing and sales tool.  More expensive to develop.  Time-consuming to create.  Inefficient for proof-of- concept designs.  Not effective for requirements gathering. Berdasarkan tabel di atas disebutkan salah satu keuntungan dari high fidelity prototyping yaitu digunakan sebagai media untuk mengekplorasi dan pengujian. Hal ini sesuai dengan kebutuhan penelitian yang melakukan pengujian sebagai perbandingan penilaian dari kedua website. Universitas Indonesia

4.3 Rancangan Pelaksanaan Evaluasi