Universitas Indonesia
2.4.3 Usability Testing
Usability testing merupakan salah cara untuk mengevaluasi suatu produk atau layanan yang diujikan kepada target pengguna yang sesuai. Usability.gov, n.d..
Menurut Liu 2008, usability testing didefinisikan sebagai sebuah tahapan penelitian dengan memberikan serangkaian task terkait antarmuka kepada pengguna asli suatu
sistem. Jumlah pengguna yang disarankan untuk melakukan usability testing cukup beragam.
Nilsen Norman 2015 berpendapat bahwa lima pengguna cukup untuk mendapatkan permasalahan desain sebuah sistem. Pengidentifikasian masalah yang dilakukan lebih
dari lima pengguna hanya akan mengulang masalah yang sama Nielsen, 2012. Sementara itu, untuk mengukur indikator dari tiap usability metrics atau indikator
dalam usability, Jeff Sauro 2015 menyarankan untuk menggunakan 20 pengguna demi mendapatkan hasil akhir yang baik.
Dalam melakukan usability testing, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Nielsen 2014 menjabarkan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
usability testing yaitu, 1.
Buatlah task serealistis mungkin 2.
Buatlah task yang mudah dikerjakan dan 3.
Hindari memberikan petunjuk dan menjelaskan langkah-langkah yang harus dikerjakan.
2.5 Prototype
Protoype diartikan sebagai salah satu model pengembangan sebuah produk atau sistem informasi yang belum sempurna dan biasanya digunakan untuk
mendemonstrasikan sebuah produk TechTarget, 2015. Prototype juga merupakan sebuah bentuk desain yang memungkinkan pihak-pihak terkait dapat berinteraksi
serta melihat kecocokan kebutuhan sistem lebih dalam Interaction Desain, 2012. Prototype dapat menjadi alat bantu ketika akan berkomunikasi dengan pihak-pihak
yang terlibat dalam pengembangan sebuah produk. Prototype terbagi ke dalam dua jenis berbeda yaitu, low-fidelity prototyping dan high-fidelity prototyping.
a. Low-Fidelity Prototyping
Universitas Indonesia
Low-fidelity prototyping merupakan bentuk awal sebuah produk yang belum final. Artinya, produk tidak dibuat menggunakan material yang sesuai dengan kebutuhan
sebenarnya, seperti menggunakan kertas atau kertas karton Interaction Design, 2012. Low-fidelity prototyping digunakan untuk mendemonstrasikan tampilan
sistem secara umum dan tidak menampilkan bagaimana fitur berjalan secara fungsional Rudd, Stern, Isensee, 1996. Jenis ini biasanya dilakukan pada tahapan
awal pengembangan sebuah produk. Tahapan ini dibutuhkan dengan melakukan pendalaman ide dan konsep desain. Beberapa jenis low-fidelity prototyping yang
dapat digunakan, antara lain: 1 Storyboarding; 2 Sketching; 3 Prototyping with index card; dan 5 Wizard of Oz.
b. High-Fidelity Prototyping
Berbeda dengan low-fidelity prototyping, high-fidelity prototyping menggunakan material sesuai dengan kebutuhan dalam proses pengembangannya. Menurut Rudd,
Stern, dan Isensee 1996, high-fidelity prototyping merupakan bentuk interaktif dan secara umum interaksi antarmuka sudah dapat berjalan sesuai dengan produk aslinya.
Jenis ini biasanya dibangun dengan menggunakan tools seperti Smalltalk dan Visual Basic Rudd, Stern, Isensee, 1996. High-fidelity prototyping biasanya digunakan
untuk mengevaluasi hal-hal yang berkaitan secara teknis dan dilakukan pada akhir proses pengembangan Rudd, Stern, Isensee, 1996.
2.6 Media Sosial