Pelajaran 8 Patriot Bangsa
1 0 9
3. Dari Narasi Menjadi Dialog
Naskah atau skenario, baik untuk film, sandiwara, sinetron maupun drama, berbentuk dialog-dialog antartokoh disertai
petunjuk-petunjuk teknis pengucapan, ekspresi maupun gerak. Hal yang harus kalian lakukan adalah cerpen yang akan diubah
menjadi naskah, kalian baca dulu berulang-ulang hingga kalian paham betul jalan ceritanya, setelah itu narasi dalam cerpen itu
diubah menjadi dialog.
Contoh pengubahan cerpen menjadi naskah drama. Cerpen
Sampai di rumah aku menyelinap agar ibu tak tahu aku pulang sekolah sore ini. Tapi, betapa terkejutnya aku melihat
mobil ayahku terparkir di depan teras rumah. Mengapa secepat ini ayah pulang? Biasanya ia pulang sehabis magrib.
Perasaanku tidak enak. Aku mencoba tenang dan terus melangkah ke kamarku. Tapi ketika aku akan membuka
pintu kamarku. Ajeng suara berat ayahku begitu menggelegar.
Aku tetap tenang. Dari mana kau
Dari rumah teman. Terdengar gemeletuk gigi ayah, tapi tak ada rasa takut sedikit
pun di hatiku. Kau....sejak kapan kau kuizinkan keluar dari rumah ini....
Apakah salah kalau aku ingin berteman, Ayah? apakah salah aku ingin melihat dunia luar? Ayah tak bisa terus-menerus
mengekangku dan melarangku untuk keluar rumah ini. Apakah harus ... plak plak
Aku tersungkur beberapa meter dari tempat ayah berdiri. Kurasakan pipiku perih Ibu dan kakakku menghampiriku
dan ingin membantuku berdiri, tetapi ayah melarang. Jangan,jangan kalian bantu anak durhaka itu Kau anak
durhaka Tidak tahu terima kasih Sekarang juga kau kemasi barang-barangmu dan pergi dari sini
Sumber : cerpen “Saat Burung Lepas Dari Sangkar”, karya Ika Farida Yulia, dalam Kupu-Kupu di Bantimurung:Antologi
Cerpen Remaja III. Yayasan Obor Indonesia. 2003.
Bahasa dan Sastra Indonesia SMPMTs Kelas IX
1 1 0
Perubahan cerpen di atas menjadi naskah drama seperti di bawah ini.
Pada sebuah rumah orang kaya, seorang gadis sedang berjalan mengendap-endap menyelinap ke dalam rumah, ada ekpresi
terkejut pada gadis itu ketika memandang ke teras rumah, gadis itu melangkah ke kamar dan tangannya memegang gagang pintu
kamar Ayah : Membentak dengan suara berat Ajeng
Ajeng : Membalikkan badan ke arah ayahnya dan mencoba
tetap tenang Ayah : Dari mana kau Dengan tetap membentak
Ajeng : Dari rumah teman Ayah : Menggemeletukkan gigi Kau, sejak kapan kau
kuizinkan keluar dari rumah ini ... Ajeng : Tenang tetapi sedikit menghiba Apakah salah kalau
aku ingin berteman, Ayah? Ayah tak bisa terus-menerus melarangku untuk keluar rumah ini. Apakah harus...
Ayah : Menempeleng pipi ajeng dengan tangan kanannya ke pipi kanan dan kiri
Ajeng : Terhuyung dan tersungkur beberapa meter dari posisi ayahnya sambil meraba pipinya mencoba untuk berdiri,
ibunya dan kakaknya berusaha untuk mendekatinya dan dicegah oleh ayahnya
Ayah : Sambil merentangkan kedua tangannya, untuk menghalangi langkah anak dan istrinya mendekati
ajeng Jangan, jangan kalian bantu anak durhaka itu Kau anak durhaka Menunjuk dan menatap tajam ke
arah ajeng Sekarang juga kemasi barang-barangmu dan pergi dari sini Telunjuknya menunjuk ke arah pintu
Dari petikan cerpen berikut ini, ubahlah menjadi sebuah naskah drama
Dengan tidak bersemangat, Nia mengunyah sarapannya. Semalam ia sudah memutuskan untuk membaca
karangannya di muka kelas. Memang berat tapi bagaimana lagi? Ia tidak ingin ada nilai merah di rapornya. Nia benar-
benar tidak dapat menyembunyikan kecemasannya.