Untuk memilih dan menggunakan alat pendidikan yang efektif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu ;
a. Kesesuaiannya dengan tujuan yang ingin dicapai b. Kesesuaiannya dengan peserta didik.
METODE PENDIDIKAN ISLAM
A. Sistem Pendidikan Islam
Sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema” yang berarti suatu keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian whole compounded of several parts. Di antara bagian-
bagian itu terdapat hubungan yang berlangsung secara teratur. Definisi sistem yang lain dikemukakan Anas Sudjana yang mengutip pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg
sebagai berikut “Suatu sistem adalah suatu kebulatankeseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk
suatu kebulatankeseluruhan yang kompleks.” Menurut Campbel menyatakan bahwa sistem itu merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang
bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. Menurut D.G. Ryans sistem adalah sejumlah elemen obyek, orang, aktivitas,
rekaman, informasi dan lain-lain yang saling berkaitan dengan proses dan struktur secara teratur dan merupakan kesatuan organisasi yang berfungsi untuk mewujudkan hasil yang
dapat diamati dapat dikenal wujudnya sedangkan tujuan yang tercapai. Menurut Sanafiah Faisal istilah sistem munuju kepada totalitas yang bertujuan dan tersusun dari rangkaian
unsur dari komponen. J.W. Getzel and E.G. Guba mengemukakan pada umumnya sistem sosial mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut : 1 Terdiri dari unsur-unsur yang berkaitan anatara satu sama lainnya.
2 Berorientasi pada tujuan goal oriented yang telah ditetapkan. 3 Didalamnya terdapat peraturan – peraturan tata tertib berbagai kegiatan
sebagainya. Pengertian lainnya yang umum difahami di kalangan awam adalah bahwa sistem itu
merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu yang dalam penggunaannya bergantung pada berbagai faktor yang erat hubungannya dengan usaha pencapaian tujuan
tersebut.
Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa sistem merupakan hal penting yang harus dibangun untuk menjalankan menggerakan maksud dari sebuah cita-cita atau
sebuah pekerjaan yang akan kita lakukan.
B. Metode Pendidikan Islam
Sebelum lebih jauh kita membahas mengenai pengertian metode pendidikan Islam, maka kita harus mengetahui pengertian dari setiap kata tersebut. Maka dengan ini penulis
menguraikan menjadi dua kata, yaitu kata metode dan kata pendidikan Islam. Kata metode berasal dari bahasa Greek Yunani yang terdiri dari kata meta yang
berarti melalui, dan kata hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui. Sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Noor Syam, secara teknis menerangkan
bahwa metode adalah : 1.
Suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan. 2.
Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.
3. Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.
Istilah metode seringkali disamakan denagan istilah pendekatan, strategi, dan teknik sehingga dalam penggunaanya juga sering saling bergantian yang pada intinya adalah
suatu cara untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan atau cara yang cepat dan tepat untuk meraih tujuan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
11
Selain itu ada pula yang menyebutkan Metode merupakan suatu alat dalam pelaksanaan pendidikan, yakni yang digunakan dalam penyampaian materi tersebut.
Materi pelajaran yang mudah pun kadang-kadang sulit berkembang dan sulit diterima oleh peserta didik, karena cara atau metode yang digunakannya kurang tepat. Namun,
sebaliknya suatu pelajaran yang sulit akan mudah diterima oleh peserta didik, karena penyampaian dan metode yang digunakan mudah dipahami, tepat dan menarik.
Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam metode mengajar yang dalam penggunaannya harus disesuaikan dengan berbagai hal, seperti situasi dan kondisi kegiatan
belajar mengajar yang sedang berlangsung, fasilitas yang tersedia, dan sebagainya harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
11 . Dr. Muh Rofiq, M.Ag, Ilmu pendidikan Islam, halm. 90
Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan yang didasarkan atas asumsi tertentu tetang hakikat islam
sebagai suprasistem.
12
Adapun menurut Abudin Nata, 1997:91, metode Pendidikan Agama Islam adalah sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat
dalam pribadi obyek sasaran, yaitu pribadi muslim. Atau dengan kata lain metode Pendidikan Agama Islam adalah sebagai cara untuk memahami, menggali, dan
mengembangkan ajaran Islam, sehingga berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Namun dalam pelaksanaannya, faktor gurulah yang sangat menentukan keberhasilan
dalam proses belajar mengajar. Jadi bukan hanya terletak pada bentuk metode mengajar maupun pada fasilitas yang tersedia. Dengan demikian, keterampilan guru dalam
penggunaan metode mengajar merupakan jaminan tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan secara efektif dan efisien.
Proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan sangat signifikan untuk mencapai tujuan bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau
materi pelajaran kepada siswa dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi sendiri. Suatu realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi siswa walaupun
sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka
materi itu sendiri kurang dapat dicerna siswa. Oleh karena itu, penerapan metode yang sangat tepat akan mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Metode yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efisien. Manfaat Metode pendidikan islam bagi para guru:
1. Membahas tentang berbagai prinsip dan teknik-teknik serta pendekatan pengajaran
yang digunakan, maka dengan mempelajari metodologi pendidikan islam seorang guru dapat memilih metode mana yang layak untuk dipakai dalam proses belajar
mengajar. 2.
Dapat mengetahui dan mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan metode- metode pendidikan islam tersebut, sehingga dapat menyesuaikan metode mana yang
tepat untuk peserta didik agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara optimal dan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
3. Engan banyaknya meteri dan terbatasnya waktu untuk mencapaiikan meteri,maka
seorang pendidik yang mengenal dan mengetahui metode pendidikan islam dapat
12 . Dr. Muh Rofiq, M.Ag, Ilmu pendidikan Islam, halm. 91
merancang dan mendesain pengajaran, serta tujuan pengajaran dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.
4. Dengan mengetahui metode pendidikan islam, maka seorang guru dapat
memberikan kontribusi pengetahuan kepada peserta didik sebagai calon guru atau pendidik.
13
Metode pendidikan Islam merupakan unsur dari sistem pendidikan Islam, keberadaannya penting dan memang harus diperhatikan oleh setiap orang yang terlibat
dalam kegiatan pendidikan, baik itu guru maupun murid sebagai peserta didik. Secara sederhana kata metode dipahami sebagai suatu cara yang dapat ditempuh untuk mencapai
tujuan. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa metode pendidikan Islam adalah segala cara dan usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan Islam,
dengan melalui berbagai aktivitas yang melibatkan guru sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik. Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam, metode pembelajaran
yang diterapkan telah mengalami berbagai perubahan dan pengembangan. Di antara perkembangan yang terjadi pada metode pendidikan Islam,adalah yang terjadi diterapkan
pada masa Islam klasik. Ahli sejarah mencatat, setidaknya ada beberapa bentuk metode pendidikan yang diterapkan yaitu : halaqah, hafalan, munazarah, ,mudzakarah, Imla’ dan
rihlah ilmiah. 1.
Halaqah Bentuk yang paling sederhana pendidikan muslim pada masa awal adalah
duduk melingkar. Ini merupakan pengalaman pendidikan yang khas dalam Islam dikenal dengan nama Halaqah, yang arti harfiahnya sebuah perkumpulan yang
melingkar pengkajian yang dilakukan dengan duduk melingkar. Dinamakan demikian, karena guru duduk di tengah-tengah sebuah mimbar atau bantal yang
membelakangi tembok atau tiang, dan para pelajar duduk dengan membentuk setengah lingkaran di depan guru. Lingkaran tersebut dibentuk menurut tingkatnya,
semakin tinggi tingkat seseorang pelajar,atau pelajar pengunjung, maka ia duduk paling dekat dengan gurunya. Dalam kegiatan berbentuk halaqah, murid yang lebih
tinggi, pengetahuannya duduk dekat dengan Syeikh, sedangkan murid yang level pengetahuannya lebih rendah duduk sedikit lebih jauh dan mereka berusaha dengan
keras untuk dapat mengubah posisi lebih dekat dengan Syeikhnya. Kegiatan
13. Sholeha dan Rada. Ilmu Pendidikan Islam. Hlm.110
perkuliahan di Halaqah, secara singkat berlangsung dalam rangkaian kegiatan berikut :Syeikh membuka perkuliahan dengan membaca basmallah, mengucap
shalawat dan salam bagi Rasulullah. Disertai dengan memberikan dorongan kepada murid supaya menuntut ilmu, bersifat rendah hati dalam menuntut ilmu, dan
berusaha menjalani hidup yang baik serta berbudi luhur. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan penjelasan tentang materi pelajaran sambil menghubungkannya
dengan topik yang telah dibahas sebelumnya. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Syeikh biasanya mendiktekan bahan pelajaran al-Qur’an dan Hadits
kepada para murid, kemudian menjelaskannya serta menafsirkannya terutama pada bagian-bagian yang dipandang sukar dari hadits dan al-Qur’an. Sementara Syeikh
memberikan penjelasan, para murid aktif menulis semua keterangan yang diberikan oleh Syeikh. Sebelum mengakhiri pembelajaran, Syeikh biasanya mengulang
kembali apa yang telah dibacakan dan dijelaskan serta disesuaikan dengan catatan para murid dengan cara menyuruh seorang murid untuk membaca catatannya.
Kemudian mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a. Kurikulum lingkaran studihalaqah sesuai dengan pengetahuan dan minat seorang Syekh, tergantung
pada pengalamannya, dan biasa juga pada ijazah pengakuan dalam bidang keahliannya. Masa keterkaitan seorang murid dengan sebuah lingkaran studi
halaqah tergantung kepada ketekunan dan target-targetnya sendiri. Ketika sudah tidak mencapai titik maksimal dalam belajar pada seorang guru, murid tersebut dapat
beralih kepada guru lain. Sehingga seorang murid bisa saja menghabiskan masa hidupnya dalam perjalanan, beralih dari seoran guru Syekh ke guruSyekh lain
yang terkenal. 2.
Hafalan Pada masa Islam klasik hafalan memiliki peranan penting dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini selain dikarenakan daya hafal bangsa Arab yang kuat, juga dikarenakan memang hanya hafalanlah yang efektif digunakan pada masa itu.
Ditambah lagi pada masa itu media simpan ilmu pengetahuan belum memadai jumlah dan penyediaannya. Kondisi ini mempengaruhi metode pembelajaran yang
diterapkan dalam kegiatan pendidikan Islam pada masa itu. Dalam catatan sejarah ditemukan bahwa anak-anak mulai belajar dengan menghafal bebeapa surat dari al-
Qur’an dan kewajiban agama seperti sembahyang dan puasa.
Hafalan merupakan cara yang harus ditempuh seseorang untuk dapat menguasai secara utuh berbagai tradisi yang diriwayatkan dari orang Arab terdahulu melintasi
abad demi abad, termasuk dua naskah suci Islam al-Qur’an dan Sunnah, dan ilmu- ilmu keagamaan lainnya. Diya al-Din Ibn –‘Athir mengemukakan pentingnya
penghafalan dalam ingatan agar dapat menemukan kembali unsur-unsur yang penting pada waktu dibutuhkan. Pengingatan kembali hanya mungkin terjadi dengan
melakukan pengulangan- pengulangan dan praktek-praktek tertentu untuk memastikan bahwa materi-materi yang sudah dihafalkan tetap lekat dalam ingatan
dan dapat berfungsi pada waktu yang dibutuhkan. Menghafal sangat penting dalam hal pembelajaran, seseorang dapat menghafal
apabila ada pemahaman terhadap konteks yang dihafal. Untuk memudahkan cara menghafal, al-Khatib menganjurkan agar murid selalu duduk pada posisi yang dapat
mendengar secara jelas terhadap apa yang diucapkan guru. Selain itu suasana haruslah tenang dan mendengarkan dengan seksama apa yang diucapkan guru.
Pentingnya metode hafalan ini juga dirasakan para ilmuan sebagaimana komentar yang mereka utarakan berikut ini :
1. Qatada as-Sadusi mengatakan ia tidak pernah mendengar sesuatu tanpa menghafalnya.
2. Al-Hasan Ibn Zin Nun al-Shaghri mengatakan jika kamu tidak mengulangi sesuatu lima puluh kali, ia tidak akan tersimpan dalam ingatan.
3. Al-Ghazali merasakan betapa pentingnya menghafal ketika ia mengalami buku- bukunya dirampas perampok dalam perjalanan. Ia mengatakan ambillah semua
hartaku, tapi jangan ambil buku-buku itu. Kejadian ini membuat beliau menghabiskan waktunya selama tiga tahun untuk menghafal. Melalui hafalannya
itu ia tidak takut lagi untuk bepergian. 4. Ibn al-‘Allaf mengatakan bahwa kertas buku adalah tempat yang tidak baik
untuk menyimpan ilmu pengetahuan. Memang diakui betapa berharganya ilmu pengetahuan, tapi disisi lain dikatakan bahwa hapalan labih penting lagi.
5. Abu Bakar Ibn al-Anbari mengatakan bahwa ia tidak pernah mengerti dari buku tapi selalu dari hafalan.
6. Ibn at-Tabban adalah seorang yang buta huruf namun ia melakukan dakwahnya melalui hafalan.
7. Ibn al-Munna pada usia 40 tahun cidera buta namun lancar pendengarannya sehingga ia mengajar dari apa yang diperolehnya lewat hafalan.
3. Mudzakarah
Dalam kajian ilmu-ilmu humaniora, istilah mudzakarah paling sering dalam arti diskusi ilmiah. Dalam suatu mudzakarah beberapa orang terlibat dalam suatu
percakapan tentang suatu tema atau pelajaran tertentu ; mereka saling bertukar pendapat dan pengetahuan, agar setiap cendikia yang terlibat memperoleh manfaat,
begitu pula orang yang hadir untuk mendengarkan saja.Istilah mudzakarah tidak hanya digunakan dalam satu aspek saja, tetapi juga sering digunakan sebagai
petunjuk percakapan yang dapat memberikan pertukaran ilmu pegetahuan seperti seminar.Mudzakarah juga digunakan sebagai metode mempelajari dan mengahafal
materi studi sastra khususnya ilmu qawa’id an-nahwu. 4.
Munazharah Munazharah merupakan suatu metode pendidikan Islam pada masa klasik,
yaitu dengan cara berdiskusi. Makdisi menjelaskan bahwa munazharah merupakan suatu cara untuk menambah ilmu pengetahuan dengan cara mengundang orang lain
dan memperdebatkan masing-masing pendapat yang disertai dengan argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam munazharah, kepasihan lidah berbicara dan
memiliki ilmu yang luas sangat dihandalkan. Perdebatanmunazharah juga merupakan alat untuk mencapai kemajuan ilmu pengetahuan. Beberapa contoh ulama
yang dicatat sebagai ahli munazarah.Imam Syafi’i, yang terkenal sebagai seorang yang suka melakukan munazarah untuk mencari kebenaran tentang satu soal tertentu.
Ada fungsi dari munazarah ini yang sangat mendasar yaitu mengenai pemanfaatan orang yang memiliki keilmuan yang tinggi yang bisa dijadikan rujukan khususnya
bidang keilmuan mulai dari zaman klasik sampai modern.
5. Metode Dikte Imla’
Metode ini dilaksanakan oleh guru dengan cara memberikan pelajaran dari hafalan, atau dari catatan yang telah ditulisnya lebih dahulu untuk dibacakan kepada
para murid. Pendiktean dilakukan dengan lambat, yaitu satu-satu alinea atau satu- satu hadits, disertai dengan menyebutkan sanadnya, dan para murid menuliskan apa
yang di diktekan guru mereka. Setelah guru selesai mendiktekan materi pelajaran dan memberikan penjelasan atau penafsiran terhadap materi tersebut serta murid
telah selesai mencatatnya dengan baik. Guru seringkali membacakan apa-apa yang telah didiktekannya. Atau disuruhnya salah seorang murid untuk membacakannya,
lalu diberikan pembetulan-pembetulan jika terdapat kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan pada penulisan para murid.
6. Rihlah Ilmiyah
Rihlah Ilmiyah digunakan untuk setiap perjalanan guna menuntut ilmu, mencari tempat belajar yang baik, mencari guru yang lebih bisa memimpin pelajaran
dengan baik pula, atau juga perjalanan seseorang ilmuan ke berbagai tempat, apakah dia secara formal melakukan aktivitas akademis atau sebaliknya. Dengan demikian
rihlah‘ilmiyah bisa saja mencakup sebuah perjalanan yang memang direncanakan untuk tujuan ilmiah belajar, mengajar, diskusi, mencari kitab dan lain sebagainya,
atau sekedar perjalanan biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang terlihat dalam kegiatan keilmuan.Selanjutnya Hasan Asari juga menjelaskan tentang praktek Rihlah
Ilmiyah dapat juga ditemukan dalam nas-nas dasar-dasar dasar agama Islam, baik dalam al-Qur’an maupun hadits. Abu Hamid al-Ghazali, misalnya, menganjurkan
rihlah ilmiyah dan bahkan memandangnya sebagai pendukung penting yang dapat membantu keberhasilan seseorang dalam kegiatan menuntut ilmu pengetahuan.
Begitu pula dengan Ibn Khaldun, dia melihat manfaat yang sangat besar dari praktek ini. Al-Khatib al-Baghdadi juga memandang rihlah ilmiyah memiliki relevansi yang
sangat tinggi,khususnya dalam bidang hadis, sehingga ia menulis sebuah buku khusus membahas tema tersebut. Ibn ‘Abd al-Barr juga menyisipkan sebuah
pembahasan mengenai praktek rihlah ilmiyah. Perkembangan rihlah ilmiyah ini juga ternyata tidak diketahui secara jelas kapan dimulainya, namun sejarah menunjukkan
bahwasanya pada masa Rasulullah juga sudah ada karena beliau pernah mengutus
sahabat Muaz Ibn Jabal ke negeri Yaman dengan tujuan sebagai guru. Rihlah Ilmiyah ini juga memiliki fungsi dalam peradaban intelektual Islam klasik.
C. Metode Pendidikan Islam Pada Masa Rosulullah