pengetahuan   dan   teknologi.   Pesantren   yang   dulunya   tradisional,   dalam   pola pembelajaran   dan   muatan   materi   serta   kurikulumnya,   kini   telah   mengalami
perkembangan dengan mengadaptasi beberapa teori-teori pendidikan yang dirasa bisa   diterapkan   di   lingkungan   pesantren.   Alhasil,   kini   semakin   banyak
bermunculan   pesantren   modern,   yang   dalam   pola   pembelajarannya   tidak   lagi konvensional,   tapi   lebih   modern   dengan   berbagai   sentuhan   manajemen
pendidikan   yang   dinamis.   Mayoritas   pesantren   dewasa   ini   juga   memberikan materi  dan  muatan  pendidikan  umum. Tidak  sedikit  pesantren  yang  sekaligus
memiliki   lembaga   sekolah   dan   manajemennya   mengacu   pada   Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sedangkan dinamika sistem pendidikan madrasah dapat dicatat dari beberapa perubahan, seperti dimasukkannya mata pelajaran umum dalam kurikulumnya,
meningkatkan kualitas guru dengan memperhatikan syarat kelayakan mengajar, membenahi manajemen pendidikannya melalui akreditasi yang diselenggarakan
pemerintah, mengikuti ujian negara menurut jenjangnya. Tak pelak, bahwa dinamika pendidikan Islam, di samping kemadrasahan, juga
muncul persekolahan yang lebih banyak mengadopsi model sekolah barat. Dan, kemunculannya itu antara lain dipicu oleh kebutuhan masyarakat muslim yang
berminat mendapatkan pendidikan yang memudahkan memasuki lapangan kerja dalam   lembaga   pemerintahan   maupun   lembaga   swasta   yang   mensyaratkan
memiliki keterampilan tertentu, seperti teknik, perawat kesehatan, administrasi dan perbankan.
Pada perguruan tinggi Islam pun sejatinya juga mengalami berbagai perubahan dan perkembangan. Dinamika dalam pendidikan tinggi Islam ini salah satunya
dapat diraba dari perubahan status dari Sekolah Tinggi, menjadi Institut, hingga kini   menjadi   Universitas.   Dengan   demikian,   materi   dan   bahan   ajar   yang
ditawarkan di perguruan tinggi Islam yang kini mayoritas menjadi Universitas, tidak hanya disiplin ilmu agama Islam saja, melainkan juga berbagai disiplin ilmu
umum.
A. Pengertian Sistem Pendidikan Islam
Pendidikan   Islam   menurut   Zarkowi   Soejoeto   sebagaimana   yang   dituturkan oleh M.Ali Hasan dan Mukti Ali, terbagi dalam tiga pengertian Pertama.  “Pendidikan
Islam” adalah jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat   dan   semangat   cita-cita   untuk   mengejawantahkan   nilai-nilai   Islam,   baik   yang
tercermin   dalam   nama   lembaganya,   maupun   dalam   kegiatan-kegiatan   yang diselenggarakan.   Di   sini   kata   Islam   ditempatkan   sebagai   sumber   nilai   yang   akan
diwujudkan   dalam   seluruh   kegiatan   pendidikan.   Kedua,   jenis   pendidikan   yang memberikan perhatian sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan untuk
program studi yang diselenggarakan. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai bidang studi, sebagai ilmu, dan diperlakukan sebagai ilmu yang lain. Ketiga, jenis pendidikan
mencakup dua pengertian di atas. Ciri khas pendidikan Islam  itu ada dua macam :
1. Tujuannya : Membentuk individu menjadi bercorak diri tertinggi menurut ukuran Allah.
2. Isi   pendidikannya   :   ajaran  Allah   yang   tercantum   dengan   lengkap   di   dalam  Al Qur’an   yang   pelaksanaannya   dalam   praktek   hidup   sehari-hari   dicontohkan   oleh
Muhammad Rasulullah SAW. Setidaknya ada tiga unsur utama yang harus terdapat dalam proses pendidikan,
yaitu   pendidik,   peserta   didik   dan   ilmu   atau   pesan   yang   disampaikan.   Selain   unsur utama tersebut, juga ada unsur lain sebagai pendukung atau penunjang dalam proses
pendidikan agar mencapai tujuan yang diharapkan. Berikut tentang ayat-ayat yang berkenaan dengan unsur utama dan penunjang
dalam proses pendidikan.
Q.S at-Taubat: 128 
                       
 
Artinya: “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan
keselamatan bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. Q.S. at-Taubat: 128
Pendidik adalah orang yang secara sengaja mengasuh individu atau beberapa individu lainnya, agar mereka dapat tumbuh dan berhasil dalam menjalani kehidupan.
Maka dalam ayat ini menggambarkan bahwa RasulNabi adalah sosok pendidik agung bagi  umat  manusia,  yang  diberi  sifat-sifat  yang   mulia   yang  dalam  kehidupan  serta
pergaulan   sehari-hari   benar-benar   merupakan   pribadi   anutan   yang   harus   diteladani. Sifat-sifat   beliau   seperti   turut   merasakan   apa   yang   dirasakan   oleh   si   terdidik   atau
empati, identifikasi merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki pendidik. Teori-teori   pendidikan   Islam   yang   berkembang   di   Indonesia   secara   umum
mendefenisikan   pendidikan   Islam   dalam   dua   tataran   :   idealis   dan   pragmatis.   Pada tataran   idealis,   pendidikan   Islam   diandaikan   sebagai   suatu   sistem   yang   independen
eksklusif   dengan   sejumlah   kriterianya   yang   serba   Islam.   Definisi   ini   secara   kuat dipengaruhi oleh literatur Arab yang masuk ke Indonesia baik dalam bentuk teks asli,
terjemahan, maupun sadurannya. Sedangkan pada tataran pragmatis, pendidikan Islam ditempatkan sebagai identitas ciri khusus yang tetap berada dalam konteks pendidikan
nasional. Penulis-penulis   Indonesia   kontemporer   berusaha   menjelaskan   definisi
pendidikan   Islam   dengan   melihat   tiga   kemungkinan   hubungan   antara   konsep pendidikan dengan konsep Islam. Dilihat dari sudut pandang kita tentang Islam yang
bereda-beda, istilah pendidikan Islam tersebut dapat dipahami sebagai : 1. Pendidikan menurut Islam,
2. Pendidikan dalam Islam, 3. Pendidikan agama Islam
Dalam hubungan yang pertama, pendidikan Islam bersifat normatif, sedang dalam hubungan yang kedua, pendidikan Islam lebih bersifat sosio-historis. Adapun
dalam hubungan yang ketiga, pendidikan Islam lebih bersifat proses-operasional dalam usaha pendidikan ajaran-ajaran agama Islam. Dalam kerangka akademik, pengertian
yang pertama merupakan lahan filsafat pendidikan Islam, dan pengertian yang ketiga merupakan kawasan ilmu pendidikan Islam teoritis.
Undang-Undang Nomor 54 tahun 1950 sebagai Undang-Undang pertama yang mengatur pendidikan nasional tidak memberikan tempat bagi pendidikan keagamaan.
Pun terhadap pendidikan agama yang saat itu diistilahkan dengan pengajaran agama Undang-Undang   ini   cenderung   bersikap   liberal   dengan   menyerahkan   keikutsertaan
siswa dalam pengajaran kepada keinginan dan persetujuan orang tua. Namun demikian, Undang-Undang   ini   mengamanatkan   tersusunnya   undang-undang   tersendiri   yang
mengatur   pendidikan   agama   ini.   Secara   sederhana   sikap   pemerintah   saat   itu   dapat disimpulkan   sebagai   tidak   memihak   dan   tidak   menunjukkan   concern   yang   tinggi
terhadap pendidikan agama. Sejak   saat   itu,   isu   pendidikan   agama   ramai   dibicarakan   dan   diperdebatkan.
Akumulasi perdebatan ini memberikan pengaruh terhadap Undang-Undang Nomor 2 tahun   1989   sebagai   Undang-Undang   Sistem   Pendidikan   Nasional   “jilid   dua”   yang
disahkan pada tanggal 27 Maret 1989. Dalam Undang-Undang yang muncul 39 tahun kemudian  dari  Undang-Undang pertama  ini, pendidikan  keagamaan dan pendidikan
agama   mulai   mendapat   tempat   yang   cukup   signifikan   di   bandingkan   dengan sebelumnya. Pendidikan keagamaan diakui sebagai salah satu jalur pendidikan sekolah.
Pendidikan agama menjadi mata pelajaran wajib dalam setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan.
B. Perkembangan Pendidikan Islam