Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4 masyarakat atau perorangan. Indikasi adanya proxy war di antaranya adalah
gerakan separatis, demonstrasi massa dan bentrok antar kelompok dan juga dapat dilihat melalui berbagai bentuk pemberitaan media yang provokatif, peredaran
narkoba, penyebaran pornografi serta seks bebas. Perang proxy atau proxy war merupakan ancaman yang sangat besar bagi bangsa dan negara Indonesia.
Pada masa yang akan datang, peningkatan konsumsi energi dunia 41 persen dari kebutuhan hari ini, dimana energi fosil diperkirakan akan habis pada tahun
2048 dan digantikan dengan bio energi.
3
Sasaran konflik akan mengarah pada lokasi sumber pangan yang sekaligus merupakan sumber energi. Indonesia
sebagai salah satu negara ekuator yang memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun akan menjadi arena persaingan kepentingan nasional berbagai negara. Warga
negara sebagai tulang punggung bangsa harus menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa tersebut untuk kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga
keselamatan bangsa dan negara. Intinya yang terbaik adalah Back to basic, mengerti bahwa cinta dan peduli akan kepentingan negara harus menjadi
kepentingan tertinggi di atas kepentingan lainnya. Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan hukum dasar telah mengatur hak dan kewajiban sebagai warga negara khusus membela negara yang
dimuat dalam dalam Pasal 27 ayat 3, serta Pasal 30 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3
British Petroleum, 2013, BP Statistical Review of World Energy June 2013, Pureprint Group Ltd,UK.
5 Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 berbunyi setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 berbunyi tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat 2 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berbunyi usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Dalam kedua ayat tersebut di atas, ada perbedaan penyebutan antara warga Negara pada ayat 1 dengan rakyat pada ayat 2. Pada ayat 1 penyebutan warga
negara merujuk pada kedudukan warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban. Sedangkan pada ayat 2 penyebutan rakyat lebih merujuk pada
sistem, yang mana rakyat menjadi salah satu komponen dalam sistem pertahanan dan keamanan. Penyebutan rakyat dalam ayat 2 telah menyakup warga negara
dan penduduk yang tinggal di Negara Indonesia. Sebagaimana Pasal 30 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 di atas, warga negara sebagai rakyat mempunyai peranan yang penting dalam sistem pertahanan dan keamanan. Sistem yang dianut
Indonesia adalah Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta Sishankamrata. Sesuai Pasal 30 ayat 5 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 berbunyi : Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
6 Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya,
syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan
keamanan diatur dengan undang-undang. Berdasar ketentuan Pasal 30 ayat 5 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Presiden mengajukan Rancangan Undang- Undang tentang Pertahanan Negara kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Rancangan Undang-Undang tentang Pertahanan Negara dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama. Dan
kemudian Rancangan Undang-Undang tentang Pertahanan Negara yang telah dibahas dan mendapatkan persetujuan bersama ditetapkan oleh Presiden menjadi
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, Pasal 1 angka
2 berbunyi : sistem pertahanan adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang
melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional bangsa lainnya serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
mengklasifikasikan komponen sistem pertahanan dan keamanan negara yaitu komponen utama, komponen cadangan dan komponen pendukung. Dalam hal ini
komponen utama sistem pertahanan dan keamanan negara adalah Tentara Nasional Indonesia. Sedangkan rakyat sebagai warga negara merupakan bagian
dari komponen cadangan danatau komponen pendukung. Pada masa era orde baru, atau peran rakyat sebagai warga negara dalam upaya bela negara lebih
7 dikenal dengan istilah rakyat terlatih dengan dasar hukum Undang-Undang
Nomor 56 Tahun 1999 tentang rakyat terlatih. Pengaturan lebih lanjut setiap komponen sistem pertahanan dan keamanan
Negara diatur oleh undang-undang tersendiri. Komponen utama diatur melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Sedangkan komponen cadangan dan komponen pendukung ada
undang-undang yang mengatur secara khusus. Walau ada Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih yang merupakan undang-undang yang
mengatur keterlibatan rakyat dalam pertahanan dan keamanan negara. Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih tidak dapat
dikatakan sebagai landasan hukum komponen cadangan danatau komponen pendukung karena Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1999 tentang Rakyat
Terlatih disusun berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum amandemen dan merupakan penjabaran atas
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia yang telah dicabut. Dengan
kata lain Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih sudah tidak dapat diberlakukan lagi karena tidak memiliki landasan yuridis.
Dengan penjabaran seperti diatas maka ada kekosongan norma yang mengatur peran rakyat dalam sistem pertahanan dan keamanan negara. Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, tidak mengatur unsur- unsur rakyat terlatih digolongkan sebagai komponen cadangan danatau
8 komponen pendukung. Dengan tidak diaturnya unsur-unsur rakyat terlatih dalam
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara maka perlu adanya pengkajian unsur-unsur rakyat terlatih dalam sistem pertahanan dan
keamanan negara. Tidak semua warga negara bisa dikatakan sebagai rakyat terlatih dalam
komponen cadangan danatau komponen pendukung. Dengan begitu perlu juga di kaji unsur-unsur rakyat terlatih yang diklasifikasikan menjadi komponen
cadangan atau komponen pendukung. Untuk mendapatkan gambaran tentang masalah tersebut di atas, menarik untuk diteliti dan diangkat dalam bentuk skripsi
dengan judul
“UNSUR RAKYAT TERLATIH DALAM SISTEM PERTAHANAN DAN KEAMANAN RAKYAT SEMESTA DITINJAU
DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA
”.