Batasan Korupsi dan Penyebab Timbulnya Korupsi Menurut Doktrin

82

2.2.2 Batasan Korupsi dan Penyebab Timbulnya Korupsi Menurut Doktrin

Beberapa pendapat dari para ahli memberikan batasan pengertian tentang korupsi, seperti Firman Wijaya : “Secara etimologi korupsi merupakan istilah dari bahasa latin, yakni corruptio atau corruptos yang bila diterjemahkan secara harfiah adalah pembusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang memfitnah. Meskipun kata corruptio memiliki arti luas, namun sering diartikan sebagai penyuapan, istilah korupsi disimpulkan dalam bahasa Indonesia oleh Purwadarminta dalam karnus umum bahasa Indonesia, korupsi adalah perbuatan buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok. 95 Menurut Andi Hamzah arti kata korupsi adalah kebusuk an, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata yang menghina atau memfitnah. 96 Kata korupsi berasal dari bahasa latin Corruptio yang kemudian muncul dalam bahasa Inggris dan Prancis Corruption, serta dalam bahasa belanda Korruptie. 97 Dalam pemahaman masyarakat umum, kata korupsi menurut Leden Marpaung adalah perbuatan memiliki keuangan negara secara tidak sah haram. 98 Blacks Law Dictionary mendefinisikan korupsi sebagai berikut yaitu : 95 Firman Wijaya, 2008, Peradilan Korupsi Teori dan Praktik, Maharani Press, Jakarta, hlm. 7 96 Andi Hamzah, 1991, Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya , Jilid 1, Get. 3, Gramedia, Jakarta, hlm. 9. 97 Andi Hamzah, 1985, Delik-Delik Tersebar di Luar KUHP. Jilid II, Pradnya Paramitha, Jakarta, hlm. 43. 98 Leden Marpaung, 1992, Tindak Pidana Korupsi : Masalah dan Pemecahannya, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 149. 83 Corruption is an act done with an intent to give advantages inconsistent with official duty and the rights of others. The act of an official or fiduciary person who unlawfully and wrongfully uses his station or character to procure some benefit for himself or for another person contrary to duty and the rights oj others 99 . Dalam terjemahan bebasnya Korupsi merupakan tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan keuntungan konsisten dengan tugas resmi dan hak orang lain. Tindakan resmi atau fidusia yang melawan hukum dan keliru menggunakan jabatannya untuk mendapatkan beberapa manfaat bagi dirinya sendiri atau untuk orang lain yang bertentangan dengan tugas dan hak orang lain Secara sosiologis menurut Syed Hussein Alatas, ada tiga tipe fenomena yang tercakup dalam istilah korupsi, yakni p emerasan, dan nepotisme. Lebih lanjut Syed Hussein Alatas dalam monografnya yang berjudul: The Sociology of Corruption : the nature, function, causes, and prevention of corruption menyatakan bahwa menurut pemakaian umum, istilah korupsi yaitu apabila seorang pegawai negeri menerima pemberian yang disodorkan oleh seorang swasta dengan maksud mempengaruhinya agar memberikan perhatian istimewa pada kepentingan-kepentingan si pemberi. Terkadang perbuatan menawarkan pemberian seperti itu atau hadiah lain yang menggoda 99 Garner, Bryan. A, 2009, Blacks Law Dictionary.West Publising Co, p . 240. 84 juga tercakup dalam konsep itu dalam pelaksanaan tugas-tugas publik, juga bisa dipandang sebagai korupsi. 100 Menurut Indrayanto Seno Adji, bahwa tak dapat dipungkiri korupsi merupakan White Collar Crime dengan perbuatan yang selalu mengalami dinamisasi modus operandinya dari segala sisi sehingga dikatakan sebagai invisible crime yang penangannya memerlukan kebijakan hukum pidana, Kebijakan hukum pidana ini tentu harus memiliki karakteristik nilai-nilai keadilan yang dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, jadi pertimbangan utamanya adalah keberpihakan pada kepentingan ekonomi rakyat atau kepentingan umum. 101 Mengenai tindakan yang termasuk korupsi, Carl J. Friesrich berpendapat bahwa : pola korupsi dapat dikatakan ada apabila seorang memegang kekuasaan yang berwenang untuk melakukan hal -hal tertentu seperti seorang pejabat yang bertanggungjabwab melalui uang atau semacam hadiah lainnya yang diperbolehkan oleh undang-undang; membujuk untuk mengambil langkah yang menolong siapa saja yang menyediakan hadiah dan dengan demikian benar-benar membahayakan kepentingan umum. 102 100 Firman Wijaya, Op. Cit, hlm. 8. 101 Indriyanto Seno Adji, 2006, Korupsi Kebijakan Aparatur Negara dan Hukum Pidana, Diadit Media, Jakarta, hlm. 374 102 Martiman Prodjohamidjojo II, 2009, Penerapan Pembuktian dalam Delik Korupsi. Mandar Maju, Bandung, hlm. 9. 85 Lubis dan Scott dalam pandangannya bahwa : 103 dalam arti hukum korupsi adalah tingkah laku yang menguntungkan diri sendiri dengan merugikan orang lain, oleh pejabat pemerintah yang langsung melanggar batas-batas hukum atas tingkah laku tersebut; sedangkan menurut norma - norma pemerintahan dapat dianggap korupsi apabila ada pelanggaran hukum atau tidak, namun dalam bisnis tindakan tersebut adala h tercela. Robert Klitgaard mengartikan korupsi adalah one of the foremost problems in the developing world and it isreveiving much greater attention as we reach the last decade of the century . 104 Dalam terjemahan bebasnya : salah satu masalah utama di negara berkembang dan menerima perhatian yang jauh lebih besar seperti yang kita capai dalam dekade terakhir. Tindak Pidana korupsi sebagai salah satu jenis tindak pidana yang diatur dalam tindak pidana khusus atau ketentuan-ketentuan di luar KUHP. Menurut Pompe ada dua kriteria yang menunjukan hukum pidana khusus itu, yaitu orang-orang yang khusus, maksudnya subyek atau pelakunya yang khusus dan perbuatannya yang khusus, Disamping itu Pompe menegaskan bahwa kekhususan hukum pidana tersebut tidak hanya secara materiilnya yang menyimpang dari buku 1 KUHP tetapi juga hukum acaranya yang menyimpang dari hukum pidana umum KUHAP. 105 103 M. Lubis dan J.Q. Scott, 1997, Korupsi Politik, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hlm. 19 104 Robert Klitgaard dalam Achmad AH, 2002, Keterpurukan Hukum di Indonesia. Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 15. 105 Andi Hamzah, 1991, Perkembangan Hukum Pidana Khusus, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 1-2. 86 Tindak pidana korupsi merupakan salah satu jenis tindak pidana yang diatur dengan ketentuan hukum khus us disamping tindak pidana khusus lainnya di luar KUHP seperti tindak pidana narkotika, tindak pidana ekonomi, tindak pidana lingkungan hidup, subversi dan lain sebagainya. Tindak pidana korupsi dikenal juga sebagai tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang memiliki wewenang dalam suatu jabatan yang biasa disebut kejahatan kerah putih atau white collar crime. Djoko Prakoso menyatakan bahwa : Tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana yang digolongkan sebagai White Collar Crime ”yaitu kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat dan dilakukan sehubungan dengan tugaspekerjaannya, sehingga korupsi mempunyai perbedaan dengan kejahatan lain, karena kejahatan korupsi ini tidak dilakukan oleh orang-orang miskin atau kurang pendidikan tetapi orang yang mempunyai kedudukan sosial, ekonomi maupun politik yang tinggi. 106 Istilah kejahatan yang kerah putih seperti salah satunya korupsi, H.Sutherland yang pertama kali mengemukakan istilah White Collar Crime WCC menyatakan WCC sebagai model kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang dari kalangan upper class, yaitu orang-orang yang 106 Djoko Prakoso, 1987, Kejahatan-Kejahatan yang membahayakan dan Merugikan Negara, Bina Aksara, Jakarta, hlm. 392. 87 terhormat, terpandang, yang mempun yai kedudukan sosial maupun ekonomi yang baik dan mapan di mata masyarakat memangku suatu jabatan atau pekerjaan yang terhormat, dan juga disegani karena berpendidikan tinggi dan mempunyai penampilan yang meyakinkan . 107 Demikian juga tindak pidana korupsi dapat digolongkan kedalam kejahatan kerah putih dengan ciri-ciri : 1. Kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kedudukan atau status sosial yang tinggi; 2. Kejahatan itu dilakukan dalam hubungannya dengan pekerjaan; 3. Kejahatan itu dilakukan dengan menitikberatkan pada bentuk kejahatan tanpa kekerasan tanpa kekuatan fisik. 108 Tidak diragukan lagi tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang sangat tercela, terkutuk dan sangat dibenci oleh sebagian besar masyarakat dan Bangsa Indonesia, bahkan oleh masyarakat dan bangsa - bangsa di dunia. Berkaitan dengan hal ini Barda Nawawi Ar ief menyatakan bahwa keprihatinan dunia internasional terlihat dengan berulangkalinya masalah ini dibicarakan di forum internasional, walaupun dalam ungkapan yang bermacam-macam, antara lain dimasukan sebagai salah satu bentuk dari crime as bussines, economic crime, official crime atau sebagai salah satu dari abuse of power. 109 Makna korupsi berkembang dari waktu ke waktu, sebagai pencerminan kehidupan masyarakat dari sisi negatif sehingga pengertian 107 Abd. Wahid, 1993, Modus-Modus Kejahatan Modern, Tarsito, Bandung, hlm. 35. 108 Purwati, SH, Sekali Lagi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Seminar Peningkatan Citra Hukum Indonesia, Fak. UNUD 5-7 Februari 2005, hlm. 3. 109 Harum Pudjianto, 1994, Politik Hukum Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Univ. Atma Jaya, Yogyakarta, hlm. 5. 88 korupsi dapat ditinjau dari beberapa aspek. Martiman Prodjohamidjojo dalam bukunya Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi menyebutkan beberapa pengertian korupsi diantaranya : 1. Rumusan korupsi dari sisi pasar. Menurut Jacob van Klaveren mengatakan seorang pengabdi negara pegawai negeri yang berjiwa korup menggarap kantor atau instansinya sebagai perusahaan dagang, dimana pendapatannya akan diusahakan semaksimal mungkin, 2. Rumusan yang menekankan titik berat jabatan pemerintahan Menurut Bayley, dinyatakan bahwa : korupsi dikaitkan dengan perbuatan penyuapan yang dikaitkan dengan penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan akibat adanya pertimbangan mereka yang memegang jabatan bagi kepentingan pribadi. Menurut M. Me MuJlan, korupsi dikaitkan dengan penerimaan uang oleh pejabat yang dirasakan sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu yang bisa ia lakukan dalam tugas jabatannya secara sah untuk alasan yang tidak benar dan dapat merugikan kepentingan unrmm dan kekuasaan. 110 Kejahatan yang berkembang secara kualitatif merupakan perkembangan alamiah yang tidak dapat dicegah ataupun diantisipasi secara akurat oleh pikiran manusia, karena hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari perkembangan kecerdasan umat manusia itu sendiri. Hal itu terlihat dari kejahatan yang menonjol pada abad 20 tidak didominasi oleh mereka yang memiliki pendidikan rendah melainkan didominasi mereka yang memiliki kemampuan dan tingkat kecerdasan yang cukup tinggi, termasuk juga dalam status sosial ekonominya. Jenis kejahatan ini disebut kejahatan kerah putih, menurut Romli Atmasasmita di Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu : 110 Martiman Prodjohamidjojo, 2001, Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi UU No 31 Tahun 1999, Mandar Maju, Bandung, hlm. 9. 89 a. Kejahatan kerah putih dalam bidang perdagangan, industri dan keuangan. b. Kejahatan kerah putih dibidang penyalahgunaan wewenang dan birokrasi berkerjasama dengan usahawan. 111 Menurut Andi Hamzah, tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia disebabkan karena faktor-faktor, yaitu : 1. Kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibandingkan dengan kebutuhan yang makin hari makin meningkat. Faktor ini adalah faktor yang paling menonjol, dalam arti merata dan meluasnya korupsi di Indonesia; 2. Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia. Dari sejarah berlakunya KUHP di Indonesia, menyalahgunakan kekuasaan oleh pejabat untuk menguntungkan diri sendiri memang telah diperhitungkan secara khusus oleh Pemerintah Belanda sewaktu disusun WvS untuk Indonesia. Hal ini nyata dengan disisipkan Pasal 423 dan Pasal 425 KUHP Indonesia; 3. Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan kurang efisien sering dipandang pula sebagai penyebab korupsi, khususnya dalam arti bahwa hal yang demikian itu akan memberi peluang untuk melakukan korupsi, Sering dikatakan, makin besar anggaran pembangunan semakin besar pula kemungkinan terjadinya kebocoran-kebocoran; 4. Modernisasi mengembangbiakkan korupsi karena membawa perubahan nilai yang dasar dalam masyarakat, membuka sumber-sumber kekayaan dan kekuasaan , membawa perubahan- perubahan yang diakibatkannya dalam bidang kegiatan politik, memperbesar kekuasaan pemerintah dan melipatgandakan kegiatan-kegiatan yang diatur oleh Peraturan pemerintah. 112 Sementara Selo Soemardjan menyatakan bahwa korupsi yang senafas dengan kolusi dan nepotisme, didukung oleh faktor -faktor sosial, yaitu : 111 Romli Atmasasmita, 1995, Kapita Selekta Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung, hlm. 152. 112 Andi Hamzah dalam Djoko Prakoso, 1987, Kejahatan-Kejahatan yang membahayakan dan Merugikan Negara , Bina Aksara, Jakarta, hlm. 392. 90 1. Disintegrasi anomali sosial karena perubahan sosial terlalu cepat sejak revolusi nasional, dan melemahnya batas milik Negara dan milik pribadi; 2. Fokus budaya bergeser, nilai utama orientasi sosial beralih menjadi orientasi harta, Kaya tanpa harta menjadi kaya dengan harta; 3. Pembangunan ekonomi menjadi panglima pembangunan bukan pembangunan sosial atau budaya; 4. Penyalahgunaan kekuasaan Negara menjadi sebagai shortcut mengumpulkan harta; 5. Paternalisme, korupsi tingkat tinggi, menyebar, meresap dalam kehidupan masyarakat. Bodoh kalau tidak menggunakan kesempatan kaya; 6. Pranata-Pranata sosial sudah tidak efektif lagi. 113 Selain faktor penyebab, faktor-faktor pendorong sehingga dilakukannya korupsi menurut Suradi, ada tiga macam, yaitu : 1 adanya tekanan perceived pressure; 2 adanya kesempatan perceived opportunity; dan 3 berbagai cara untuk merasionalisasi agar kecurangan dapat diterima some way to rationalize the fraud as acceptable. 114

2.2.3 Ciri-Ciri dan Dampak Korupsi