Konsep Kepastian Hukum Landasan Teoritis dan Kerangka Berpikir

32

1.7.1.5 Asas Unnus Testis Nullus Testis

Makna asas ini bahwa dalam pembuktian harus didukung oleh minimal 2 dua alat bukti. Unnus Testis Nullus Testis secara arti kata berarti 1 saksi bukan saksi. Maka dalam pembuktian bila alat bukti kurang dari 2 dua, maka kesaksian dianggap tidak sah, asas ini diatur dalam Pasal 163 HIR atau Pasal 306 RBG

1.7.1.6 Asas Actory Incumbit Onus Probandi

Makna asas ini bahwa siapa yang menuntut dialah yang wajib membuktikan. Dalam konteks hukum pidana yang melakukan penuntutan adalah jaksa penuntut umum sehingga jaksa penuntut umumlah yang diwajibkan membuktikan kesalahan terdakwa. 21

1.7.2 Konsep Kepastian Hukum

Menurut konsepsi yang dikemukakan oleh Bagir Manan bahwa kepastian hukum terdiri dari komponen-komponen seperti berikut: 1. Kepastian aturan hukum yang akan diterapkan; 2. Kepastian proses hukum, baik dalam penegakan hukum maupun pelayanan hukum; 3. Kepastian kewenangan, yaitu kepastian lingkungan jabatan atau pejabat yang berwenang menetapkan atau mengambil suatu keputusan hukum; 4. Kepastian waktu dalam setiap proses hukum; dan 5. Kepastian pelaksanaan, seperti kepastian eksekusi putusan hakim, atau keputusan administrasi negara. 22 21 Eddy O.S. Hiariej, 2012, Teori dan Hukum Pembuktian, Erlangga, Jakarta, hlm. 43 22 Bagir Manan, 2007, Kekuasaan Kehakiman Indonesia Dalam UU No. 4 Tahun 2004, FH UII, Jakarta, hlm : 20. 33 Terkait dengan kewenangan pembuktian dalam tindak pidana korupsi oleh pejabat yang berwenang untuk itu, maka konsepsi kepastian hukum yang dikonsep oleh Bagir Manan tersebut di atas, akan berkorelasi dengan konsep butir 1, 2, dan 3 tersebut yang terurai di atas. Dan untuk kepastiannya pihak siapa saja yang pantas dibebani pembuktian. 1.7.3 Konsep Hak Asas Manusia HAM Pembuktian Terbalik dipandang bertentangan bahkan bertolak belakang dengan konsep HAM terutama HAM Generasi I menyangkut salah satunya HAM sipil dan politik. HAM sipil didalamnya adalah hak- hak individu yang paling asasi adalah “hak kebebasan” bagi tiap orang, terutama bila dihadapkan pada proses hukum seperti individu dalam status sebagai tersangka atau terdakwa. Status tiap orang bila posisinya sebagai ters angka terdakwa mesti dilindungi haknya oleh negara. Dalam proses peradilan hak tersangka terdakwa seperti hak untuk tidak dibebani pembuktian sesuai dengan Pasal 66 KUHAP mesti dihormati dan ditegakkan. Bila hal ini diterobos, tidak mustahil negara melalui penegak hukumnya sendiri cenderung dianggap telah melanggar HAM individu atau melanggar asas legalitas bahkan secara operasional praktik melanggar asas praduga tak bersalah presumption of innosence. Beberapa konsep HAM dimaksud diantaranya adalah sebagai berikut : 34 a. Menurut Leach Levin, bahwa konsep HAM ada 2 dua konsepsi yaitu : 1. Natural Right Hak Alamiah atau Hak Moral, yakni HAM tidak bisa dipisahkan dan dicabut, karena merupakan hak manusia karena ia seorang manusia, maka kewajiban oleh negar a menjaga martabat setiap manusia 2. Hak menurut hukum, hak-hak individu menurut hukum dibentuk melalui proses pembentukan hukum oleh negara, maka hukum diciptakan untuk melindungi hak-hak setiap orang 23 . b. Piagam Perjanjian Yang Agung Magna Charta Tahun 1215 “Bahwa tersurat salah satunya adanya larangan bagi polisi, jaksa tidak boleh menuduh dan menuntut seseorang tanpa saksi yang dapat dipercaya, serta melarang penahanan penghukuman, dan perampasan benda dengan sewenang-wenang. 24 c. Natural Right Hak – Hak Alamiah dari Konsep John Locke 1632 – 1704 “Bahwa negara harus menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak individu. Kepentingan negara atas dasar alasan apapun tidak bisa menghilangkan hak-hak individu, bahwa setiap manusia atau individu mempunyai hak-hak dasar yang tidak bisa diganggu gugat. 25 Konsep natural rights inilah yang melahirkan hak-hak sipil dan politik sebagai pembela dan pelindung hak-hak sipil selaku individu, salah 23 Ny. Nartono, 1987, Hak – Hak Asasi Manusia Tanya Jawab, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 3 24 Ibid 25 Aryanto Ignatius, 2000, Convenant International, Hak Sipil dan Politik, LSPP, Jakarta, hlm. 198. 35 satunya hak kebebasan setiap orang, tidak dapat dipaksa oleh siapapun termasuk oleh negara. Maka pula dalam proses peradilan setiap hak - hak individunya seperti hak untuk diam, hak untuk tidak dibebani pembuktian, hak untuk tidak dilanggar hak asasi kehormatannya seperti hak tidak dituduh bersalah sebelum ada putusan oleh haki m yang bersifat tetap inkracht bahwa ialah yang bersalah atas tuduhan trahdap dirinya. Atau jangan bersalah presumption of innocence tersebut. d. Konsep HAM dari prosedur Amerika Serikat Teodore Roosevelt Dalam amanat tahunannya tahun 1948 di muka Kongres Amerika Serikat, mengemukakan ajakan membangun satu dunia yang didasarkan atas 4 empat kebebasan dasar manusia yaitu : 1. Kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat di seluruh dunia 2. Kebebasan setiap orang menyembah Tuhan menurut caranya masing-masing 3. Kebebasan dari ketakutan, yang mengandung arti bebas dari segala bentuk ancaman kekerasan bagi perorangan maupun bagi suatu bangsa 4. Kebebasan dari kemiskinan yang berarti kewajiban negara untuk memberi jaminan kepada semua orang untuk hidup dengan sejahtera. 26 Dalam konsep dari Teodore Roosevelt tersebut menekankan salah satunya kebebasan setiap individu untuk tidak diancam denga kekerasan, dalam artian lebih jauh ada tekanan pada individu baik fisik maupun psikis, terutama bila terkait dengan prose s hukum dalam peradilan. 26 Romli Atmasasmita, 2001, Reformasi Hukum Hak Asasi Manusia di Penegakan Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung, hlm. 45. 36 e. Konsep HAM dalam pengelompokan generasi HAM. Perkembangan HAK sejak awal muncul abadi 17 dan 18, pada awal abad ini dianggap sebagai kemunculan Generasi HAM I, yakni HAM sipil dan politik liberte, Generasi HAM II muncul pada abad 19, merupakan generasi kedua menyangkut kelahiran perjuangan hak -hak sosial, ekonomi dan budaya egalite. Dan HAM Generasi ke III ketiga muncul perjuangannya diabad 20 dua puluh, HAM Generasi III merupakan usaha perjuangan penindasan kelompok ber kuasa terhadap kelompok minoritas, juga perjuangan hak atas perdamaian, pembangunan, hak atas lingkungan hidup dimasa mendatang dan lain - lain. 27 Dalam konsep HAM Generasi I tampak secara jelas akan konsepsi HAM dibidang hak sipil dan politik. Artinya ketika abad 17 dan 18 penguasa adalah raja, jadi negara dibawah raja, kemudian ada kelompok khusus seperti bangsawan, gereja-gereja dengan hak-hak khusus pula, barulah kelompok rakyat banyak hak -haknya tertindas oleh kedua kelompok sebelumnya terutama oleh kelom pok penguasa yakni raja. Hak-hak sipil dan politik inilah terutama kebebasan individu mulai diperjuangkan. 27 Meriem Budiardjo, 1990, Dasar – Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia, Jakarta, hlm. 37 37

1.7.4. Teori Hukum