Profil Kota Denpasar Kebudayaan
46 c.
Sipeng Hari Nyepi disebut juga tahun baru Caka, pada hari ini umat Hindu melakukan tapa, bratha, yoga, Samadhi selama satu hari penuh
atau 24 jam. Hal ini dilakukan untuk mengekang hawa nafsu, salah satu yang dilakukan adalah tidak makan dan minum. Pemadaman
nafsu – nafsu ini juga dilakukan dengan tidak menyalakan api amati
geni, tidak bekerja amati karya, tidak bepergian amati lelangun. Pada hari raya Sipeng ini umat hindu menyucikan diri dan
memusatkan pikiran dengan mengendalikan segala nafsu, berpuasa, bertapaSamadhi dan menciptakan ketenangan serta kedamaian
sehingga pikiran bisa bergerak menjelajahi atau meneliti kembali segala perbuatan yang diperbuat di masa lalu.
Gambar 4.3
Suasana Pada Saat Hari Nyepi
d. Ngembak Api Geni, jatuh sehari setelah nyepi. Hari ini umat Hindu
sudah memulai aktifitasnya dengan panjatan doa, memohon semoga Sang Hyang Widhi untuk menganugerahi kehidupan yang baru.
47 2.
Hari Ciwaratri Hari Ciwaratri jatuh pada Purwanining Tilem Ke-7, yaitu sehari sebelum
bulan mati sekitar bulan Januari. Pada hari ini umat Hindu melakukan puasa dan Samadhi dengan maksud untuk memperoleh pengampunan dari
Hyang Widhi Wasa. Hari Ciwaratri juga disebut sebagai hari Penjagaran.
3. Hari Galungan
Hari Galungan adalah pemujaan kepada Hyang Widhi Wasa yang dilakukan dengan penuh kesucian dan ketulusan hati. Hari raya Galungan
adalah hari pawedalam jagat, yaitu pemujaan bahwa telah tercipta jagat dengan segala isinya oleh Hyang Widhi. Hari Raya ini selalu dirayakan
setiap 210 hari sekali dan dirayakan setiap hari rabu kliwon Wuku Dungulan. Galungan merupakan perlambang perjuangan antara yang
benar dharma melawan yang tidak benar adharma dan juga sebagai pernyataan terima kasih atas kemakmuran alam yang diciptakan Tuhan
yang Maha Kuasa.
48
Gambar 4.4
Suasana Pada Saat Hari Galungan
4. Hari Kuningan
Kuningan jatuh setiap Sabtu Kliwon Wuku Kuningan 210 hari sekali yakni sepuluh hari setelah Galungan. Hari Kuningan adalah hari payogaan
Hyang Widhi yang turun kedunia dengan diiringi oleh para Dewa dan Pitara pitari melimpahkan Karunia-Nya kepada umat manusia. Karena itu
pada hari Kuningan kita hendaknya mengahturkan bakti memohon kesentosaan, keselamatan, perlindungan dan tuntunan lahir bathin. Pada
hari kuningan ini, sajen banten yang dihaturkan harus dilengkapi dengan nasi yanng berwarna kuning. Tujuannya adalah sebagai tanda terima kasih
atas kesejahteraan dan kemakmuran yang dilimpahkan oleh Hyang Widhi
49 Wasa. Pada hari ini kita membuat tamiang, endongan dan kolem yang
dipasang pada Padmasana. Sanggah Merajan dan Penjor. Tamiang ini adalah simbol alat penangkis dari serangan, endongan adalah simbul
tempat makanan karena itu endongan berisi buah-buahan, tebu, tumpeng serta lauk pauknya, dan kolem merupakan simbul tempat istirahat atau
tidur. Upacara persembahyangan hari kuningan harus sudah selesai sebelum tengah hari.
Gambar 4.5
Salah Satu Kebutuhan Pada Saat Hari Kuningan
5. Hari Purnama dan Tilem
Hari Purnama dan Tilem dirayakan setiap 29 atau 30 hari sekali. Menurut kepecayaan agama Hindu jika pada persembahyangan hari Purnama atau
Tilem umat manusia menghaturkan upakara upacara yadnya dan persembahyangan kehadapan Hyang Widhi, dari satu aturan bakthi yang
dipersembahkan itu akan mendapat imbalan atau anugerah bernilai sepuluh dari Hyang Widhi. Demikianlah Hari Purnama atau Tilem itu
50 yang merupakan hari Suci yang harus dirayakan oleh umat Hindu untuk
memohon anugrah dan rahmat serta keselamatan dan kesucian lahir batin.
6. Hari Saraswati
Hari Saraswati adalah hari raya untuk memuja Hyang Widhi dalam manifestasinya dan kekuatannya menciptakan ilmu pengetahuan dan ilmu
kesucian. Hari Raya Saraswati merupakan piodalan Sang Hyang Aji Saraswati atau turunnya Weda yang dirayakan setiap hari sabtu Umanis
Wuku Watugunung, yang jatuhnya setiap 210 hari sekali. Kekuatan Hyang Widhi dalam Manifestasin-Nya menurunkan Ilmu pengetahuan
dilambangkan dengan seorang “Dewi”. Dewi Saraswati merupakan Dewi ilmu pengetahuan Suci, karena itu bagi para arif bijaksana, pelajar dan
kaum cendikiawan, saraswati ini merupakan hari penting untuk memuja kebesaran hyang Widhi atas segala Ilmu pengetahuan suci yang telah
dianugrahkan itu.
7. Hari Raya Pagarwesi
Pagerwesi adalah hari raya yang dilaksanakan atas anugrah kesentosaan dan kemajuan yang telah dicpai oleh umat manusa yang dirayakan pada
Budha Kliwon Wuku Shina. Hari raya ini juga merupakan hariraya yang penting bagi umat Hindu Bali. Hari Raya Pagerwesi jatuh setiap 210 hari
sekali atau setiap 6 bulan sekali. Makna dari hari raya ini adalah penyucian diri supaya dapat menerima keberkahan dari Ida Sang Hyang
51 Widhi Wasa. Kata pagarewesi memiliki arti pagar yang terbuat dari besi.
Pada hari ini biasanya alat-alat transportasi juga turut didoakan seperti mobil, motor dan sebagainya.
Hari raya besar Agama Hindu di atas selalu dirayakan oleh masyarakat provinsi Bali secara serempak di seluruh kabupaten yang berada di Bali
termasuk Kota Denpasar. Banyaknya hari raya besar di Bali ini juga turut menciptakan gaya hidup bagi masyarakatnya.