Fisiologi Kardiovaskuler Pada Latihan

Gambar 2.3 Sistem Kardiovaskular Sumber : Silverthorne, 2001 Pada latihan terjadi dua kejadian yaitu peningkatan curah jantung cardiacoutputdan redistribusi darah dari otot - otot yang tidak aktif ke otot-otot yang aktif. Curah jantung tergantung dari isi sekuncup stroke volumedan frekuensi denyut jantung hart rate.Kedua faktor ini meningkat pada waktu latihan.Redistribusi darah pada waktu latihan menyangkut vasokonstriksi pembuluh darah yang memelihara daerah yang tidak aktif vasodilatasi dari otot yang aktif yang disebabkan oleh kenaikan suhu setempat,karbondioksidaCO 2 dan asam laktat serta kekurangan oksigen Fox, 1993, Soekarman, 1999. Pemakaian oksigen O 2 dan pembentukan karbondioksida CO 2 pada saat pelatihan juga meningkat hingga 20 kali lipat. Pada saat latihan fisik pada orang yang sehat, ventilasi alveolus meningkat hampir sama dengan langkah-langkah peningkatan tingkat metabolisme oksigen. Otak akan memberikan transmisi impuls motorik ke otot yang berlatih dianggap mentransmisikan impuls kolateral ke batang otak untuk mengeksitasi pusat pernafasan. Analog dengan perangsangan pusat vasomotor di batang otak selama latihan fisik yang menyebabkan peningkatan tekanan arteri secara bersamaan Guyton, 2007. Adaptasi fisiologi pada latihan sangat tergantung pada umur, intensitas, durasi, frekuensi latihan, faktor genetik, dan cabang olahraga yang ditekuni tipe latihan, baik statis maupun dinamik. Adaptasi kardiovaskuler pada latihan fisik menyebabkan volume total stroke volume dari jantung meningkat, kenaikan ini disebabkan oleh membesarnya rongga jantung. Maka jantung dapat menampung darah lebih banyak, sehingga stroke volume pada waktu istirahat menjadi lebih besar, hal ini memungkinkan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang sama setiap menit dengan denyutan lebih sedikit. Adaptasi kardiovaskuler ini juga menyebabkan peningkatan volume darah dan hemoglobin, jumlah kapiler otot dan mempengaruhi cardiac output, tekanan darah, serta aliran darah Akmarawita, 2012. 2.3. Takaran Latihan Interval dan Fartlek Sebuah hasil latihan yang maksimal harus memiliki prinsip latihan. Tanpa adanya prinsip atau patokan yang harus diikuti oleh semua pihak yang terkait, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada evaluasi pelatihan akan sulit mencapai hasil yang maksimal Nala N. , 2011. Berikut prinsip latihan Interval dan fartlek dan patokan yang harus diikuti oleh semua pihak pelatihan yang terkait : 1. Intensitas Intensitas latihan merupakan komponen latihan yang sangat penting untukdikaitkan dengan komponen kualitas latihan yang dilakukan dalam kurun waktuyang diberikan. Intensitas adalah fungsi kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukandalam latihan, kuatnya rangsangan tergantung dari beban kecepatan gerakan, variasiinterval atau istirahat diantara ulangan Bompa, 1994.Kualitas suatu intensitas yang menyangkut kecepatan atau kekuatan dari suatu aktivitas ditentukan oleh besar kecilnya persentase dari kemampuan maksimalnya. Dalam takaran latihan intensitas yang digunakan adalah intensitas sub-maksimum sampai maksimum.Intensitas tersebut diukur berdasarkan posisi, jarak, dan jumlah tiang yang digunakan Nala N. , 2011. 2. Volume Volume dalam pelatihan merupakan komponen takaran yang paling penting dalam setiap pelatihan. Unsur volume ini merupakan takaran kuantitatif, yakni satu kesatuan yang dapat diukur banyaknya, berapa lama, jauh, tinggi atau jumlah suatu aktivitas Nala N. , 2011. Pada umumnya volume pelatihan ini terdiri dari : 1. Repetisi Repetisi merupakan pengulangan yang dilakukan tiap set pelatihan. 2. Set Set adalah satu rangkaian dari repetisi 3. Istirahat Waktu istirahat diperlukan dalam setiap set untuk memberikan waktu istirahat kepada otot-otot yang berperan dalam pelatihan kelincahan. 3. Frekuensi Frekuensi menunjuk pada junlah latihan per minggunya. Secara umum,frekuensi latihan lebih banyak, dengan program latihan lebih lama akan mempunyaipengaruh lebih baik terhadap kebugaran paru jantung. Menurut Fox 1988 frekuensi4latihan yang baik untuk menjaga kesehatan 3 kali perminggu dan 6-7 kaliperminggu untuk atlet endurance. Latihan dengan frekuaensi tinggi membuat tubuh tidak cukup waktu untukpemulihan. Kegagalan menyediakan waktu pemulihan yang memadai akan dapatmenimbulkan cedera. Tubuh membutuhkan waktu untuk bereaksi terhadaprangsangan latihan, pada umumnya membutuhkan waktu lebih dari 24 jam. Semakinbertambah usia semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan. Padakenyataannya, individu yang tidak terlatih membutuhkan waktu 48 jam untukpemulihan dan beradaptasi dengan rangsangan latihan Sharkey, 2003.

2.4. Pengukuran Daya Tahan Kardiovaskuler dengan Cooper Test 2400 Meter

Menurut Wahjoedi, 2001 ada beberapa cara untuk mengukur daya tahan kardiovaskuler seseorang diantaranya, yaitu: Tes Lari 2,4 km Cooper Test, Harvard Step Test, Balke Test, Belp Test, Ergocycle, dan Treadmill. Tes cooper adalah tes yag dipilih untuk penelitian ini karena tergolong tes yang sederhana, karena hanya diperlukan lintasan lari sepanjang 2,4 km, stop watch, dan alat pencatat hasil. Pelaksanaan tes, peserta lari secepat mungkin sepanjang lintasan dengan jarak tempuh 2,4 km, apabila tidak mampu berlari secara terus menerus, maka dapat di selingi dengan jalan kaki kemudian lari lagi Wahjoedi, 2001. 13-19 thn 20-29 thn 30-39 thn 40-49 thn 50-59thn 60 thn Laki-Laki Baik Sekali 90.40 10.45 11.00 11.30 12.30 13.59 Baik 09.41-10.46 10.46-12.00 11.01-12.30 11.31-13.00 12-31-14.30 14.00-16-15 Cukup 10.49-12.10 12.01-14.00 12.31-14.45 13.01-15.35 14.31-17.00 16.16-19.00 Kurang 12.11-15.13 14.01-16.00 14.46-16.30 15.36-17.30 17.01-19.00 19.01-20.00 Sangat Kurang 15.13 16.01 16.31 17.31 19.01 20.01 13-19 thn 20-29 thn 30-39 thn 40-49 thn 50-59thn 60 thn Peremuan Baik Sekali 12.29 13.30 14.30 15.55 16.30 17.30 Baik 12.30-14.30 13.31-15.54 14.31-16.30 15.56-17.30 16.31-19.00 17.31-19.30 Cukup 14.31-16.54 15.55-18.00 16.31-19.00 17.31-19.30 19.01-20.00 19.31-20.30 Kurang 16.55-18.30 18.01-19.00 19.01-19.30 19.31-20.00 20.01-20.30 20.31-21.00 Sangat Kurang 18.31 19.01 19.31 20.01 20.31 21.01 Kategori Waktu Tempuh menit,detik Kategori Waktu Tempuh menit,detik Tabel 2.2. Tes Cooper Lari 2400 Meter Sumber : Cooper,1982 Dengan menggunakan start berdiri, setelah diberi aba-aba oleh petugas kemudian peserta tes berlari menempuh jarak 2,4 km secepat mungkin dan dihitung waktu tempuh dalam satuan menit dan detik, kemudian dikonversikan pada tabel norma tes. Cara mengoptimalkan kemampuan daya tahan dengan cara memperbanyak jumlah latihan dan lamanya latihan sehingga tubuh akan terkondisi sangat baik pada saat pertandingan serta pemain akan menunjukan kinerja yang optimal. Banyak latihan dalam membina daya tahan jantung dan paru-paru yang melibatkan otot-otot besar diantaranya latihan aerobik, seperti: bersepeda, berenang, lari lintas alam cross country, fartlek, intervaltraining, dan circuit training.