dengan jarak tempuh 2,4 km, apabila tidak mampu berlari secara terus menerus, maka dapat di selingi dengan jalan kaki kemudian lari lagi Wahjoedi, 2001.
13-19 thn 20-29 thn
30-39 thn 40-49 thn
50-59thn 60 thn
Laki-Laki Baik Sekali
90.40 10.45
11.00 11.30
12.30 13.59
Baik 09.41-10.46
10.46-12.00 11.01-12.30 11.31-13.00 12-31-14.30 14.00-16-15 Cukup
10.49-12.10 12.01-14.00 12.31-14.45 13.01-15.35 14.31-17.00 16.16-19.00
Kurang 12.11-15.13
14.01-16.00 14.46-16.30 15.36-17.30 17.01-19.00 19.01-20.00 Sangat Kurang
15.13 16.01
16.31 17.31
19.01 20.01
13-19 thn 20-29 thn
30-39 thn 40-49 thn
50-59thn 60 thn
Peremuan Baik Sekali
12.29 13.30
14.30 15.55
16.30 17.30
Baik 12.30-14.30
13.31-15.54 14.31-16.30 15.56-17.30 16.31-19.00 17.31-19.30 Cukup
14.31-16.54 15.55-18.00 16.31-19.00 17.31-19.30 19.01-20.00 19.31-20.30
Kurang 16.55-18.30
18.01-19.00 19.01-19.30 19.31-20.00 20.01-20.30 20.31-21.00 Sangat Kurang
18.31 19.01
19.31 20.01
20.31 21.01
Kategori Waktu Tempuh menit,detik
Kategori Waktu Tempuh menit,detik
Tabel 2.2. Tes Cooper Lari 2400 Meter Sumber : Cooper,1982
Dengan menggunakan start berdiri, setelah diberi aba-aba oleh petugas kemudian peserta tes berlari menempuh jarak 2,4 km secepat mungkin dan dihitung waktu
tempuh dalam satuan menit dan detik, kemudian dikonversikan pada tabel norma tes. Cara mengoptimalkan kemampuan daya tahan dengan cara memperbanyak
jumlah latihan dan lamanya latihan sehingga tubuh akan terkondisi sangat baik pada saat pertandingan serta pemain akan menunjukan kinerja yang optimal.
Banyak latihan dalam membina daya tahan jantung dan paru-paru yang melibatkan otot-otot besar diantaranya latihan aerobik, seperti: bersepeda,
berenang, lari lintas alam cross country, fartlek, intervaltraining, dan circuit training.
2.5. Latihan Interval
Menurut Harsono, 1988 latihan interval adalah suatu sistem latihan yang disengili oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat. Jadi, latihan
misalnya lari- istirahat- latihan- latihan dan seterusnya. Latihan interval adalah cara latihan yang penting dimasukan dalam program latihan keseluruhan. Senada
dan Harsono, dalam Junusul Hairy 2010: 3 23 menjelaskan bahwa latihan interval merupakan suatu rangkaian dari pengulangan-pengulangan kegiatan dari
suatu latihan yang diselingi oleh waktu istirahat. Selama masa istirahat tersebut biasanya dipergunakan bentuk-bentuk latihan yang ringan.Dari beberapa
pengertian di atas diambil kesimpulan bahwa latihan interval merupakan suatu metode latihan berupa rangkaian pengulangan-pengulangan kegiatan yang
diselingi oleh jeda-jeda berupa jeda istirahat. Beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam menyusun latihan interval
Harsono, 1993 antara lain : lama latihan, beban latihan, ulangan latihan, masa istirahat setiap repetisi latihan. Lamanya latihan dapat diartikan dalam jarak lari
yang harus ditempuh, beban latihan dengan waktu menempuh jarak tersebut, ulangan latihan diartikan sebagai berapa kali jarak yang harus ditempuh.
Sedangkan yang dimaksud dengan masa istirahat interval adalah masa istirahat diantara setiap ulangan lari yang dilakukan dengan istirahat aktif yaitu dengan
cara jalan Harsono, 1993. Selanjutnya Nala, 2011 mengemukakan ada beberapa persyaratan agar latihan bisa berhasil diantara lama kerja interval
lebihdari 60 detik, intensitas latihan 85-100 dari kemampuan maksimum, repetisi, set, interval dan disesuaikan dengan kemampuan, dan frekuensi latihan
yaitu 3 kali seminggu yaitu senin, rabu, dan jumat.
Latihan interval memacu kerja jantung dengan lebih keras sehingga konsumsi oksigen pun meningkat yang berarti metabolisme tubuh juga meningkat
sehingga makin banyak lemak yang dipakai untuk pembakaran Kafiz, 2014. Jumlah darah yang bertambah yang dipompakan keluar dari jantung menyebabkan
beban pada otot jantung menjadi lebih besar. Bertambahnya beban merupakan pacuan stimulus yang menyebabkan otot-otot jantung lebih kuat dan lebih
efesien. Sutyantara, 2014. Menurut Purba, 1995 memaparkan pelatihan Intervalbahwasanya
glikolisis anaerobic pada manusia dapat terjadi dalam waktu yang pendek pada aktivitas otot yang ekstrim misalnya lari cepat, pada saat oksigen tidak dapat
dibawa pada kecepatan yang cukup untuk dibawa ke otot dan mengoksidasi piruvat untuk membentuk ATP selama latihan berat banyak O
2
dibawa ke otot, tetapi O
2
yang mencapai sel otot tidak mencukupi, terutama pada saat latihan. Keberadaan asam laktat didalam darah merupakan penyebab kelelahan otot.
Pemilihan bahan bakar selama olah raga berat menggambarkan banyak segi penting mengenai pembentukan energi dan integrasi metabolisme. Myosin secara
langsung memperoleh energi dari ATP, tetapi jumlah ATP di otot relative sedikit dan hanya bertahan selama kurang lebih 5 detik. Penimbunan laktat dalam darah
menjadi masalah dalam kinerja fisik karena menimbulkan kelelahan yang kronis dan menurunkan kinerja fisik Ahmaidi, 1986.
Penggusuran laktat yang lambat menyebabkan sindroma latihan berlebihan overtraining syndrome pada atlet, sehingga mengakibatkan peningkatan insiden
cedera yag dapat menyebabkan kecacatan baik sementara maupun menetap. Bentuk aktivitas yang dapat mempercepat pemulihan laktat adalah meningkatkan