35
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel menggunakan skala interval yaitu skala yang mengurutkan obyek berdasarkan suatu atribut Umar, 2000:134.
Adapun teknik pengukuran sikap menggunakan skala Likert yaitu metode pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian tujuh butir yang
berada dalam rentang dua sisi Umar, 2000:137. Digunakan jenjang 1-5 dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai berikut, misalnya:
1 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Keterangan : 1 = Sangat tidak setuju
4 = Setuju 2 = Tidak setuju
5 = Sangat setuju 3 = Netral
Skala tersebut disusun dalam suatu garis kontinu dengan jawaban sangat positifnya terletak di sebelah kanan, jawaban sangat negatifnya
terletak di sebelah kiri, atau sebaliknya.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal yang ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
konsumen yang berbelanja di Hypermart Plaza Royal Surabaya.
36
2. Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan cara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada
pertimbangan tertentu seperti kriteria yang dimiliki sampel Sugiyono,
1999:78. Dan mengenai kriteria yang akan dijadikan sampel adalah :
1 Pelanggan yang sedang berbelanja di Hypermart Plaza Royal.
2 Pelanggan yang telah berbelanja produk di Hypermart Plaza Royal
Surabaya lebih dari 2 kali dalam 3 bulan terakhir.
Jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand 2002:48 Structural
Equation Modeling SEM, adalah sebagai berikut:
a. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum like hood estimation
b. Tergantung pada jumlah parameter yang estimasi pedomannya
adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi c.
Tergantung pada jumlah indikator dikali 5 – 10. Bila terdapat 16 indikator, maka besarnya sampel adalah 80-160 yaitu 7 x 16
indikator = 112 responden.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Data Primer :
Data yang diperoleh dari jawaban kuesioner yang disebarkan kepada
pelanggan yang berbelanja di Hypermart Plaza Royal Surabaya.
37
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari : Jawaban responden melalui kuesioner
3.3.3 Pengumpulan Data
1. Wawancara :
Yaitu melakukan wawancara atau tanya jawab dengan pelanggan yang berbelanja di Hypermart Plaza Royal Surabaya untuk memperoleh
informasi. 2.
Kuesioner : Merupakan teknik pengambilan data dengan cara menyebarkan daftar
pertanyaan kepada pelanggan yang berbelanja di Hypermart Plaza Royal Surabaya.
3.4 Teknik Analisis SEM dan Pengujian Hipotesis
Structural Equation Modeling SEM adalah sekumpulan teknik – teknik statistical yang memungkinkan pengukuran sebuah rangkaian hubungan
yang relatif “rumit” secara simultan. Hubungan yang rumit tersebut dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau
beberapa variabel independen. Metode ini bukan untuk menghasilkan teori melainkan “mengkonfirmasi” teori.
1. Asumsi Model [Structural Equation Modeling]
a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
38
1 Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data
atau dapat diuji dengan metode-metode statistik. 2
Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standard errornya dan skewness value
yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value.
Pada tingkat signifikansi 1 jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tindak
normal. 3
Normal Probability plot 4
Linieritas denagn mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya
untuk menduga ada tidaknya Linieritas. b.
Evaluasi atas Outlier 1
Mengamati Z-score : ketentuannya diantara ± 3,0 non outlier. 2
Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat p 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square [
χ] pada df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila
Mahalanobis dari nilai χ adalah multivariate outlier.
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari
observasi - observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai
39
ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi Hair et. al., 1998 dalam Ferdinand 2002.
c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity
Dengan mengamati Determinant Matriks Covarians. Dengan ketentuan apabila determinant sample matrix mendekati angka 0
[kecil], maka terjadi multikolinieritas dan singularitas Tabachnick Fidell, 1998 dalam Ferdinand 2002.
d. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas
apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah
konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.
Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variable construct akan diuji dengan melihat loading factor
dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct reliability dan
variance-extracted. Construct reliability dan variance-extracted dihitung dengan rumus berikut:
Construct Reliability = [ ∑ Standardize Loading ]²
[ ∑ Standartdize Loading ]² + ∑Єj ]
Variance Extracted = ∑ [ Standartdize Loading² ]
∑ [ Standartdize Loading²]+∑Єj [ Standartdize Loading²]+
∑Єj
40
Sementara ε
j
dapat dihitung dengan formula
ε
j
=1 – [Standardize Loading]. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat
diterima adalah ≥ 0.7 dan Variance Extracted ≥ 0.5 Hair et.al,
1998 dalam Ferdinand 2002. Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi
setiap Construct Standardize Regression weighty terhadap setiap butir sebagai indikatornya.
2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung koefisien jalur diamati dari bobot regresi terstandar dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CRCritical
Ratio p probability yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.
3. Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 dalam Ferdinand 2002 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk
mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan
“good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai model yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori
tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model “good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang
diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation modeling.
41
Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria Goodness of Fit yakni Chi-square, Probability, RMSEA, GFI,
TLI, CFI, AGFI, CMINDF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan two step approach
to SEM.
Tabel 3.1 Goodness of Fit Indices GOODNESS
OF FIT INDEX
KETERANGAN CUT-OFF
VALUE X
2
– Chi- square
Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama
dengan covariance sample
[apakah model sesuai dengan data].
Diharapakan Kecil, 1 s.d 5,
atau paling baik diantara 1 dan
2.
Probability Uji signifikansi terhadap
perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang
diestimasi. Minimum 0,1
atau 0,2, atau ≥
0,05 RMSEA Mengkompensasi
kelemahan Chi-
Square pada Sampel. ≤ 0,08
GFI Menghitung proporsi tertimbang
varians dalam matriks sample yang dijelasakan oleh matriks
covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R
2
dalam regresi berganda] ≥ 0,90
AGFI GFI yang disesuaikan dalam DF.
≥ 0,90 CMINDDF Kesesuaian antara data dan
model. ≤ 2,00
TLI Pembandingan antara model yang
diuji terhadap baseline model. ≥ 0.95
CFI Uji kelayakan model yang tidak
sensitif tehadap besarnya sample dan kerumitan model
≥ 0,94
Sumber : Hair. et. al. 1998
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Matahari Putra Prima Tbk. berdiri tahun 1958 dan mempunyai visi yaitu sebagai peritel pilihan utama konsumen serta misi
yaitu konsisten menawarkan berbagai ragam produk bernilai dan tepat guna dengan pelayanan terbaik guna peningkatan kualitas dan gaya hidup
konsumen. PT. Matahari Putra Prima Tbk membagi Bisnis Inti menjadi Unit Bisnis yaitu Matahari Department Store, Hypermart, Foodmart, dan
Time Zone. Launching Hypermart Plaza Royal Surabaya pada tanggal 7
Oktober 2006 yang merupakan gerai kedua di wilayah Surabaya setelah gerai Hypermart Supermall Pakuwon Indah. Hypermart Plaza Royal
Surabaya menyediakan berbagai macam kebutuhan rumah tangga yang diperlukan dengan jumlah produk mencapai 30.000 item dengan luas toko
mencapai sekitar 7000 m
2
. Hypermart Hypermart Plaza Royal Surabaya mempunyai karyawan sekitar 125 orang, diantaranya 92 laki-laki dan 33
perempuan yang ditempatkan sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan dan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Lokasi Hypermart
Hypermart Plaza Royal Surabaya di jalan Ahmad Yani No.16 - 18 Surabaya.
42
4.1.2. Struktur Organisasi
Gambar 4.1. Struktur Organisasi
Store General Manager
43
Sumber : Hypermart Plaza Royal Surabaya
Divisi Manager Groceries
Divisi Manager Fresh
Divisi Manager GMS
Department Manager
Ready to Eat Department
Manager Daily Frozen
Department Manager
Fish Meat Department
Manager Bakery
Department Manager
Produce Department
Manager Drink
Department Manager
HBC Department
Manager Electronic
Department Manager
Softlen Department
Manager Bazaar
Team Leader Team Leader
Team Leader Team Leader
Team Leader Team Leader
Team Leader Team Leader
Team Leader Team Leader
Staff Staff
Staff Staff
Staff Staff
Staff Staff
Staff Staff
44
4.1.2.1 Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan
Tabel 4.1. Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan
JENIS KELAMIN
NO JABATAN
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB JUMLAH
L P 1
Store General
Manager Mengkoordinasikan segala kegiatan usaha dalam
satu unit usaha tertentu. 1 1
2 Divisi
Manager a Mengkoordinasikan tugas antar Department
Manager. b Mengatur keseimbangan antara pemasukan
dengan pengeluaran c Bertanggung jawab terhadap Strore General
Manager. 3 2
1
3 Department
Manager Berwenang untuk membagi-bagikan tugas
operasional bagi para Staff dan Team Leader. Selain itu, Department Manager juga memiliki
tugas dan tanggung jawab dalam mengawasi jalannya sistem operasi yang dinamakan Balance
Socre Card System. Sistem operasi itu meliputi : a Sales :
Penjualan barang b Shrinkage :
Penyusutan
barang akibat
kerusakan, kesalahan administrasi, pencurian internal
maupun eksternal dan perubahan harga barang mendekati nol yang disebut PH 0. Jumlah
shrinkage tidak boleh lebih besar dari 0,8 jumlah sales.
c Operational Expenditure OPEX : Pengeluaran-pengeluaran operasional seperti
gaji karyawan seperti gaji karyawan, biaya operasional mesin, listrik, dan lain-lain.
d Inventory : Pengaturan Stock dan inventaris barang-barang.
e Format Standard : Mengatur standard kerapian dan kebersihan
karyawan serta display barang. 28
22 6
4 Team
Leader a Membantu tugas Department Manager
coaching b Membuat Shifting Staff counseling.
c Menciptakan suasana kerja yang kondusif motivator
29 24 5
5 Staff
Melaksanakan tugas operasional serta bertanggung jawab pada Team Leader dan
Department Manager terhadap hasil kerja yang dilakukan.
64 43
21 Sumber : Hypermart Plaza Royal Surabaya
45
4.2. Karakteristik Responden