Reflective Practice Praktek Reflektif

80 hal penting ketika menggunakan pengetahuan perpektif, teori dan model dalam praktek. Pertimbangan pemanfaatan pengetahuan dalam praktik select, integrate, reflect , sebenarnya merupakan isu yang sangat penting. Khususnya pada elemen yang ketiga yaitu “reflective practice ”. Padahal kemampuan reflektif dari pekerja sosial akan apa yang telah dilakukannya sebagai sikap untuk mawas diri dan evaluasi diri dari setiap praktek pekerjaan sosial. Penting bagi para pekerja sosial untuk mau mengkoreksi dan memperbaiki diri atas apa yang dilakukan sebelumnya, agar di masa depan tidak terjadi kesalahan yang sama, atau makin meningkatkan efektifitas dan performance pekerjaan sosial.

A. Reflective Practice Praktek Reflektif

Istilah “Reflective Practice” adalah satu hal yang berkaitan dengan ahli teori pendidikan Donald Schӧn. Praktek reflektif meliputi upaya melampaui gagasan “fitting the square peg of theory into the round hole of practice’: Theory cannot be seen as an entity that can simply be taken ‘off the self’ and applied to practice in a mechanistic way. It 81 is better conceived of as an interactive process through which concepts and frameworks are ‘made to measure’ by the skilful work of the reflective practitioner. ... In this way, human services practice, although based on science, is also very much a craft. Thompson, 2000b, p. 89 Praktek reflektif meliputi: • Merefleksikan secara tertulis atas praktek kita, sebelum, selama dan sesudah; • Menghindari rutinitas, selimut pendekatan yang tidak mempertimbangkan situasi-situasi dan kondisi-kondisi khusus yang ditangani; • Menghindari cara-cara mekanistik, merespon permasalahan tanpa berfikir; • Tidak sekedar mencari ‘the right answer’ jawaban yang benar, seolah-olah hanya ada satu solusi untuk setiap masalah. • Mengakui bahwa situasi praktek umumnya ‘messy’ kacau, dan sudah semestinya menggunakan cara-cara yang masuk akal rasional bagi mereka. • Bersikap kreatif dan imajinatif, gali seluas dan sedalam mungkin potensi untuk mencari solusi terbaik. 82 • ‘problem setting’—bersikap jelas dan jernih atas setiap masalah dan bagaimana meresponnya secara baik. • Teruslah mengembangkan sikap profesional—terus belajar dari praktek, secara konstan memperbaiki pengetahuan dan keterampilan kita. • Selalu terbuka dengan ide-ide dan perspektif baru dari orang lain, yang bahkan ketika hal tersebut bertentangan dengan pendapat anda sendiri. Bersikap open mind tetap terbuka, sebab bukan tidak mungkin ide-ide dari pihak lain itu lebih baik dan lebih bermanfaat. Gerakan refleksi atas praktek ‘sebelum, selama dan setelah’ praktek merupakan hal yang patut untuk dipertimbangkan. Refleksi sebelum praktek, adalah tentu saja saat perencanaan. Adalah sangat tidak bijak apabila saat memulai situasi praktek tanpa memikirkan terlebih dahulu atau tidak memiliki perencanaan tentang apa yang akan dihadapi atau lakukannya. Hal ini bukan berarti pula bahwa semua hal tersebut dapat diputuskan terlebih dahulu tentang bagaimana sebuah situasi dihadapi atau diatasi---tentunya hal ini akan bertentangan 83 dengan prinsip keterbukaan dan fleksibilitas berkaitan dengan praktik reflektif. Meski begitu, dalam derajat tertentu perlu diperkirakan sebuah kerangka persiapan atau rencana untuk menghadapi situasi praktek. Sesuatu yang dipersiapkan dengan baik tentu hasilnya cenderung lebih baik dari pada yang tidak dipersiapkan sama sekali. Refleksi selama praktek adalah, sebagaimana dikemukakan oleh Schon 1983, merujuk pada ‘a reflective conversation with the situation’. Artinya, seharusnya terdapat sebuah situasi interaktif yang konstan terhadap apa yang sedang terjadi yang pekerja sosial pikirkan dan lakukan ketika melakukan pertolongan kepada klien. Pekerja sosial harus terus bersikap waspada dan mawas diri dalam menghadapi situasi praktek. Artinya lebih dari sekedar upaya penerapan teori atau metode mekanis atau memaksakan sebuah solusi khusus terhadap situasi permasalahaan, reflektif praktisi seharusnya mempertahankan situasi yang relatif konstan tetap, melihat kembali elemen-elemen terkait dan menyesuaikan rencana dan meresponnya secara tepat. Refleksi setelah kejadian memungkinkan pekerja sosial mempelajari berdasarkan pengalaman, mencatat aspek-aspek kunci dari situasi dan 84 bagian yang mereka hadapi, sehingga pekerja sosial dapat memperoleh manfaat dari pengalaman untuk selanjutnya akan mendapatkan pencerahan pengetahuan baru di masa depan. Sehingga proses pertolongan di kemudian hari akan lebih baik lagi.

B. Ide dan Rasa