Tetaplah Berpraktek DASAR PENGETAHUAN PEKERJAAN SOSIAL.

87 keterampilan skill dan sikaprasa attittude dalam praktek pertolongan pekerjaan sosial akan melahirkan ‘arts’ seni dari setiap masing-masing individu para pekerja sosial. Setiap pekerja sosial akan mengembangkan kekhasan masing-masing, ketika mampu memadukan potensi dirinya knowledge, skill dan attittude melalui praktek pertolongan. Teruslah berpraktek, banyak lah berpraktek, maka akan makin terbangun kekhasan dan kemapanan yang berujung pada efektifitas pelayanan yang dilakukan oleh para pekerja sosial, yang ujung akhirnya adalah untuk kemanfaatan optimal pengguna layanan beneficiaries.

C. Tetaplah Berpraktek

Banyak para praktisi pekerja sosial menempatkan teori dan praktek sebagai sebuah gambar yang terpisah, bukan sebagai bagian yang saling terhubung dan menunjang. Praktek tidak pernah terlepas dari gagasan, asumsi, kerangka pemahaman, dan seterusnya. Teori dan praktek dengan demikian perlu saling berkait, walau demikian para praktisi tidak secara terang-terangan dan terbuka mengakui penggunaan teori tersebut. 88 Hal terpenting untuk dipahami di sini adalah, bahwa akan berbahaya jika para pekerja sosial mengabaikan, mengesampingkan, atau tanpa sama sekali tidak memanfaatkan pengetahuan dan teori dalam berpraktek. Kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan dari praktek yang tidak berdasarkan pada pengetahuan akan memunculkan sejumlah permasalahan, setidaknya sebagai berikut; • Aksi atau kegiatan yang dilakukan mungkin tidak berdasarkan pada aturan dan kebijakan resmi sehingga pelaksanaannya ilegal. • Ketidaktepatan aksi mungkin timbul sebagai akibat dari kekeliruan dalam memahami dan membaca sejumlah aspek situasi kondisi. • Peluang untuk melakukan tindakan yang tepat, sesuai dan membantu klien mungkin akan hilang, karena kurangnya kesadaran tentang pentingnya pengetahuan. • Tindakan yang dilakukan mungkin akan mendorong diskriminasi dan menindas atau bertentangan dengan prinsip-prinsip etika praktek pekerjaan sosial. • Peluang-peluang pembelajaran dan pengembangan profesional mungkin akan hilang begitu saja. 89 • Kredibilitas dan pengakuan profesional di mata orang lain mungkin hilang ‘menguap’ dan di masa depan akan menimbulkan kesulitan baginya. • Peluang untuk mencapai kepuasan prestasi kerja akan tidak tercapai. Sementara itu, perlu pula dipahami bahwa penggunaan pengetahuan dalam praktek tidaklah selalu mudah dan dapat langsung diterapkan. Diperlukan upaya-upaya lebih lanjut agar pengetahuan dan teori tersebut dapat diterapkan lebih tepat dan bertanggung jawab. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa suatu teori atau metode praktek mungkin tidak sesuai atau tidak tepat untuk individu yang berbeda, walaupun mungkin memiliki jenis permasalahan yang sama. Banyak teori-teori praktek pekerjaan sosial yang berasal dari Barat, dengan latar belakang budaya dan pemikiran yang berbeda dengan konteks masyarakat Indonesia. Sehingga dalam penerapannya di Indonesia diperlukan sejumlah penyesuaian dengan konteks ragam budaya yang dimiliki bangsa ini. Bahkan bukan sesuatu yang tidak mungkin, apabila terdapat pemikiran, metode dan keterampilan, serta nilai-nilai yang telah tumbuh dan berkembang, serta terpelihara baik oleh 90 bangsa Indonesia yang sangat bermanfaat dalam praktek pekerjaan sosial. Di sinilah pentingnya pemahaman akan indigenous social services dalam konteks Indonesia. Bangsa Indonesia yang sangat kaya budaya ini, dengan beragam suku bangsanya, telah mengembangkan pola-pola pelayanan tradisional sejak lama. Pola-pola pengasuhan anak dan para lanjut usia berbasiskan masyarakat melalui keluarga besar extended family, masih ada di sebagian besar masyarakat. Permainan-permainan anak-anak tradisional yang telah ada dan dan telah lama berkembang di daerah pada masyarakat Indonesia, melatih motorik anak-anak baik motorik kasar maupun halus. Juga permainan-permainan anak-anak tradisional tersebut telah melatihkan sikap pantang menyerah, terampil, bertindak sportif, kreatif, kepempimpinan; yang saat ini mulai tergerus kemajuan teknologi, bergeser dengan permainan online dan offline dengan berbagai perangkat gadget yang ada. -------------- 91 5 TEORI PEKERJAAN SOSIAL DAN PRAKTEK PEKERJAAN SOSIAL Para pekerja sosial telah dipersiapkan melalui pendidikan sarjana S-1 kesejahteraan sosial atau pekerjaan sosial sebagai pekerja sosial generalis. Agar mereka mampu menjadi pekerja sosial generalis yang efektif, maka para pekerja sosial harus dapat menerapkan sebanyak mungkin teori praktek. Menjadi pekerja sosial generalis berarti memiliki kemampuan untuk memanfaatkan dan menggunakan beragam teori dan komponen-komponen teorinya serta mengelola bersama keseluruhan tersebut menjadi suatu pendekatan komprehensif untuk praktek khusus dengan klien khusus pula. Persoalan- persoalan isu klien, nilai-nilai, budaya dan sistem kepercayaan yang sedikit banyak akan mempengaruhi, atau bahkan menentukan pilihan kerangka teoritis terhadap apa yang akan dibangun dalam intervensi praktek pertolongan. Sejak awal, profesi pekerjaan sosial sudah peduli dan memperhatikan ketersediaan pelayanan-pelayanan dengan berdasarkan pada pengetahuan yang teruji. Di awal 92 perkembangannya, banyak teori-teori pekerjaan sosial meminjam dari disiplin ilmu lainnya seperti psikologi, kesehatan, antropologi, biologi dan sosiologi. Sementara itu masih banyak dari teori-teori yang digunakan dalam profesi pekerjaan sosial ---yang terus berkembang menuju kedewasaannya--- pekerjaan sosial telah mengembangkan secara empiris teori-teorinya sendiri. Kini, lebih dari sekitar 50 teori yang umum dipergunakan dalam praktek-praktek pekerjaan sosial, dan banyak dari teori tersebut dikembangkan untuk praktek pekerjaan sosial oleh para pekerja sosial. Cummins dkk., 2006 memetakan teori-teori yang umum digunakan dalam praktek pekerjaan sosial. Tabel 1 Contoh Beberapa Teori Praktek Pekerjaan Sosial Attachment Cognitive Crisis Ego Psychology Feminist Gestalt Management Person Centered Psychosocial Social Action Symbolic Interactionism Behavioral Communication Developmental Existential Functional Human Relations Marxist Problem Solving Organizational Strengths Perspective Task-oriented Cilent Centered Constructivism Ecological Perspective Family Centered General Systems Life Model Natural Helping Network Psychoanalytic Role Structural Transactional Analysis Sumber: Cummins, et.al. 2006: p.33 93 Secara fundamental, teori praktek adalah suatu batang tubuh pengetahuan yang secara empiris telah teruji dan terbukti efektif. Selanjutnya, teori akan memandu tindakan praktek, dan bukti-bukti efektifitasnya menjadi standar acuan akuntabilitas Turner, 1997. Tanpa aplikasi dari pengetahuan yang teruji, pekerja sosial tidak dapat menyatakan prakteknya sebagai tindakan profesional. Jika para pekerja sosial tidak menggunakan teori untuk memandu mereka membuat putusan- putusan dalam praktek, lalu apa bedanya dengan para relawan atau dermawan yang membantu orang lain berdasarkan keinginan mereka atau suka-suka mereka tanpa mempertimbangkan akibat dari bantuan yang diberikannya tersebut. Seolah para relawan dan demawan tersebut telah tuntas melakukan sesuatu dengan baik dan benar. Dengan demikian teori menjadi basis dasar dari asesmen dan intervensi pekerja sosial dengan klien. Pekerja sosial menggunakan teori-teori tersebut untuk memaknai situasi, untuk mengkaji dan menilai kekuatan serta kelemahannya hambatan dan kekurangannya dari situasi tersebut, serta untuk memahami kehidupan dan lingkungan environment klien dimana mereka hidup dan berfungsi. Biasanya ketika berpraktek dengan klien baik individual, keluarga, kelompok, 94 organisasi atau masyarakat, maka pekerja sosial akan menerapkan berbagai teori pekerjaan sosial. Semisal, mungkin pekerja sosial akan menggunakan perspektif person-in- environment untuk memahami kompleksitas kehidupan dari klien, teori psikodinamika untuk memahami rendahnya harga diri klien, teori krisis untuk membimbing dia akibat kekerasan, dan teori grief kesedihan untuk membantu dia melewati proses recovery. Perhatian awal para pekerja sosial dalam praktek adalah memahami orang dalam konteks lingkungannya. Dimulai dengan memahami orang dalam hubungan dengan lingkungannya yang terbatas, termasuk pentingnya anggota keluarga klien dalam memulai asesmen. Misalkan, sudah merupakan hal yang lumrah apabila dalam pengumpulan informasi di dalamnya akan termasuk anggota-anggota keluarga, pekerjaan, dan bahkan tetangga terdekatnya; tetapi untuk memahami secara penuh dampak lingkungan fisik, ekonomi, agama dan sosial budaya pada kehidupan klien maka itu belumlah dilakukan. Pentingnya peranan faktor-faktor tersebut dalam mempengaruhi kehidupan klien mulai muncul di tahun 1970-an sebagai konsep baru yang dipinjam dari teori 95 sistem dan teori ekologi yang bahkan mengarahkan profesi ini pada pengembangan teori sistem ekologi atau teori ekosistem Becket johnson, 1997; Miller, 1978; Germain, 1973; and Germain Gitterman, 1997. Perspektif ekologis menyediakan suatu basis teori yang luas akan praktek pekerjaan sosial dan dimanfaatkan sebagai konteks atau latar untuk penerapan teori-teori praktek yang lebih khusus, seperti halnya teori crisis intervention atau teori cognitive-behavioral. Teori-teori lain yang umum digunakan untuk praktek pekerjaan sosial saat ini termasuk, teori the life model diperoleh dari perspektif ekologis, the strenghts perspective, dan teori praktek berbasis pemberdayaan. Berikut ini beberapa teori pokok yang banyak dimanfaatkan dalam praktek pekerjaan sosial.

A. Teori Sistem