114
E. Perspektif Kekuatan
Perspektif kekuatan dari praktek pekerjaan sosial muncul mengalir dari nilai-nilai keprofesian yang di dalamnya terdapat
nilai-nilai penghormatan, harga diri manusia, dan penentuan hak diri sendiri self-determination. Penempatan nilai-nilai
tersebut ke dalam aksi menuntut bahwa kita menyakini terdapatnya sisi kekuatan di setiap kehidupan manusia dan
kemungkinan untuk selalu berubah. Kekuatan-kekuatan klien menjadi sumber perubah sehingga akan bergerak untuk
tumbuh, ahli, dan mampu beraktualisasi diri self-actualization Miley, et. al., 2001.
Satu aspek penting dari perspektif kekuatan adalah bahwa perspektif ini memberi praktisi pekerjaan sosial suatu kerangka
alternatif untuk berpraktek sebagai model yang melawan model deficit
kekurangan yang telah mendominasi perspektif pelayanan manusia Saleebey, 1992. Seringkali kita jumpai
para pekerja sosial yang menemukan dirinya sendiri berpraktek dengan model medikal yang lebih fokus pada penyembuhan
dan perbaikan kerusakan, sifatnya lebih pasif. Jika para pekerja sosial tidak dipersenjatai dengan karangka teoritis yang
menekankan pada kekuatan pada diri individu, keluarga, dan
115
komunitas, maka akan mudah bagi pekerja sosial tergelincir ke dalam model praktek kelemahan a deficit. Berikut ini
perbandingan antara model pathology terdapat dalam model medikal dengan model kekuatan.
Tabel 4: Asumsi Perspektif Kekuatan
1. Setiap orang memiliki kemampuan, kapasitas, bakat dan kompetensi khusus;
2. Manusia memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berubah; 3. Trauma dalam kehidupan mungkin membawa dampak negatf
pada kehidupan manusia, tetapi juga memberikan sumber- sumber untuk tumbuh;
4. Batas teratas dari kemampuan orang untuk tumbuh dan mengalami kesulitan adalah tidak diketahui dan tidak dapat
diketahui; 5. Permasalahan tidak berada dalam diri seseorang, tetapi terjadi
dalam transaksi di dalamnya dan lintas sistem; 6. Orang-orang adalah ahli dalam kehidupannya sendiri;
7. Teman-teman, keluarga, dan masyarakat adalah sumber-sumber kolam kehidupan bagi seseorang, sehingga hal tersebut dapat
disediakan; 8. Fokus pada pertumbuhan di masa depan;
9. Keahlian dan kompetensi akan tumbuh secara baik melalui sebuah proses dukungan yang baik; dan
10. Orang umumnya mengetahui mengenai apa yang akan membantu dan yang tidak membantu pada kehidupan yang
dihadapinya. Sumber:
Miley, O’Melia, DuBois, 2001; Sheafor Horejsi, 2003
116 Tabel 5: Perbandingan dari Perspektif Deficits and Strengths
Perspektif Deficit Perspektif Strength
Gejala-gejala kumulatif = diagnosis
Keunikan, kemampuan, bakat, sumber-sumber individu =
kekuatan Fokus Intervensi pada diagnosis
‘problem’ Fokus intervensi pada
kemungkinan-kemungkinan Pratisi meragukan cerita klien
dan bertindak sebagai ‘ahli’ pada kehidupan klien
Praktisi memandang klien sebagai ahli dalam kehidupannya
dan menjadi seseorang yang mengetahui dari sisi luar
Permasalahan orang dewasa berakar dari trauma masa kanak-
kanak Trauma masa kanak-kanak tidak
memprediksi kejadian kehidupan di masa mendatang
Treatment diarahkan melalui
sebuah rencana treatment yang dibuat oleh praktisi
Intervensi diarahkan melalui aspirasi klien
Kemungkinan-kemungkinan klien dalam kehidupannya
dibatasi oleh pathology-nya Kemungkinan-kemungkinan
hidup terbuka Sumber-sumber untuk kegiatan
terapis ada dalam pengetahua dan keterampilan praktisi
Sumber-sumber kegiatan terapis ada dalam diri klien, keluarga,
masyarakat Kegiatan terapis fokus pada
pengurangan symtomology dan dampak negatifnya pada klien
Kegiatan terapis fokus pada bergeraknya klien ke masa depan
kehidupannya dengan kemungkinan-kemungkinan dan
visi kehidupannya
Diadaptasi dari D. Saleebey’s Comparison of pathology and strengths.
Sumber: Saleebey, 1996.
117
Ketika menggunakan perspektif kekuatan dalam praktek, para pekerja sosial juga memanfaatkan seluas mungkin prinsip-
prinsip, gagasan, keterampilan dan teknik-teknik praktek untuk mendukung dan memperoleh sumber-sumber klien dan dalam
lingkungan mereka menginisiasi perubahan, menggerakkan proses perubahan, dan memelihara perubahan tersebut
berlangsung Miley et al., 2001 Agar mampu mengintervensi dari perspektif kekuatan
secara efektif, pertama-tama para praktisi harus mengujinya sendiri
perspektif yang
mendasarinya dan
mampu mengemukakannya dengan membahasakan permasalahan-
permasalahan dalam perspektif kekuatan yang ada di masyarakat. Apakah Anda pekerja sosial benar-benar
mempercayai bahwa orang memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengelola hidupnya secara positif, atau Anda yakin
mereka tidak berdaya dan perlu diperbaiki? Perspektif Anda akan terkomunikasi melalui bahasa Anda. Apakah melihat
seseorang yang bermasalahan punya masalah atau tantangan ketika sedang mengalami kesulitan? Masalah memiliki sifat
demoralisasi, membuat kita merasa bersalah, dan umumnya membuat mental kita runtuh. Tantangan dapat dilihat sebagai
118
peluang-peluang untuk tumbuh dan menginspirasi untuk mendorong sumber-sumber kita secara internal dan eksternal
untuk memenuhi tantangan dan mencapai tujuan-tujuan kita. Ketika anda melihat perilaku yang tidak biasa, apakah
anda melihatnya sebagai penyakit pathology atau kekuatan? Ketika pekerja sosial fokus pada patologi sebagai pusat
perhatiannya dalam bekerja dengan klien, hal ini akan membatasi kemampuannya untuk melihat kekuatan yang
melekat pada diri kien atau penggunaan teknik dalam proses pertolongannya akan menutupi kekuatan kliennya. Saat
mendisain intervensi, apakah fokus pada apa yang tidak dilakukan di masa lalu atau menciptakan sesuatu di masa
depan? Perspektif akan masa ‘lalu’ dalam asumsi penanganan tentang kejadian masa lalu yang menyebabkan klien tidak ‘OK’
saat ini. Bergeser penekanan dari pandangan masa ‘lalu’ ke pemanfaatan kekinian dalam mengeskplorasi sumber-sumber,
opsi-opsi dan perencanaan untuk harapan di masa mendatang. Bergesernya fokus pekerjaan sosial dari kini dan masa depan
akan memiliki kekuatan melepaskan masa lalu dan melepaskan asumsi-asumsi negatif mengenai diri sendiri yang membuat
kita terjebak di dalamnya. Dennis Saleebey 2001,
119
menangkap peluang tantangan dalam transisi menuju suatu visi kekuatan dalam prakteknya, dengan menyatakan sebagai
berikut:
We are not asking you to forget the problems and pains that people may bring to your doorstep. Rather, we are asking
that you honor and understand those dilemmas, and that you also revise, fill out, expand, illuminate your understanding
with the realization that the work to be done, in the end, depends on the resources, reserves, and assets in and aorund
the individual, family or community p.221
Penerapan perspektif kekuatan menuntut para praktisi pekerjaan sosial untuk melakukan reorientasi kerangka berfikir
atau perspektif kekurangankelemahan atau patologi menuju perspektif kekuatan atau peluang kemungkinan. Tentunya
sebagai pekerja sosial, tidak begitu saja mengabaikan masalah, tetapi fokusnya pada kekuatan klien Sheafor Horejsi, 2007.
Dalam berinteraksi dengan klien, pekerja sosial harus bertanya kepada diri sendiri, apakah yang dilakukan oleh mereka benar?
Apa keterampilan hidup dia dalam menghadapi tantangan hidupnya? Sumber-sumber apa dalam dirinya yang dapat
dimanfaatkan baginya? Sumber-sumber lain apa di dalam keluarganya, teman-temannya dan komunitas yang dapat
memenuhi tantangan hidupnya dan menciptakan peluang bagi masa depannya?
120
F. Empowerment-Based Practice Model