120
F. Empowerment-Based Practice Model
Pekerjaan sosial memiliki tradisi yang panjang dalam praktek pemberdayaan. Dalam tahun-tahun belakangan ini, praktek-
praktek berbasis-pemberdayaan muncul dari kegiatan bersama kelompok-kelompok masyarakat terpinggirkan, yang tidak
berdaya, yang minim akses terhadap sumber, serta peluang- peluang untuk berkembang. Konsep kekuatan power dalam
konteks praktek pemberdayaan telah dijelaskan Gutierrez et el. 1995 melalui 3 tiga cara:
1. The ability to get what one wants; 2. The ability to imfluence how others think, feel, act,
or believe; 3. The ability to imfluence the distribution of
resources in sosial systems such as family, organization, community and society. p.535
Kekuatan yang
digambarkan dengan
cara tersebut
mengisyaratkan bahwa praktek intervensi akan membutuhkan pelaksanaan kegiatan pada berbagai level praktek multiple
level of practice yaitu individu, keluarga, organisasi,
komunitas dan nasional; dan bahwa dimensi kekuatan menekankan pada level personal, interpersonal, dan politis.
Untuk memperoleh kekuatan adalah dengan menjalaninya
121
sebagai pemikiran pengendalian atas kehidupan dan perasaan kompetensi. Individu yang mengalami perasaan kompetensi
kekuatan internal dalam kemampuannya maka akan mampu mengelola hidupnya sendiri, mengakses sumber-sumber sesuai
sistem kebutuhannya dan berkontribusi bagi masyarakat dan sumber-sumber sistem. Ketika seseorang memiliki kekuatan
interpersonal, akan mampu mempengaruhi orang lain dan mengetahui bahwa dirinya sendiri efektif dalam berinteraksi
dengan lainnya serta dihormati oleh lainnya Miley et al., 2001. Ketika orang mengalami kekuatan politis, interaksinya
dengan lingkungan lainnya menghasilkan akses terhadap sumber dan mengendalikan sumber tersebut.
Mengaktivasi kekuatan internal klien menuntut para pekerja sosial yang mampu memahami konteks kehidupan
klien person-in-environment dan menerima klien sebagai sumber kekuatan latent yang harus dibangunkan dan
dibangkitkan strengths perspetive. Membantu klien untuk mencapai kekuatan personal, interpersonal, dan politis
sehingga menuntut praktisi pekerjaan sosial yang mampu berkolaborasi dengan klien dan membantunya dalam
membangun intervensi pada level individu, keluarga, dan
122
komunitas. Kegiatan para praktisi pekerja sosial adalah mengakui, memudahkan, dan mendukung klien berhubungan
dengan kekuatan internalnya resource dan menggerakkan kekuatan
tersebut secara
lintas sistem
dengan cara
meningkatkan keahliannya melalui pembentukkan lingkungan yang sesuai dengan apa yang dia harapkan. Pekerja sosial
berupaya mencari cara untuk meningkatkan ‘rasa’ kompetensi mereka dan kemampuan mereka agar berupaya membangun
relasi secara efektif. Pada akhirnya, membangun klien dengan mengidentifikasi
cara-cara untuk
memperoleh dan
berkontribusi terhadap sumber-sumber masyarakat. Untuk melakukan hal tersebut, fokus prakteknya harus menekankan
pada potensi-potensi dan daya lentur resiliencies klien, dan meminimalisasi kerentanan klien Miley et al., 2001
G. Perspektif Generalis