Perspektif Ekologis DASAR PENGETAHUAN PEKERJAAN SOSIAL.

101 Lecroy, Lortie, 2006. Pendekatan ganda dualistic approach dalam intervensi dilakukan baik kepada klien maupun lingkungannya.

B. Perspektif Ekologis

Perspektif the person-in-environment dalam praktek pekerjaan sosial diperluas dan dimanfatkan sebagai pengembangan lebih jauh lagi dari peralihan konsep-konsep teori sistem umum dalam ilmu-ilmu eksakta,yang diaplikasikan pada kehidupan sistem keluarga manusia. Perspektif ekologis membantu para pekerja sosial untuk memahami lebih mendalam kompleksitas kondisi manusia dalam konteks berbagai sub sistem kehidupan ekologis mereka. Meminjam sejumlah konsep dari ekologi kajian tentang organisme dan hubungannya dengan lingkungan, perspektif ekologis menyediakan banyak konsep konkrit untuk memahami orang dalam lingkungan lebih dari teori sistem yang dapat lakukan. Sebagai contoh, gagasan ‘goodness of fit’ diantara seseorang dan lingkungan adalah muncul dari kerangka ekologis dan menyediakan yang sebuah lensa untuk menilai keberadaan perilaku adaptif seseorang yang mendukung pertumbuhan dan kesehatan a good fit atau 102 mendukung suatu penurunan keberfungsian bad fit fisik, sosial atau psikologis. Konsep penting lainnya adalah bahwa bagian dari memahami seseorang dalam lingkungannya yang diperkenalkan melalui kerangka ekologis adalah peranan stress and coping measure yang individu bawa ke dalam lingkungannya, dan kemampuan mereka berelasi, atau membangun kedekatan, persahabatan dan hubungan keluarga yang positif, serta semua hal yang menjadi sumber ketika menemui tantangan kehidupan Germain Gitterman, 1997. Perspektif ekologis juga menantang para pekerja sosial untuk berfikir pada pola-pola lebih kompleks yang menggambarkan pola timbal-balik dan saling interaksi antara individu-individu, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi, dan lembaga-lembaga Germain Gitterman, 1997. Pemikiran logis biasanya cenderung lurus linear, dimana kita berfikir hubungan antara suatu penyebab dan dampak effect dari dua kejadian, sementara itu pemikiran ekologis ecological thingking menuntut bahwa pekerja sosial untuk memahami timbal-balik interaksi dari seseorang dalam lingkungannya. Dalam pemikiran logis, A menyebabkan B, dan selesai. Dalam pemikiran ekologis, A berdampak pada B, yang merubah B, 103 perubahan tersebut berbalik berdampak pada A, yang merubah A, yang perubahan tersebut berbalik pada B dan begitu seterusnya. Sebagai contoh, seorang ibu yang memandang tantangan toilet training bagi anaknya yang berusia 2 tahun sebagai tahap perkembangan yang normal dan tugasnya dapat dipenuhi oleh anaknya menjadi relatif lebih mudah dan menyenangkan, daripada bagi seorang ibu yang melihat anaknya yang seringkali tidak konsisten dalam toilet training sebagai perilaku menyimpang. Ibu ini melihat anaknya bermasalah, sementara ibu yang pertama tidak. Jelas-jelas, bahwa toilet training merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal akan mampu menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi anak good fit untuk memenuhi tugas kritis tersebut daripada ibu kedua yang melihat anaknya yang berumur dua tahun kurang baik dalam ber-toilet sebagai sebuah masalah kedisiplinan bad fit. Setiap respon ibunya akan membentuk perasaan anak akan dirinya sendiri dan perasaan akan kompetensinya. Pengalaman keberhasilan dalam membentuk lingkungan kita akan menumbuhkan harga diri dan rasa kompetensi. 104 Dari perspektif pekerjaan sosial, kedua ibu tersebut merupakan bagian dari lingkungan yang juga dapat meningkatkan atau menghambat potensi perkembangan anak mereka. Timbal balik hubungan antara individu dan lingkungannya yang berarti bahwa sebagai individu, kita bergerak dan membentuk sekitar kita, dan bahwa lingkungan sekitar kita juga memberi dampak atau berpengaruh kepada kita. Sebagai contoh, seorang ibu yang yang menghargai dan mengenali kemampuan anak-anak mereka dalam saat toilet training berdampak pada pikiran kompetensi dan harga diri si anak. Sebagaimana juga seorang anak merespon dengan bangga kemampuan menyelesaikan tugasnya, si ibu merasakan pula kompetensi peranan dirinya sebagai seorang ibu. Baik si ibu maupun si anak saling membentuk rasa nyaman atau menyenangkan. Sebaliknya, bagi si ibu yang melihat toilet training sebagai masalah kedisiplinan dan meresponnya dengan hukuman dan kemarahan, hal yang sama mempengaruhi perasaan harga diri anaknya. Si anak mungkin akan meresponnya dengan ketakutan, bingung, dan merasa tidak nyaman ketika berupaya memenuhi tuntutan ibunya. Kesalahan atau kegagalan anak dalam toilet training patut diduga merupakan bukti ketidaksesuaian peran yang dilakukan 105 si ibu. Dalam kedua kasus tersebut, anak dan ibu saling berkontribusi pada tingkat ketegangan atau kebahagiaan mereka yang mereka alami saat melakukan tugas toilet training dan berperan sebagai seorang ibu. Dalam kotak berikut, akan dikemukakan secara singkat pusat dari konsep-konsep penting untuk memahami perspektif ekologis dalam mengkaji goodness of fit antara seseorang dan lingkungannya. Tabel 2:Konsep-Konsep Perspektif Ekologis Person: Environment Fit: Hubungan antara seorang individu atau kelompok dan lingkungan fisik serta sosial dalam konteks historis dan budaya. Ketika lingkungan mendukung pertumbuhan dan kesehatan, dengan demikian ‘good fit’ antara orang dan lingkungan adalah ada. Adaptation: perubahan internal atau eksternal dari diri atau sesuatu lingkungan yang memelihara atau meningkatkan goodness of fit antara seorang individu dan lingkungan. Life Stressors: peristiwa atau isu-isu kehidupan kritis yang mengganggu goodness of fit antara seorang individu dan ingkungan. Isu-isu umum tersebut termasuk kejadian-kejadian traumatik, seperti kehilangan seseorang, pekerjaan, atau kesehatan; transisi kehidupan penting seperti pernikahan, perceraian, atau pensiun; isu-isu besar yang merusak goodness of fit dan selalu terbawa pada kehidupan lain sepertihalnya kemiskinan dan penindasan Stress: Suatu respon internal terhadap stressors kehidupan yang menimbulkan emosi negatif seperti rasa salah, cemas, depresi, kehilangan, atau takut, dan hasil dari diri perasaan seseorang yang kurang kompeten, menghasilkan suatu rendahnya level kedekatan, harga diri, dan arah diri. 106 Coping Measures: Perilaku individu yang berinisiasi untuk merespon stressors kehidupan dengan cara memperbaiki atau memperkuat hal-hal baik antara individu dan lingkungan. Relatedness: Suatu kemampuan untuk membentuk kedekatan keeratan dengan teman, keluarga, mitra kerja, dan tetangga dan memelihara rasa kepemilikan atas dunia. Competence: Manakala individu diseediakan peluang-peluang untuk membentuk lingkungannya dari sejak bayi, mereka akan memiliki peluang untuk membangun keberhasilan. Pengalaman-pengalaman keberhasilan yang diperoleh akan menyediakan suatu perasaan kompetensi kemampuan pada pembentukan dan mengelola lingkungannya. Self-Esteem: Mewakili suatu asesmen diri sebagai penghormatan akan cinta dan penghargaan. Orang dengan harga diri tinggi merasa lebih mampu, bernilai, dan dihargai. Pada orang yang harga dirinya rendah memahami dirinya secara tidak sesuai, tidak dapat dicintai, rendah diri dan tak dihormati, serta seringkali mengalami depresi. Bagaimana kita merasakan diri kita sendiri secara mendalam sangat dipengaruhi oleh pemikiran dan perilaku. Self-Direction: Kapasitas untuk membuat putusan, mengendalikan kehidupan diri dan menyalurkan hasrat di jalurnya, ketika diberi tanggung jawab untuk membuat keputusan dan mengatur kehidupan dengan tetap menghormati hak-hak dan kebutuhan orang lain. Kemampuan untuk mengarahkan diri sangat berkaitan erat dengan perasaan berdaya power dan tidak berdaya powerless. Jika seorang individu tidak diberi peluang untuk membuat keputusan dan mengarahkan hidup mereka sendiri, mereka akan merasa tidak berdaya dan pengelolaan dirinya lemah. Hidup dalam kondisi tertekan tertindas membuat orang lain merebut keberdayaan mereka dan dapat mempengaruhi kemampuan mereka mengelola diri. Habitat: Merujuk pada sifat dan lokasi dari wilayah ‘home’ seseorang atau tempat yang membuat mereka paling home. Beberapa istilah yang seringkali diterapkan berkaitan dengan habitat yaitu nesting place, home range, atau territory. Untuk kebutuhan manusia termasuk pemukiman, sekolah, tempat kerja, atau tempat main, dan perilaku-perilaku orang dengan spacenya. 107 Niche: Posisi atau rangkin sosial dalam suatu masyarakat, atau status yang dipegang dalam keluarga, dengan para pekerja atau dalam masyarakat. Sebagai contoh, seorang lelaki mungkin menjadi pemimpin keluarga, boss di tempat kerja, dan seorang penjaga keamanan lokasi hiburan, semuanya mengindikasikan level tinggi dari status lintas habitat. Sebaliknya, seorang lelaki mungkin tidak berkeluarga, tidak bekerja, dan gelandangan di masyarakat, semuanya menunjukkan status rendah lintas habitat. Sumber: German Gitterman, 1997 Pusat perhatian dari model ekologis adalah mengartikulasikan transisi permasalahan-permasalahan dan kebutuhan-kebutuhan individu, keluarga, dan kelompok kecil. Sekali permasalahan dan kebutuhan tersebut terindentifikasi, pendekatan intervensi akan dipilih dan diterapkan untuk membantu individu, kelompok, dan keluarga tersebut mengatasi permasalahan transisi dan pemenuhan kebutuhannya. Dalam contoh-contoh sebelumnya model ekologis juga fokus pada permasalahan maladaptive dan kebutuhan interpersonal. Juga berupaya mengartikulasi proses- proses komunikasi maladaptive dan pola-pola relasi keluarga dan kelompok yang disfungsional.

C. Life Model Praktek Pekerjaan Sosial