84
bagian yang mereka hadapi, sehingga pekerja sosial dapat memperoleh manfaat dari pengalaman untuk selanjutnya akan
mendapatkan pencerahan pengetahuan baru di masa depan. Sehingga proses pertolongan di kemudian hari akan lebih baik
lagi.
B. Ide dan Rasa
Aspek ini akan mengkaitkan antara gagasan pemikiran dengan perasaan pekerja sosial sebagai manusia. Ide dan rasa
seringkali saling pengaruh mempengaruhi dalam proses praktek pekerjaan sosial. Aspek ide berkaitan erat dengan
kognitif, sedangkan aspek rasa berkaitan dengan emosional. Aspek ‘kognitif’ dari pekerjaan sosial adalah—apa yang perlu
diketahui, proses pemikiran apa yang perlu dilakukan, dan seterusnya. Namun demikian, kita juga perlu mencatat bahwa
terdapat juga dimensi emosional yang perlu dipertimbangkan. Hal ini dapat diterapkan dengan dua cara:
1. Kita perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman akan isu-isu emosional agar dapat berpraktek secara efektif.
Sebagai contoh, dalam perkembangan manusia, kita perlu mempertimbangkan isu apa yang berkaitan
85
dengan rasa kehilangan dan dampak kedukaan serta rasa sedih terhadap manusia. Sama halnya, dalam
interaksi antar manusia atau kelompok, dimensi emosional nampaknya akan begitu sangat signifikan,
yang sangat berperan penting dalam dinamika interpersonal dan kelompok. Perlu dicatat bahwa
dimensi emosional pekerjaan sosial tidak hanya berkenaan dengan perasaan dan respon emosi dari klien
dan perawatnya, tetapi juga dengan pekerja sosial itu sendiri. Para pekerja sosial adalah manusia yang selalu
berhadapan secara emosional dengan situasi tertentu, dan oleh karenanya ia seharusnya tidak memandang
rendah makna penting pemahaman dimensi emosinal. Para pekerja sosial tidak kebal dengan penderitaan yang
dihadapi dan dirasakan oleh setiap orang. Pekerja sosial juga manusia.
2. Aspek lain dari pengetahuan dan pembelajaran adalah signifikansi dalam istilah emosional. Sebagai contoh,
dalam pembelajaran mengenai diskriminasi dan penindasan, kita seharusnya suka atau tidak
mempelajari isu atau asumsi berkaitan dengan hal tersebut, khususnya berkait dengan apakah terdapat
86
stereotypes atau pandangan awal negatif prejudice
tentang individu, kelompok atau aspek-aspek tertentu dari kehidupan sosial.
Basis pengetahuan pekerja sosial kemudian tidak seharusnya dipandang sebagai sesuatu yang sulit dan kaku mekanis,
bersifat seperti mesin, tetapi harus dapat dengan mudah dibedakan, karena banyak isu berkaitan dengan perasaan dan
respon emosional yang tidak pasti. Dua faktor perangkat yaitu ide dan rasa, harusnya dipadukan, keduanya akan saling
mempengaruhi tindakan para pekerja sosial. Konsekuensinya adalah sangat penting bagi para pekerja sosial untuk
menempatkan dimensi emosional dalam praktek sebagai bagian dari elemen kognitif pengetahuan dan pemikiran. Para pekerja
sosial perlu mengembangkan dengan apa yang disebut dengan kecerdasan emosional emotional inteligence. Setiap pekerja
sosial akan membawa serta rasa dan pemikiran masing-masing dalam praktek pertolongan, yang berbeda dengan pekerja sosial
lainnya. Meskipun para pekerja sosial tersebut memperoleh bekal pengetahuan dan ketereampilan praktek pekerjaan sosial
yang sama.
Berpadunya pengetahuan
knowledge,
87
keterampilan skill dan sikaprasa attittude dalam praktek pertolongan pekerjaan sosial akan melahirkan ‘arts’ seni dari
setiap masing-masing individu para pekerja sosial. Setiap pekerja sosial akan mengembangkan kekhasan masing-masing,
ketika mampu memadukan potensi dirinya knowledge, skill dan attittude melalui praktek pertolongan. Teruslah
berpraktek, banyak lah berpraktek, maka akan makin terbangun kekhasan dan kemapanan yang berujung pada efektifitas
pelayanan yang dilakukan oleh para pekerja sosial, yang ujung akhirnya adalah untuk kemanfaatan optimal pengguna layanan
beneficiaries.
C. Tetaplah Berpraktek