1 satu tahun, dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi setinggi-tingginya 20 dua puluh persen setahun.
f. Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 satu tahun, dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 2. g.
Apabila terjadi pengalihan harta tak berwujud atau hak-hak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 4, dan ayat 5,
maka nilai sisa buku harta atau hak-hak tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yang diterima sebagai penggantian
merupakan penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan harta. h.
Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 3 huruf a dan huruf b,
yang berupa harta tak berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang
mengalihkan.
G. Tarif Pajak Penghasilan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan:
a. Pasal 17 ayat 1 huruf b
Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah
sebesar 28 dua puluh delapan persen.
b. Pasal 17 ayat 2a
Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b menjadi 25 dua puluh lima persen yang mulai berlaku sejak tahun pajak
2010. c.
Pasal 31E Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai
dengan Rp 50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50 lima puluh persen
dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat1 huruf b dan ayat 2a yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 empat miliar delapan ratus juta rupiah.
H. Cara Penghitungan Pajak Penghasilan PPh Terutang Wajib Pajak
Badan.
Secara umum, pajak penghasilan yang terutang dihitung dengan formula sebagai berikut:
PPh Terutang = Tarif Pajak x Penghasilan Kena Pajak PKP Berikut ini formula penghitungan PKP menurut Resmi 2011:129:
Gambar II.1. Formula penghitungan PKP
Dalam hal tidak terdapat rugi tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.
PKP = =
Penghasilan neto Penghasilan bruto – pengurangbiaya yang diperkenankan sesuai UU
PPh Dalam hal terdapat rugi tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.
PKP = =
Penghasilan neto – kompensasi kerugian Penghasilan bruto – pengurangbiaya yang diperkenankan UU PPh
– kompensasi kerugian
Sumber: Resmi 2011:129.
I. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Akuntansi dengan Laporan
Keuangan menurut Pajak Menurut Suandy 2008:78, adanya perbedaan pengakuan
penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak.
Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi komersial yang mendasarkan laba pada konsep dasar akuntansi yaitu
penandingan antara pendapatan dengan biaya-biaya terkait matching cost against revenue
, sedangkan dari segi fiskal tujuan utamanya adalah penerimaan negara. Dalam penyusunan laporan keuangan menurut pajak,
Wajib Pajak harus mengacu pada peraturan perpajakan, sehingga laporan keuangan komersial yang dibuat berdasarkan SAK harus disesuaikan
terlebih dahulu sebelum menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Penyesuaian fiskal merupakan penyesuaian-penyesuaian yang
harus dilakukan oleh Wajib Pajak yang disebabkan adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan atau biaya antara laporan keuangan komersial
dan laporan keuangan menurut pajak. Ada dua macam penyesuaian fiskal, yaitu:
1. Penyesuaian fiskal positif.
Penyesuaian fiskal positif terjadi jika ada penyesuaian pos-pos neracalaba rugi yang menyebabkan jumlah laba bersih sebelum pajak
pada laporan keuangan menurut pajak menjadi lebih besar dibandingkan dengan laporan keuangan komersial.
2. Penyesuaian fiskal negatif.
Penyesuaian fiskal negatif terjadi jika ada penyesuaian pos-pos neracalaba rugi menyebabkan laba menurut pajak menjadi lebih kecil
apabila dibandingkan dengan laba menurut laporan komersial. Perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan
keuangan secara fiskal dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1.
Perbedaan Waktu Timing Differences Perbedaan waktu adalah perbedaan yang bersifat sementara karena
adanya ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara peraturan perpajakan dan SAK. Perbedaan waktu dapat dibagi menjadi
perbedaan waktu positif dan perbedaan waktu negatif. Perbedaan waktu positif terjadi apabila pengakuan beban untuk akuntasi lebih
lambat dari pengakuan beban untuk pajak atau pengakuan penghasilan untuk tujuan pajak lebih lambat dari pengakuan penghasilan untuk
tujuan akuntansi. Perbedaan waktu negatif terjadi jika ketentuan perpajakan mengakui beban lebih lambat dari pengakuan beban
akuntansi komersial atau akuntansi mengakui penghasilan lebih lambat dari pengakuan penghasilan menurut ketentuan pajak.
2. Perbedaan TetapPermanen Permanent Differences
Perbedaan tetappermanen adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan
perhitungan laba menurut SAK tanpa ada koreksi di kemudian hari. Perbedaan permanen dapat positif apabila ada laba akuntansi yang
tidak diakui oleh ketentuan perpajakan dan pembebasan pajak, sedangkan perbedaan permanen negatif disebabkan adanya
pengeluaran sebagai beban laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan fiskal.
J. Surat Pemberitahuan SPT
Pasal 1 angka II Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa:
“Surat Pemberitahuan SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan danatau pembayaran
pajak, Objek Pajak danatau bukan Objek Pajak danatau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.” Pasal 3 Undang-Undang KUP juga menegaskan kewajiban bagi
setiap Wajib Pajak untuk mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka Arab,
satuan mata uang rupiah, dan menandatangani serta menyampaikan ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak.
K. Koperasi
1. Pengertian Koperasi
Menurut UU No. 25 Tahun 1992 pasal 1, koperasi adalah badan usaha dengan melandaskan kegiatannya pada prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
2. Landasan, Asas, dan Tujuan Koperasi
Menurut UU No. 25 Tahun 1992 pasal 2, koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar
atas asas kekeluargaan. Menurut UU No. 25 Tahun 1992 pasal 3, koperasi bertujuan
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
3. Fungsi dan Peran Koperasi
Menurut UU No. 25 Tahun 1992 pasal 4, Fungsi dan peran Koperasi adalah:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan
ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat; c.
Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai
sokogurunya; d.
Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
4. Prinsip Koperasi
Menurut UU No. 25 Tahun 1992 pasal 5 ayat 1, koperasi Indonesia melaksanakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil dan sebanding
dengan besarnya jasa masing-masing anggota. d.
Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal e.
Kemandirian Menurut UU No. 25 Tahun 1992 pasal 5 ayat 2. dalam
mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula prinsip Koperasi sebagai berikut:
a. pendidikan perkoperasian;
b. kerja sama antarkoperasi.
5. Perangkat Organisasi Koperasi
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 pasal 21, perangkat organisasi Koperasi terdiri dari:
a. Rapat Anggota;
b. Pengurus;
c. Pengawas.
6. Modal Koperasi
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 pasal 41 ayat 1, modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Yang
dimaksud dengan modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko atau disebut modal ekuiti.
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 pasal 41 ayat 2 menyatakan bahwa modal sendiri dapat berasal dari:
a. Simpanan pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada Koperasi pada saat masuk
menjadi anggota serta tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
b. Simpanan wajib
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada Koperasi dalam
waktu dan kesempatan tertentu serta tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
c. Dana cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk
modal sendiri dan untuk menutup kerugian Koperasi bila diperlukan.
d. Hibah
Hibah adalah pemberian sejumlah uang atau barang modal yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang sifatnya
pemberian dan tidak mengikat.
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 pasal 41 ayat 3 menyatakan bahwa Modal pinjaman dapat berasal dari:
a. Anggota
b. Koperasi lainnya danatau anggotanya
c. Bank dan lembaga keuangan
d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya
e. Sumber lain yang sah.
7. Sisa Hasil Usaha SHU
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 pasal 45 ayat 1, Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang
diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 pasal 45 ayat 2, Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana
cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan Koperasi, serta
digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari Koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
8. Jenis Koperasi
Menurut PSAK No. 27 tahun 2007, koperasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis koperasi, yaitu:
a. Koperasi Simpan PinjamKredit
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dana dari para anggotanya, untuk
kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota yang memerlukan bantuan dana. Kegiatan utama koperasi simpan
pinjam adalah menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi.
b. Koperasi Konsumen
Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari para konsumen akhir atau pemakai barang atau jasa. Kegiatan
utama koperasi konsumen adalah melakukan pembelian bersama. c.
Koperasi Pemasaran Koperasi pemasaran adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari
para produsen atau pemilik barang atau penyedia jasa. Tujuan utama koperasi pemasaran adalah untuk menyederhanakan rantai
tata niaga dan mengurangi sekecil mungkin keterlibatan para pedagang perantara dalam memasarkan produk-produk yang
mereka hasilkan. d.
Koperasi Produsen Koperasi produsen adalah koperasi yang para anggotanya tidak
memiliki badan usaha sendiri tetapi bekerja sama dalam wadah koperasi untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa.
Kegiatan utama koperasi produsen adalah menyediakan, mengoperasikan, dan mengelola sarana produksi bersama.
L. Pendapatan dan Beban Koperasi