Tabel V.3Penjelasan Perhitungan Hasil Usaha Koperasi Pelita Yogyakarta Lanjutan.
6. BEBAN PENYUSUTAN
6.13. Beban Penyusutan Bangunan
6.14. Beban Penyusutan Peralatan
20.795.349 6.15.
Beban Penyusutan Kendaraan 2.000.000
6.16. Beban Penyusutan Aktiva Lain
1.000.000 Jumlah 23.795.349
7. BEBAN PEMELIHARAAN
7.13. Beban Pemeliharaan Kendaraan
916.100 7.14.
Beban Pemeliharaan Peralatan 3.471.500
7.15. Beban Pemeliharaan Gedung
Jumlah 4.387.600 8.
BEBAN ADMS. UMUM RT 9.575.835
9. BEBAN LAIN-LAIN USAHA
2.200.000 10.
BEBAN TRANSPORT 10.180.000
11. BEBAN PBB
202.109 12.
BEBAN TELEPHONE 3.740.335
13. BEBAN SERAGAM
2.919.394 14.
BEBAN KONSULTASI KOPERASI PEMBINAAN
5.300.000 15.
BEBAN LISTRIK 5.882.605
16. BEBAN PENGHARGAAN MASA
KERJA 17.
BEBAN PINDAH KANTOR 15.887.700
18. BEBAN OPERASIONAL TOKO
440.000 TOTAL BEBAN USAHA
894.575.519 C.
HASIL USAHA OPERASIONAL A-B 266.632.768
D. BEBAN PERKOPERASIAN
1. Beban Hari Koperasi
6.000.000 2.
Beban Pengembangan Organisasi 120.000.000 3.
Beban Pendidikan untuk Anggota 6.431.000
Jumlah 132.431.000
E. SHU SETELAH BEBAN
PERKOPERASIAN C-D 134.201.768
F. PENDAPATAN BEBAN LAIN-LAIN
1. Pendapatan Lain-Lain
1.1. SHU PKP-RI
4.453.149 1.2.
Pendapatan Lain-Lain 3.945.621
1.3. Pendapatan Bunga Bank
5.377.572 Jumlah
13.776.342 147.978.110
2. Beban Lain-Lain
2.1. Kerugian Lain
6.633.767 2.2.
Beban Bantuan Beasiswa 11.300.000
Tabel V.3Penjelasan Perhitungan Hasil Usaha Koperasi Pelita Yogyakarta Lanjutan.
2.3. Beban Sosial
1.913.500 Jumlah
19.847.267 F.
SHU SEBELUM PAJAK E-F 128.130.843
G. PAJAK PENGHASILAN
16.016.355 H.
SHU SETELAH PAJAK G-H 112.114.488
Sumber: Koperasi Pelita Yogyakarta.
2. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan.
Berikut ini peneliti sajikan penghitungan PPh terutang yang dilakukan oleh Koperasi Pelita berdasarkan penghitungan yang ada dalam SPT Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan: Tabel V.4 Penghitungan PPh Terutang Koperasi Pelita tahun 2011.
1. Jumlah Penghasilan Neto Komersial
Rp 128.130.843,00 2. Penghasilan yang Dikenakan PPh Final dan yang
Tidak Termasuk Objek Pajak -
3. Penyesuaian Fiskal
Positif -
4. Penyesuaian Fiskal
Negatif -
5. Fasilitas Penanaman Modal Berupa Pengurangan Penghasilan Neto
- 6.
Penghasilan Neto Fiskal 1 – 2 + 3 – 4 - 5 Rp 128.130.843,00
7. Kompensasi Kerugian
Fiskal -
8. Penghasilan Kena Pajak
Rp 128.130.843,00 9.
PPh Terutang 50 x 25 x PKP Rp 16.016.355,00
Sumber: SPT Tahunan Koperasi Pelita Yogyakarta.
Berikut ini penghitungan PPh Pasal 25 yang dibayarkan Koperasi Pelita Yogyakarta Tahun 2011 setiap bulannya:
PPh Pasal 25 = 112 x PPh Terutang Setahun = 112 x Rp 16.016.355,00
= Rp 1.334.696,00
B. Analisis Data
Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam menjawab rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Membandingkan antara penghitungan PPh yang dilakukan oleh koperasi
dengan penghitungan PPh menurut peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Komponen yang dibandingkan meliputi:
a. Cara menentukan penghasilan bruto yang menjadi objek pajak.
Penghitungan penghasilan bruto yang termasuk objek pajak di Koperasi Pelita ditentukan dengan menjumlahkan semua pendapatan,
baik yang diterima dari hasil penjualan barang toko, pendapatan simpan pinjam maupun pendapatan yang diterima dari luar penjualan
yang bersifat menambah kekayaan koperasi. Berikut ini merupakan penjelasan dari pendapatan yang diterima Koperasi Pelita:
1 Penjualan Barang Toko
Penjualan Barang Toko merupakan penjualan atas barang dagangan di Koperasi Pelita selama tahun 2011. Koperasi
mengakui Penjualan Barang Toko sebesar Rp515.604.300,00 sebagai penghasilan yang termasuk dalam objek pajak. Penghasilan
atas penjualan ini dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri bagian peredaran usaha.
2 Pendapatan Simpan Pinjam
Pendapatan Simpan Pinjam sebesar Rp1.126.911.741,00 merupakan pendapatan bunga yang diterima koperasi atas
pemberian pinjaman kepada anggota koperasi. Koperasi mengakui Pendapatan Simpan Pinjam sebagai penghasilan bruto yang
termasuk objek pajak dan dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri.
3 SHU PKP-RI
SHU PKP-RI merupakan pembagian hasil usaha dari PKP- RI koperasi sekunder karena keterlibatan Koperasi Pelita
koperasi primer sebagai anggota. Koperasi Pelita merupakan Koperasi Simpan Pinjam dan Waserda. Dalam hal ini Koperasi
Pelita mendapatkan pinjaman modal dari PKP-RI. SHU PKP-RI sebesar Rp4.453.149,00 dilaporkan di lampiran I: Penghasilan
Neto Komersial Dalam Negeri. 4
Pendapatan Lain-Lain Koperasi menjalin kerja sama dengan toko elektronik dan
toko alat optik. Pendapatan Lain-Lain merupakan pendapatan atas komisi yang diperoleh koperasi dari penjualan barang elektronik
dan alat optik untuk kebutuhan anggota. Koperasi mengakui Penghasilan lain-lain sebesar Rp3.945.621,00 ini sebagai
penghasilan yang termasuk objek pajak dan dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri.
5 Pendapatan Bunga Bank
Pendapatan Bunga Bank merupakan pendapatan bunga atas kas usaha simpan pinjam yang disimpan di bank. Penghasilan
Bunga Bank sebesar Rp5.377.572,00 dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri.
Penghitungan penghasilan bruto yang menjadi objek pajak berdasarkan penjelasan UU PPh ditentukan dengan menjumlahkan
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk
konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut sesuai Pasal 4 ayat 1. Berikut ini penjelasan mengenai pendapatan yang diterima
Koperasi Pelita berdasarkan UU PPh: 1
Penjualan Barang Toko Pasal 4 ayat 1 UU PPh menyebutkan bahwa yang menjadi
objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk hasil penjualan barang toko. Penghasilan sebesar
Rp515.604.300,00 harus dilaporkan di lampiran I: Penghasilan neto komersial dalam negeri bagian peredaran usaha 1a.
2 Pendapatan Simpan Pinjam
Pasal 4 ayat 1 huruf f menyebutkan bahwa Pendapatan Simpan Pinjam merupakan salah satu penghasilan yang termasuk
objek pajak. Pendapatan yang diakui sebesar Rp1.126.911.741,00
dan dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri bagian peredaran usaha 1a.
3 SHU PKP-RI
Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 huruf g, SHU PKP-RI ini termasuk objek pajak penghasilan. Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak Nomor SE-01PJ.441992 tentang Perlakuan PPh Terhadap Sisa Hasil Usaha SHU Koperasi butir 4 mengungkapkan bahwa
SHU koperasi yang bukan berasal dari kegiatan semata-mata dari dan untuk anggota sesuai ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Pajak
Penghasilan 1984 ialah objek pajak bagi koperasi. SHU PKP-RI bukan berasal dari kegiatan semata-mata dari dan untuk anggota.
SHU PKP-RI sebesar Rp4.453.149,00 tersebut harus dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri.
4 Pendapatan Lain-Lain
Pasal 4 ayat 1 huruf a menyebutkan bahwa yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk
komisi. Penghasilan sebesar Rp3.945.621,00 ini seharusnya dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial Dalam
Negeri huruf e yaitu penghasilan dari luar usaha.
5 Pendapatan Bunga Bank
Pendapatan Bunga Bank termasuk dalam Pasal 4 ayat 2 huruf a yang menyebutkan bahwa penghasilan yang dikenai pajak
bersifat final ialah penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan
bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi. Pendapatan tersebut tidak termasuk objek
pajak, maka penghasilan tersebut tidak boleh digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenai tarif umum. Berdasarkan PP Nomor
131 Tahun 2000, pendapatan bunga bank ini dikenakan tarif sebesar 20 dari jumlah bruto. Penghasilan tersebut seharusnya
dilaporkan di lampiran IV: Bagian A PPh Final setelah itu dipindahkan ke lampiran I nomor 4: Penghasilan yang dikenakan
PPh Final dan Penghasilan yang tidak termasuk dalam objek pajak. Cara menentukan penghasilan bruto yang menjadi objek pajak
menurut koperasi tidak sama dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Bagi koperasi, seluruh penghasilan yang
diterima dapat diakui sebagai objek pajak, sedangkan menurut UU PPh tidak semua penghasilan dapat diakui sebagai objek pajak.
Berdasarkan hal tersebut, elemen-elemen yang dijumlahkan menjadi berbeda sehingga hasil penghitungan penghasilan bruto yang diperoleh
pun menjadi berbeda. Selisih hasil penghitungan penghasilan bruto yang dihitung Koperasi Pelita dengan peneliti berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku ialah sebesar Rp5.377.572,00. Perbedaan hasil penghitungan tersebut dapat dilihat
pada tabel V.5 di bawah ini: Tabel V.5 Perbandingan Hasil Penghitungan Penghasilan Bruto.
No. Keterangan Koperasi
Pelita UU PPh
1. Penjualan Barang
Toko Rp 515.604.300,00
Rp 515.604.300,00 2.
Pendapatan Simpan Pinjam
1.126.911.741,00 1.126.911.741,00
3. SHU PKP-RI
4.453.149,00 4.453.149,00
4. Pendapatan Lain-
Lain 3.945.621,00
3.945.621,00 5.
Pendapatan Bunga Bank
5.377.572,00 -
Total Rp 1.656.292.383,00
Rp 1.650.914.811,00
Sumber: Data Diolah.
b. Cara menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak PKP.
Penghitungan besarnya PKP menurut penghitungan di Koperasi Pelita ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang terdiri dari harga pokok barang toko, beban usaha, beban perkoperasian serta
beban lain-lain yang dikeluarkan selama tahun 2011. Koperasi menganggap bahwa semua biaya yang dikeluarkan selama tahun 2011
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk penghitungan PKP. Berikut ini merupakan penjelasan dari biaya-biaya yang dikeluarkan
Koperasi Pelita selama tahun 2011: 1
Harga Pokok Barang Toko Harga Pokok Barang Toko sebesar Rp481.307.754,00
merupakan harga perolehan barang dagangan yang dijual di toko Koperasi Pelita. Harga Pokok Barang Toko ini diakui sebagai
biaya yang dilaporkan di lampiran II: Perincian Harga Pokok Penjualan, kemudian dipindahkan di lampiran I: Penghasilan Neto
Komersial dalam Negeri. 2
Beban Keuangan Beban Keuangan yang diakui koperasi sebagai pengurang
penghasilan bruto, dan dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya bagian Biaya Bunga Pinjaman yaitu Rp313.898.492,00,
kemudian dilaporkan juga di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. Beban Keuangan terdiri dari:
a Bunga Simpanan sebesar Rp222.611.564,00 merupakan bunga
yang dibayarkan koperasi kepada anggota selama tahun 2011 atas uang simpanan anggota.
b Bunga Pinjaman sebesar Rp68.908.928,00 merupakan beban
bunga yang harus dibayar koperasi atas pinjaman yang diterima.
c Beban Bunga BankBBM sebesar Rp16.000.000,00 merupakan
beban bunga yang harus dibayar koperasi atas dana bergulir BBM yang diperoleh koperasi.
d Beban Administrasi Pinjaman sebesar Rp167.000,00
merupakan beban administrasi yang harus dibayar koperasi atas pinjaman modal yang diterima.
e Beban Administrasi Bank sebesar Rp211.000,00 merupakan
beban yang secara rutin dibayar oleh koperasi atas tabungan yang berada di bank.
f Beban Administrasi Bank, Resiko PKP RI Rp6.000.0000,00
merupakan beban yang harus dibayar koperasi atas pinjaman modal yang diperoleh dari PKP-RI.
3 Beban Organisasi
Beban Organisasi merupakan beban yang dikeluarkan berkaitan dengan kegiatan organisasi selama tahun 2011. Beban
Organisasi yang diakui koperasi sebagai pengurang penghasilan bruto, dan dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yaitu
Rp259.255.900,00, kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. Beban Organisasi
terdiri dari: a
Beban RAT sebesar Rp185.000.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan koperasi untuk Rapat Anggota Tahunan.
b Beban Transpot Piket Pengurus sebesar Rp31.800.000,00
merupakan beban yang dikeluarkan untuk honor piket bagi pengurus.
c Beban Transpot Piket Pengawas sebesar Rp24.600.000,00
merupakan beban yang dikeluarkan untuk honor piket bagi pengawas.
d Beban Rapat Pengurus sebesar Rp1.721.000,00 merupakan
beban yang dikeluarkan untuk kegiatan rapat khusus pengurus koperasi.
e Beban Rapat Pengurus, Pengawas sebesar Rp4.712.500,00
merupakan beban yang dikeluarkan untuk kegiatan rapat antara pengurus dan pengawas koperasi.
f Beban Rapat Pengurus, Pengawas dan Karyawan sebesar
Rp483.500,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk kegiatan rapat antara pengurus, pengawas dan karyawan.
g Beban Rapat Pengurus, Karyawan sebesar Rp422.000,00
merupakan beban yang dikeluarkan untuk kegiatan rapat antara pengurus dan karyawan koperasi.
h Beban Jalan Pengurus sebesar Rp50.000,00 merupakan beban
jalan yang dikeluarkan untuk pengurus kaitannya dengan kegiatan koperasi.
i Beban Jamuan Pengawas sebesar Rp1.336.400,00 merupakan
beban yang dikeluarkan untuk memberikan jamuan kepada pengawas.
j Beban Audit KJA sebesar Rp4.500.000,00 merupakan beban
yang dikeluarkan untuk membayar jasa audit. k
Beban Rapat Pengawas sebesar Rp600.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk kegiatan rapat pengawas.
l Beban Lain-Lain sebesar Rp4.005.500,00 merupakan beban
yang dikeluarkan untuk keperluan organisasi. m
Beban Jalan Pengawas sebesar Rp25.000,00 merupakan beban jalan yang dikeluarkan untuk pengawas kaitannya dengan
kegiatan koperasi. 4
Beban Karyawan Koperasi Pelita mengakui Beban Karyawan sebesar
Rp190.969.700,00 sebagai pengurang penghasilan bruto, dan dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian
dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. Beban Karyawan terdiri dari:
a Beban Honor Kesejahteraan sebesar Rp138.575.000,00
merupakan beban atas pemberian insentif untuk motivasi kerja karyawan.
b Beban Pendidikan merupakan beban yang diberikan kepada
pegawai yang mengikuti pendidikan guna meningkatkan kinerja dalam koperasi.
c Beban Jatah Beras Karyawan sebesar Rp5.640.000,00
merupakan beban atas pemberian jatah beras kepada karyawan yang diberikan dalam bentuk uang.
d Beban Minum Karyawan sebesar Rp1.305.000,00 merupakan
beban yang dikeluarkan koperasi untuk membeli minum bagi seluruh karyawan.
e Beban Lembur Karyawan sebesar Rp4.593.200,00 merupakan
beban yang dikeluarkan atas pemberian uang lembur karyawan. f
Beban Transport Karyawan sebesar Rp450.500,00 merupakan beban atas transportasi karyawan koperasi karyawan.
g Beban Ganti Cuti Kerja sebesar Rp1.400.000,00 merupakan
beban yang dikeluarkan koperasi untuk memberikan penggantian uang kepada karyawan yang tidak mengambil
jatah cutinya. h
Beban Pemotong Gaji Rp18.900.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan koperasi untuk bendahara pemotong gaji di
instansi-instansi tertentu tempat anggota bekerja. Pemotongan gaji ini dilakukan atas dasar pembelian kredit yang dilakukan
anggota koperasi di toko Koperasi Pelita. i
Beban Satpam, Cleaning sebesar Rp8.650.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk membayar satpam dan petugas
kebersihan di koperasi. j
Beban Kesehatan Karyawan sebesar Rp4.490.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk anggota yang sakit
dengan menunjukkan surat keterangan dokter. k
Beban Rapat Karyawan sebesar Rp720.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk rapat karyawan yang merupakan
program koperasi.
l Beban Penghargaan Masa Kerja sebesar Rp1.800.000,00
merupakan beban yang dikeluarkan untuk penghargaan bagi anggota yang tidak memiliki masalah di Koperasi Pelita.
m Beban Jamsostek sebesar Rp4.446.000,00 merupakan beban
yang dikeluarkan untuk jaminan sosial bagi tenaga kerja koperasi selama tahun 2011.
5 Beban Pemasaran
Beban Pemasaran sebesar Rp13.940.500,00 merupakan beban yang dikeluarkan koperasi sebagai usaha memasarkan
barang dagangan yang dijual di toko Koperasi Pelita selama tahun 2011. Beban Pemasaran ini diakui sebagai biaya yang dilaporkan
di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam
Negeri. 6
Beban Penyisihan Penghapusan Piutang Beban Penyisihan Penghapusan Piutang Rp32.000.000,00
merupakan beban atas piutang yang tidak tertagih selama tahun 2011. Beban ini diakui sebagai biaya komersial dilaporkan di
lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
7 Beban Penyusutan
Koperasi Pelita tidak melakukan penghitungan Beban Penyusutan secara fiskal. Beban Penyusutan secara komersial
sebesar Rp23.795.349,00 merupakan total beban penyusutan dari peralatan, kendaraan, serta aktiva tetap lain yang layak disusutkan
menurut penghitungan koperasi dengan menggunakan metode garis lurus. Beban ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya
bagian Biaya Penyusutan yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
8 Beban Pemeliharaan
Beban Pemeliharaan sebesar Rp4.387.600,00 merupakan beban pemeliharaan atas Kendaraan dan Peralatan yang ada di
Koperasi Pelita. Beban Pemeliharaan ini diakui sebagai biaya dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian
juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
9 Beban AdministrasiUmum RT
Beban AdministrasiUmum RT sebesar Rp9.575.835,00 merupakan beban atas administrasi dan kebutuhan rumah tangga
koperasi selama tahun 2011.
Beban ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga
dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
10 Beban Lain-Lain Usaha
Beban Lain-Lain Usaha sebesar Rp2.200.000,00 merupakan beban usaha di Koperasi Pelita pada tahun 2011 yang
dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian
juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
11 Beban Transport
Beban Transport Rp10.180.000,00 merupakan beban atas transportasi yang berhubungan dengan kegiatan Koperasi Pelita
selama tahun 2011. Beban Transport ini diakui sebagai biaya komersial dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang
kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
12 Beban PBB
Beban PBB sebesar Rp202.109,00 merupakan beban pajak atas penggunaan tanah dan bangunan milik dinas yang ditempati
koperasi untuk menjalankan usahanya. Beban ini diakui sebagai biaya komersial dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya
yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
13 Beban Telephone
Beban Telephone sebesar Rp3.740.335,00 merupakan beban atas penggunaan telepon di Koperasi Pelita selama tahun
2011. Beban ini diakui sebagai biaya dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian dipindahkan di lampiran I:
Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
14 Beban Seragam
Beban Seragam sebesar Rp2.919.394,00 merupakan biaya yang dikeluarkan koperasi untuk pembelian seragam harian bagi
karyawan Koperasi Pelita. Beban Seragam ini diakui sebagai biaya dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian
juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
15 Beban Konsultasi Koperasi Pembinaan
Beban Konsultasi Koperasi Pembinaan Rp5.300.000,00 merupakan beban yang berkaitan dengan perkembangan dan
kemajuan Koperasi Pelita selama tahun 2011. Beban ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga
dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
16 Beban Listrik
Beban Listrik sebesar Rp5.882.605,00 merupakan beban atas penggunaan listrik di Koperasi Pelita selama tahun 2011.
Beban ini diakui sebagai biaya komersial yang dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan
di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. 17
Beban Pindah Kantor Beban Pindah Kantor sebesar Rp15.887.700,00 merupakan
beban yang timbul akibat pindah kantor pada tahun 2011. Beban
ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam
Negeri. 18
Beban Operasional Toko Beban Operasional Toko sebesar Rp440.000,00 merupakan
beban yang berkaitan dengan kegiatan usaha pertokoan koperasi yang dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang
kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
19 Beban Perkoperasian
Beban Perkoperasian sebesar Rp132.431.000,00 merupakan beban yang terkait dengan pelaksanaan prinsip dan jati diri gerakan
koperasi, dan secara tidak langsung akan mempengaruhi bisnis koperasi. Beban ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha
Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. Beban Perkoperasian terdiri dari:
a Beban Hari Koperasi sebesar Rp6.000.000,00 merupakan
beban yang dikeluarkan koperasi untuk mengikuti upacara Hari Koperasi ke-64 di Bantul dengan mengirimkan 40 orang
anggota koperasi. b
Beban Pengembangan Organisasi sebesar Rp120.000.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk meningkatkan
perkembangan organisasi.
c Beban Pendidikan Anggota sebesar Rp6.431.000,00 merupakan
beban yang dikeluarkan koperasi untuk membiayai pendidikan anggota guna meningkatkan ilmu dan pengalaman dalam
bekerja. 20
Beban Lain-Lain Beban Lain-Lain sebesar Rp19.847.267,00 dilaporkan di
lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. Beban
lain-lain terdiri dari: a
Kerugian lain sebesar Rp6.633.767,00 merupakan beban kerugian atas pembelian teralis demi keamanan kantor.
b Beban Bantuan Beasiswa sebesar Rp11.300.000,00 merupakan
beban atas pemberian beasiswa kepada putraputri anggota lulusan SD, SLTP, SLTA dan lulusan Sarjana yang berprestasi.
c Beban sosial sebesar Rp1.913.500,00 merupakan beban atas
kegiatan sosial seperti menjenguk orang sakit. Penghitungan besarnya PKP berdasarkan UU PPh Pasal 6 ayat
1 ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. UU PPh Pasal 6
ayat 2 menyebutkan apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud ayat 1 didapat kerugian, kerugian tersebut
dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya
berturut-turut sampai 5 lima tahun. Berikut ini penjelasan tentang biaya yang dikeluarkan koperasi berdasarkan UU PPh:
1 Harga Pokok Barang Toko
Pasal 6 ayat 1 huruf a, mengungkapkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya yang secara
langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Harga Pokok Barang Toko termasuk biaya yang berkaitan dengan
kegiatan usaha dan harus dilaporkan di lampiran II: Perincian Harga Pokok Penjualan, kemudian dipindahkan di lampiran I:
Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. 2
Beban Keuangan Pasal 6 ayat 1 huruf a, mengungkapkan bahwa biaya yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha.
Beban Keuangan dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya bagian Biaya Bunga Pinjaman sebesar Rp313.898.492,00,
kemudian dilaporkan juga di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga
Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi, besarnya pajak penghasilan sebagaimana
disebutkan ialah 0 untuk penghasilan berupa bunga simpanan
sampai dengan Rp240.000,00 per bulan, atau 10 dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari
Rp240.000,00 per bulan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Koperasi Pelita, tidak diperoleh rincian jumlah per bulan atas
Bunga Simpanan, sehingga tidak bisa diketahui besarnya PPh yang harus dikenakan pada Bunga Simpanan tersebut terhadap
anggotanya. 3
Beban Organisasi Berdasarkan UU PPh, tidak semua beban organisasi dapat
dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto. Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-27PJ.221986 tentang
Biaya Entertainment, representasi, jamuan dan sejenisnya, salah satu syarat agar biaya-biaya tersebut dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto adalah dengan dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT Tahunan. Beban Jamuan Pengawas sebesar
Rp1.336.400,00 yang merupakan bagian dari Beban Organisasi tidak didukung dengan bukti nominatif, sehingga tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto. Oleh karena itu, perlu adanya penyesuaian positif atas Beban Jamuan Pengawas tersebut. Total
beban organisasi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto ialah Rp257.919.500,00 Rp259.255.900,00 - Rp1.336.400,00
karena beban tersebut termasuk dalam UU PPh Pasal 6 ayat 1. Beban Organisasi dilaporkan dalam lampiran II: Biaya Usaha
Lainnya kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri sebesar Rp259.255.900,00.
4 Beban Karyawan
Beban Karyawan termasuk biaya yang dimaksud di Pasal 6 ayat 1 huruf a, yaitu biaya yang secara langsung atau tidak
langsung berkaitan dengan kegiatan usaha yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban ini dilaporkan di lampiran II: Biaya
Usaha Lainnya, kemudian dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
Beban Jatah Beras Karyawan sebesar Rp5.640.000,00 merupakan beban atas pemberian jatah beras kepada karyawan
yang diberikan dalam bentuk uang. Beban ini diakui sebagai pengurang penghasilan bruto karena telah sesuai dengan UU RI
No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf a. Apabila dilihat dari akunnya, beban ini seolah-olah berarti bahwa biaya yang
dikeluarkan ialah biaya untuk membeli beras yang akan diberikan kepada karyawan pemberian dalam bentuk natura. Namun
demikian, pada kenyataannya atas jatah beras karyawan ini diberikan dalam bentuk uang. Jadi, akan lebih baik apabila nama
akun Beban Jatah Beras Karyawan ini diganti menjadi Beban Tunjangan Beras Karyawan.
Beban Minum Karyawan sebesar Rp1.305.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan koperasi untuk membeli
minum bagi seluruh karyawan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83pmk.032009 tentang
penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di
daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja,
Beban Minum Karyawan termasuk biaya yang boleh dikurangkan dengan penghasilan bruto.
5 Beban Pemasaran
Pasal 6 ayat 1 huruf a, mengungkapkan bahwa biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban Pemasaran ini termasuk dalam biaya yang dimaksud dalam pasal tersebut.
Beban Pemasaran ini diakui sebagai biaya yang dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan
di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. 6
Beban Penyisihan Penghapusan Piutang Berdasarkan UU PPh Pasal 6 ayat 1 huruf h, piutang yang
nyata-nyata tidak dapat ditagih memiliki syarat sebagai berikut: a
Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.
b Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak
dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
c Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara, atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutangpembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan
umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
d Syarat sebagaimana pada huruf c tersebut tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 huruf k.
Berdasarkan ketentuan tersebut, Beban Penyisihan Penghapusan Piutang tersebut tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto sehingga perlu dilakukan penyesuaian fiskal positif sebesar Rp32.000.000,00.
7 Beban Penyusutan
Perhitungan beban penyusutan menurut peneliti berdasarkan UU PPh adalah sebesar Rp8.632.500,00
. Peneliti
menghitung tahun perolehan secara manual dengan menggunakan metode garis lurus, karena berdasarkan data yang diperoleh di
Koperasi Pelita tidak terdapat tahun perolehan atas aktiva tetap. Pengelompokan aktiva tetap yang dilakukan peneliti
mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 96PMK.032009 tentang jenis-jenis harta yang termasuk dalam
kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan. Tarif yang digunakan mengacu pada UU PPh Pasal 11
ayat 6. Selisih antara penghitungan beban penyusutan koperasi dengan penghitungan peneliti berdasarkan UU PPh adalah sebesar
Rp15.162.849,00. Penyebab tejadinya selisih tersebut karena koperasi tidak melakukan penghitungan beban penyusutan secara
fiskal. Karena hasil penghitungan secara komersial lebih besar dari hasil penghitungan secara fiskal maka perlu dilakukan penyesuaian
fiskal positif sebesar Rp15.162.849,00 yang dilaporkan di lampiran I : Penyesuaian positif bagian selisih penyusutan komersial diatas
penyusutan fiskal. Beban penyusutan ini seharusnya juga dilaporkan pada lampiran khusus No. 1A: Daftar Penyusutan
Fiskal. Berikut ini peneliti sajikan tabel perbandingan antara penghitungan penyusutan aktiva tetap per 31 Desember 2011
antara Koperasi Pelita dan peneliti berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku:
91
Tabel V.6 Perbandingan Hasil Penghitungan Penyusutan Aktiva Tetap Per 31 Desember 2011 antara Koperasi Pelita Yogyakarta dan Peneliti Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan.
No. Kelompok Jenis Harta
Tahun Perolehan
Harga Perolehan Tarif
Penyusutan Biaya Depresiasi Metode Garis Lurus Tahun 2011
Berdasarkan Hitungan Peneliti Koperasi
Koreksi Positif dan Negatif
Harta Berwujud Kelompok 1:
1. Alat pengecek
uang 2000
Rp 100.000,00 25
Rp 0,00 Rp 8.000,00
Rp 8.000,00 2. Telepon
2001 909.384,00
25 0,00
75.782,00 75.782,00
3. Komputer 2002
5.787.500,00 25
0,00 482.291,00
482.291,00 4. Alat
Detektor Uang 2000
43.000,00 25
0,00 3.450,00
3.450,00 5. Kursi
Putar 2003
950.000,00 25
0,00 76.000,00
76.000,00 6. Pintu
Kaca 2008
1.130.000,00 25
282.500,00 226.000,00
56.500,00 7.
Printer Canon 2 th 2011
575.000,00 25
143.750,00 287.500,00
143.750,00 8.
Computer Intel Desk Top 3th
2011 3.700.000,00
25 925.000,00
1.234.000,00 309.000,00
9. Printer Canon 2 th
2011 575.000,00
25 143.750,00
287.500,00 143.750,00
10. UPS Power 2 th
2011 750.000,00
25 187.500,00
375.000,00 187.500,00
11. Cash Drower 2 th
2011 900.000,00
25 225.000,00
450.000,00 225.000,00
12. Hardisk Eksternal2th
2011 700.000,00
25 175.000,00
350.000,00 175.000,00
13. Folding Gate 2 th
2011 7.500.000,00
25 1.875.000,00
3.750.000,00 1.875.000,00
14. Kusen Kaca 2 th
2011 1.000.000,00
25 250.000,00
500.000,00 250.000,00
15. Ruang Kasir 2 th
2011 1.852.000,00
25 463.000,00
926.000,00 463.000,00
16. Tralis, Boven 2 th
2011 5.575.000,00
25 1.393.750,00
2.787.500,00 1.393.750,00
17 Aplikasi Komputer
Akuntansi
2011 2.000.000,00
25 500.000,00
1.000.000,00 500.000,00
92
Tabel V.6 Perbandingan Hasil Penghitungan Penyusutan Aktiva Tetap Per 31 Desember 2011 antara Koperasi Pelita Yogyakarta dan Peneliti Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan Lanjutan.
No. Kelompok Jenis Harta
Tahun Perolehan
Harga Perolehan Tarif
Penyusutan Biaya Depresiasi Metode Garis Lurus Tahun 2011
Berdasarkan Hitungan Peneliti Koperasi
Koreksi Positif dan Negatif
18. Peralatan Perlengkapan
Lain Rp 66.833.100,00
25 Rp 0,00
Rp 8.779.737,00 Rp 8.779.737,00
19. Motor Honda
Karisma 2003
8.273.000,00 25
2.068.250,00 2.000.000,00
68.250,00 JUMLAH
Rp 109.152.984,00 Rp 8.632.500,00 Rp23.598.760,00
Rp 14.966.260,00
Harta Berwujud Kelompok II:
1. Etalase toko
2001 1.675.000,00
12,5 0,00
139.584,00 139.584,00
2. Kipas angin
2001 97.500,00
12,5 0,00 8.125,00
8.125,00 3.
Tower Fan “Jet Air” 2002
211.000,00 12,5 0,00
16.880,00 16.880,00
4. Brankas Box Ichiban D.3000
2003 400.000,00
12,5 0,00 32.000,00
32.000,00 JUMLAH
Rp 2.383.500,00 Rp 0,00
Rp 196.589,00 Rp 196.589,00
TOTAL Rp 111.536.484,00
Rp 8.632.500,00 Rp23.795.349,00 Rp 15.162.849,00
Sumber: Data Diolah.
93
Tabel V.7 Penyusutan yang Dilaporkan dalam Lampiran Khusus SPT Tahunan Wajib Pajak Badan Tahun Pajak 2011 No. 1A Menurut Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan
Kelompok Jenis Harta Tahun
Perolehan Harga Perolehan
Nilai Sisa Buku Fiskal Awal Tahun
Metode Penyusutan Penyusutan Fiskal
Tahun 2011 Komersial Fiskal
Harta Berwujud: Kelompok 1
Kelompok 2 Kelompok 3
Kelompok 4 -
- -
- Rp 109.152.984,00
2.383.500,00 -
- Rp 2.350.750,00
- -
- GL
GL -
- GL
GL -
- Rp 8.632.500,00
- -
-
Kelompok Bangunan: Permanen
Tidak Permanen -
- -
- -
- -
- -
- -
- Jumlah Penyusutan Fiskal
Rp 8.632.500,00 Jumlah Penyusutan Komersial
Rp 23.795.349,00 Selisih Penyusutan
Rp 15.162.849,00
Sumber : Data Diolah.
8 Beban Pemeliharaan
Pasal 6 ayat 1 huruf a, mengungkapkan bahwa biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban Pemeliharaan ini termasuk dalam biaya yang dimaksud dalam
pasal tersebut. Beban ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan
Neto Komersial dalam Negeri. 9
Beban AdministrasiUmum RT Pasal 6 ayat 1 huruf a, mengungkapkan bahwa biaya yang
secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban
AdministrasiUmum RT ini termasuk dalam biaya yang dimaksud dalam pasal tersebut. Beban ini dilaporkan di lampiran II: Biaya
Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
10 Beban Lain-Lain Usaha
Pasal 6 ayat 1 huruf a, mengungkapkan bahwa biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban Lain-Lain Usaha ini termasuk dalam biaya yang dimaksud dalam pasal
tersebut. Beban ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha
Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
11 Beban Transport
Pasal 6 ayat 1 huruf a, mengungkapkan bahwa biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban Transport ini termasuk dalam biaya yang dimaksud dalam pasal tersebut.
Beban Transport ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan
Neto Komersial dalam Negeri. 12
Beban PBB Pasal 6 ayat 1 huruf a pada poin 9, mengungkapkan
bahwa biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha ialah pajak kecuali Pajak Penghasilan.
Berdasarkan hal tersebut berarti bahwa Beban PBB termasuk biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban PBB ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian
juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
13 Beban Telephone
Pasal 6 ayat 1 huruf a, mengungkapkan bahwa biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban Telephone ini termasuk dalam biaya yang dimaksud dalam pasal tersebut.
Beban Telephone ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian dipindahkan di lampiran I: Penghasilan
Neto Komersial dalam Negeri. 14
Beban Seragam Berdasarkan Pasal 9 ayat 1 huruf e, mengungkapkan
bahwa penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan,
kecuali yang diatur dalam Peraturan Menteri tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83PMK.032009 tentang Penyediaan Makanan dan Minuman bagi Seluruh Pegawai
serta Penggantian atau Imbalan dalam Bentuk Natura dan Kenikmatan di Daerah Tertentu dan yang Berkaitan dengan
Pelaksanaan Pekerjaan yang dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja, pemberian seragam yang boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto ialah pemberian seragam yang diberikan kepada petugas keamanan satpam. Dalam hal ini, biaya seragam
yang dikeluarkan oleh Koperasi Pelita kepada karyawannya tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto, sehingga diperlukan
penyesuaian positif atas beban tersebut.
15 Beban Konsultasi Koperasi Pembinaan
Pasal 6 ayat 1 huruf f, mengungkapkan bahwa biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban Konsultasi Koperasi Pembinaan ini termasuk dalam biaya yang
dimaksud dalam pasal tersebut. Beban Konsultasi Koperasi Pembinaan ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya
yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
16 Beban Listrik
Pasal 6 ayat 1 huruf a, mengungkapkan bahwa biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban Listrik ini termasuk dalam biaya yang dimaksud dalam pasal tersebut. Beban
Listrik ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian dipindahkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial
dalam Negeri. 17
Beban Pindah Kantor Beban Pindah Kantor ini termasuk dalam biaya yang
dimaksud Pasal 6 ayat 1 huruf a, dimana biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban Pindah Kantor ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian
juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
18 Beban Operasional
Beban Operasional Toko termasuk dalam biaya yang dimaksud Pasal 6 ayat 1 huruf a, dimana biaya yang secara
langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban ini dilaporkan di
lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
19 Beban Perkoperasian
Beban Perkoperasian termasuk dalam biaya yang dimaksud Pasal 6 ayat 1 huruf a, dimana biaya yang secara langsung atau
tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban ini dilaporkan di lampiran II: Biaya
Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.
20 Beban Lain-Lain
Berdasarkan UU PPh, tidak semua Beban Lain-Lain dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto. Berdasarkan UU
PPh Pasal 9 ayat 1 huruf g, Beban Sosial sebesar Rp1.913.500,00 yang merupakan bagian dari Beban Lain-Lain tidak dapat
dikurangkan dari Penghasilan Bruto karena termasuk harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan, sehingga perlu dilakukan
penyesuaian positif atas biaya tersebut. Beban Sosial juga tidak termasuk dalam PP Nomor 93 Tahun 2010 tentang Sumbangan
Penanggulangan Bencana Nasional, Sumbangan Penelitian Dan Pengembangan, Sumbangan Fasilitas Pendidikan, Sumbangan
Pembinaan Olahraga, dan Biaya Pembangunan Infrastruktur Sosial yang dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto. Jadi, total Beban
Lain-Lain yang boleh dikurangkan dari penghasilan ialah sebesar Rp17.933.767,00 Rp19.847.267,00 - Rp1.913.500,00.
Cara menentukan besarnya PKP yang dilakukan di Koperasi Pelita tidak sama dengan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku. Perbedaan ini disebabkan karena penentuan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan sebagai pengurang penghasilan bruto tidak sama dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Hal ini
mengakibatkan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan menjadi berbeda sehingga
besarnya PKP pun menjadi berbeda. Perbedaan besarnya PKP juga disebabkan karena terjadinya perbedaan hasil penghitungan
penghasilan bruto yang menjadi objek pajak antara penghitungan koperasi dengan penghitungan peneliti berdasarkan UU PPh. Selisih
penghitungan besarnya PKP menurut koperasi dengan penghitungan peneliti berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku ialah sebesar Rp47.954.571,00. Perbedaan hasil penghitungan tersebut dapat dilihat pada tabel V.8 di bawah ini:
Tabel V.8 Perbandingan Hasil PKP
No. Keterangan Koperasi
Pelita UU PPh
A. Penghasilan bruto