Penghasilan bruto Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan PKP A-B

berlaku ialah sebesar Rp47.954.571,00. Perbedaan hasil penghitungan tersebut dapat dilihat pada tabel V.8 di bawah ini: Tabel V.8 Perbandingan Hasil PKP No. Keterangan Koperasi Pelita UU PPh

A. Penghasilan bruto

1. Penghasilan bruto Rp 1.656.292.383,00 Rp 1.650.914.811,00

B. Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

1. Harga Pokok Barang Toko Rp 481.307.754,00 Rp 481.307.754,00 2. Beban Keuangan 313.898.492,00 313.898.492,00 3. Beban Organisasi 259.255.900,00 257.919.500,00 4. Beban Karyawan 190.969.700,00 190.969.700,00 5. Beban Pemasaran 13.940.500,00 13.940.500,00 6. Beban Penyisihan Penghapusan Piutang 32.000.000,00 0,00 7. Beban Penyusutan 23.795.349,00 8.632.500,00 8. Beban Pemeliharaan 4.387.600,00 4.387.600,00 9. Beban Administrasi umum RT 9.575.835,00 9.575.835,00 10. Beban Lain-lain Usaha 2.200.000,00 2.200.000,00 11. Beban Transport 10.180.000,00 10.180.000,00 12. Beban PBB 202.109,00 202.109,00 13. Beban Telephone 3.740.335,00 3.740.335,00 14. Beban Seragam 2.919.394,00 0,00 15. Beban Konsultasi Koperasi Pembinaan 5.300.000,00 5.300.000,00 16. Beban Listrik 5.882.605,00 5.882.605,00 17. Beban Penghargaan Masa Kerja 0,00 0,00 18. Beban Pindah Kantor 15.887.700,00 15.887.700,00 19. Beban Operasional Toko 440.000,00 440.000,00 20. Beban Perkoperasian 132.431.000,00 132.431.000,00 21. Beban Lain-Lain 19.847.267,00 17.933.767,00 Total biaya Rp 1.528.161.540,00 Rp 1.474.829.397,00

C. PKP A-B

Rp 128.130.843,00 Rp 176.085.414,00 Sumber: Data Diolah c. Cara menentukan besarnya PPh terutang. Berikut ini merupakan cara menentukan besarnya PPh terutang yang dilakukan Koperasi Pelita Yogyakarta dan peneliti berdasarkan UU PPh: Tabel V.9 Perbandingan Cara Menentukan PPh Terutang Kriteria Koperasi Pelita UU PPh Temuan Cara menentukan PPh Terutang. PKP x Tarif pajak PKP belum dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. PKP x Tarif pajak PKP dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. Cara menentukan PPh Terutang di Koperasi Pelita tidak sama dengan UU PPh. Sumber: Data Diolah. Menurut UU PPh pasal 17 ayat 1 huruf b dan ayat 2a, tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk badan usaha tetap adalah sebesar 28. Tarif tersebut mulai tahun 2010 turun menjadi 25. Dalam penerapan tarif pajak, jumlah PKP dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. UU RI No. 36 Tahun 2008 pasal 31E menjelaskan bahwa Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 mendapat fasilitas pengurangan tarif sebesar 50 dari tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat 1 huruf b dan ayat 2a yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4.000.000.000,00. Berdasarkan penghitungan PKP diatas, diketahui hasil penghitungan PKP berdasarkan UU PPh sebesar Rp176.085.414,00. Hasil tersebut sesuai UU RI No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 4 harus dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh sehingga menjadi Rp176.085.000,00. Berikut ini merupakan tabel perbandingan hasil penghitungan PPh terutang menurut Koperasi Pelita dan penghitungan peneliti berdasarkan UU PPh: Tabel V.10 Perbandingan Hasil Penghitungan PPh Terutang. Menurut Koperasi Pelita Menurut UU PPh PPh Terutang Tahun 2011: = 50 x 25 x Rp 128.130.843,00 = Rp 16.016.355,38 = Rp 16.016.355,00 dibulatkan PPh Terutang Tahun 2011: = 50 x 25 x Rp 176.085.000,00 = Rp 22.010.625,00 PPh Pasal 25: = 112 x Rp 16.016.355,00 = Rp 1.334.696,25 = Rp 1.334.696,00 dibulatkan PPh Pasal 25: = 112 x Rp 22.010.625,00 = Rp 1.834.218,75 = Rp 1.834.219,00 dibulatkan Sumber: Data Diolah Cara menentukan PPh terutang di Koperasi Pelita tidak sama dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Perbedaan cara ini hanya terletak pada PKP yang seharusnya dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. Apabila dilihat dari hasilnya terdapat selisih sebesar Rp5.994.270,00. Perbedaan besarnya PKP antara penghitungan koperasi dengan penghitungan berdasarkan peraturan perundang- undangan perpajakan mengakibatkan besarnya PPh yang terutang pun menjadi berbeda. 2. Membuat Kesimpulan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diatas, kesimpulan dari masing-masing komponen yang dibandingkan adalah sebagai berikut: a. Cara menentukan penghasilan bruto yang menjadi objek pajak. Penghitungan penghasilan bruto di Koperasi Pelita ditentukan dengan menjumlahkan semua pendapatan, baik yang diterima dari hasil penjualan barang toko, pendapatan simpan pinjam maupun pendapatan yang diterima dari luar penjualan yang bersifat menambah kekayaan koperasi. Penghitungan penghasilan bruto yang menjadi objek pajak berdasarkan penjelasan UU PPh ditentukan dengan menjumlahkan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut sesuai Pasal 4 ayat 1. Cara menentukan penghasilan bruto yang menjadi objek pajak yang dilakukan oleh koperasi tidak sama dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Bagi koperasi, seluruh penghasilan yang diterima dapat diakui sebagai objek pajak, sedangkan menurut undang-undang perpajakan tidak semua penghasilan dapat diakui sebagai objek pajak. Hal ini mengakibatkan elemen-elemen penghasilan yang dijumlahkan menjadi berbeda sehingga hasilnya pun juga berbeda. Penghasilan dalam UU PPh dibedakan menjadi 3 yaitu: penghasilan yang menjadi objek pajak, penghasilan yang dikenai pajak bersifat final, dan penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak. Penelitian di Koperasi Pelita terdapat Pendapatan Bunga Bank yang merupakan penghasilan yang bersifat final. Oleh karena itu, penghasilan ini tidak dapat digabungkan dalam penghasilan bruto untuk menghitung PPh yang terutang karena telah dikenai tarif tersendiri sebesar 20 dari jumlah bruto. b. Cara menentukan besarnya PKP. Penghitungan besarnya PKP yang dilakukan oleh Koperasi Pelita ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi semua biaya yang dikeluarkan koperasi selama tahun 2011. Sedangkan cara menentukan besarnya PKP yang dilakukan oleh UU PPh berasal dari penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Setelah itu dikurangi dengan kompensasi kerugian fiskal apabila pada tahun-tahun sebelumnya terdapat kerugian. Cara menentukan besarnya PKP yang dilakukan koperasi tidak sama dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Bagi koperasi, seluruh biaya yang dikeluarkan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, sedangkan menurut undang-undang perpajakan tidak semua biaya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Hal ini mengakibatkan elemen-elemen yang dikurangkan dari penghasilan bruto menjadi berbeda sehingga hasil yang diperoleh pun juga berbeda. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa biaya yang dapat diakui oleh koperasi, tetapi tidak dapat diakui menurut peraturan perundang- undangan perpajakan, antara lain: Beban Jamuan Pengawas, Beban Penyisihan Penghapusan Piutang, Beban Penyusutan, Beban Seragam, dan Beban Sosial. Perbedaan besarnya PKP antara koperasi dan peraturan perundang-undangan perpajakan juga disebabkan karena perbedaan hasil penghitungan penghasilan bruto yang termasuk objek pajak. c. Cara menentukan besarnya PPh yang terutang. Cara menentukan besarnya PPh yang terutang yang dilakukan Koperasi Pelita tidak sama dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Menurut koperasi cara menentukan besarnya PPh terutang dilakukan dengan cara mengalikan besarnya PKP yang diperoleh dengan tarif PPh menurut UU PPh tanpa harus membulatkan PKP ke bawah dalam ribuan rupiah penuh, sedangkan menurut UU PPh dilakukan dengan cara mengalikan besarnya PKP yang diperoleh dengan tarif PPh menurut UU PPh dengan membulatkan PKP ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. Apabila dilihat dari segi hasil, hasil PKP yang diperoleh antara penghitungan Koperasi dengan peneliti mengalami perbedaan. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan jumlah PKP sehingga besarnya PPh yang terutang juga menjadi berbeda. Penghitungan PPh yang dilakukan oleh koperasi dapat dikatakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan apabila semua komponen tersebut diatas telah terpenuhi. Berdasarkan analisis data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penghitungan PPh terutang yang dilakukan oleh koperasi belum sesuai dengan peraturan perundang- undangan perpajakan. Hal ini dikarenakan semua komponen yang dibandingkan tidak sama dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

C. Pembahasan