usaha anggota, dan beban iuran untuk gerakan koperasi Dewan Koperasi Indonesia
M. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri
Keuangan, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak yang Berkaitan dengan Penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan.
1. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 01PJ.441992
tentang Perlakuan PPh Terhadap Sisa Hasil Usaha SHU Koperasi.
Berdasarkan butir 4, SHU koperasi yang bukan berasal dari kegiatan semata-mata dari dan untuk anggota sesuai ketentuan Pasal 4 UU PPh
1984 adalah Objek Pajak Penghasilan bagi koperasi.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 131 Tahun 2000
tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia. Berdasarkan Pasal 1 diungkapkan
bahwa atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia dipotong PPh bersifat final dan
dikenakan pajak final sebesar 20 dua puluh persen dari jumlah
bruto, terhadap Wajib Pajak dalam negeri dan badan usaha tetap.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2009
Tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi Kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi. Penghasilan
berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh Koperasi yang didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final. Besarnya Pajak Penghasilan yang
dimaksud:
a. 0 nol persen untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai
dengan Rp240.000,00 dua ratus empat puluh ribu rupiah per bulan; atau
b. 10 sepuluh persen dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan
berupa bunga simpanan lebih dari Rp240.000,00 dua ratus empat puluh ribu rupiah per bulan.
4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
83pmk.032009 tentang penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, pasal 2 berbunyi:
a. Pemberian atau penyediaan makananminuman bagi seluruh
Pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. b.
Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah
tertentu dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut.
c. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan
dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya.
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96PMK.032009 tentang jenis-
jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan. Jenis-jenis harta berwujud
bukan bangunan yang termasuk dalam Kelompok 1, Kelompok 2, Kelompok 3, dan Kelompok 4 ditetapkan dalam Lampiran I, Lampiran
II, Lampiran III, dan Lampiran IV PMK ini.
N. Review Penelitian Terdahulu