berubah bila ditambah basa atau amonia sehingga mudah dideteksi pada kromatogram.
Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, bunga, buah dan biji. Flavonoid terdiri dari beberapa golongan utama
antara lain antosianin, flavonol dan flavon yang tersebar luas dalam tumbuhan, sedangkan khalkon, auron, falvonon, dihidrokhalkon dan isoflavon
penyebarannya hanya terbatas pada golongan tertentu saja Harborne, 1987. b. Tanin
Kadar tanin yang tinggi mempunyai arti penting bagi tumbuhan yaitu untuk pertahanan bagi tumbuhan dan membantu mengusir hewan pemakan
tumbuhan. Beberapa tanin terbukti mempunyai aktivitas antioksidan dan menghambat pertumbuhan tumor Harborne, 1987.
c. Alkaloid Alkaloid merupakan senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa
atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N Nitrogen dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan
dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserpina sebagai obat
penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf Ikan,1969.
B. Infusa
Pembuatan sediaan infusa dilakukan dengan cara mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, kemudian
dilakukan pemanasan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90
C sambil sekali-sekali diaduk-aduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, lalu menambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh
volume infus yang dikehendaki BPOM RI, 2010.
C. Toksikologi
Uji toksikologi dibagi menjadi dua yaitu uji ketoksikan tak khas dan uji ketoksikan khas. Uji ketoksikan tak khas adalah uji toksikologi yang dirancang
untuk mengevaluasi keseluruhan efek toksik suatu senyawa pada aneka ragam jenis hewan uji.Yang termasuk dalam uji ketoksikan tak khas yaitu uji ketoksikan
akut, sub kronis dan kronis. Uji ketoksikan khas adalah uji toksikologi yang dirancang untuk mengevaluasi secara rinci efek toksik yang khas dari suatu
senyawa pada semua hewan uji. Yang termasuk dalam uji ketoksikan khas adalah uji potensiasi, kekarsinogenetikan, kemutagenetikan, keteratogenetikan,
reproduksi, kulit dan mata, dan perilaku Donatus, 2001.
D. Asas Toksikologi
a. Kondisi pemberian dan makhluk hidup Kondisi pemberian ialah semua faktor yang menentukan keberadaan racun
di tempat aksinya. Jalur pemberian seperti intravena, inhalasi, intraperitonial, subkutan, intramuskular, dermal, dan oral akan menentukan ketersediaan senyawa
induk atau metabolit di tempat aksi. Saat pemberian, serta besarnya takaran racun akan mempengaruhi besarnya ketersediaan zat racun di tempat aksi tertentu dan
kerentanan makhluk hidup terhadap racun. Kondisi makhluk hidup adalah keadaan fisiologi berat badan, umur, jenis kelamin, dan kehamilan serta patologi
penyakit makhluk hidup dapat mempengaruhi ketersediaan racun di sel sasaran dan keefektifan antaraksi antara kedua ubahan ini Donatus, 2001.
b. Mekanisme aksi toksik Mekanisme aksi toksik racun digolongkan menjadi tiga, yakni mekanisme
berdasarkan sifat dan tempat kejadian, berdasarkan sifat antar aksi antara racun dan tempat aksinya, dan berdasarkan risiko penumpukan racun dalam gudang
penyimpanan tubuh. Berdasarkan sifat dan tempat kejadian mekanisme aksi toksik digolongkan menjadi dua yaitu mekanisme luka intrasel dan mekanisme luka
ekstrasel. Mekanisme luka intrasel diawali oleh racun pada tempat aksinya di dalam sel sasaran. Racun akan berinteraksi dengan sasaran molekuler yang khas
atau tak khas, melalui mekanisme reaksi kimia. Tubuh akan memberi respon berupa perbaikan atau adaptasi sebelum terjadi efek yang tidak diinginkan, tetapi
apabila mekanisme pertahanan tubuh tidak lagi mampu memperbaiki akan timbul respon toksik berupa perubahan biokimia, fungsional, atau struktural Donatus,
2001. c. Wujud dan sifat efek toksik
Wujud efek toksik sesuatu racun dapat berupa perubahan biokimia, fungsional, dan struktural. Berbagai perubahan ini memiliki ciri yang khas, yakni
terbalikkan atau tak terbalikkan. Jenis wujud perubahan biokimia tidak menunjukkan bukti secara langsung terhadap patologi organ, apabila mekanisme
homeostatis normal makhluk hidup masih dapat bekerja maka perubahan biokimia bersifat timbal balik Donatus, 2001.
d. Jenis uji toksisitas a. Uji ketoksikan tak khas, dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan atau
spektrum efek toksik suatu senyawa pada berbagai jenis hewan uji. Pada uji ketoksikan tak khas dikenal uji ketoksikan akut, subkronis, dan
kronis. b. Uji ketoksikan khas, dirancang untuk mengevaluasi secara rinci efek
khas suatu senyawa pada berbagai jenis hewan uji. Pada uji ketoksikan khas terdapat beberapa uji yaitu uji potensiasi, kekarsinogenikan,
kemutagenikan, keteratogenikan, reproduksi, kulit dan mata, dan perilaku Donatus, 2001.
E. Toksisitas Subkronis