Hasil optimasi suhu kolom
                                                                                Jika  dibandingkan  kedua  hasil  optimasi  ini,  keduanya  memberikan pemisahan peak yang  sangat  bagus  dibuktikan  dengan  nilai  resolusi  yang  baik.
Tetapi  digunakan  suhu  70
o
C  karena waktu  retensi  yang  dihasilkan  lebih  cepat dibandingkan dengan menggunakan suhu 50
o
C.  Waktu retensi yang  cepat sangat penting untuk menghemat waktu pengerjaan dalam penetapan kadar, apalagi bila
menggunakan jumlah replikasi sampel yang cukup banyak. Secara  teori  semakin  tinggi  suhu  kolom  yang  digunakan  maka semakin
cepat  senyawa    terelusi.  Tetapi  ini  belum  menjamin  apakah  jika  suhu  kolom ditingkatkan  maka  pemisahannya  juga  lebih  baik. Oleh  karena  itu  dilakukan
optimasi  ketiga dengan
suhu  kolom  90
o
C,  hasilnya  ditunjukkan  pada kromatogram berikut ini:
Gambar 17. Kromatogram Optimasi Suhu 90
o
C
Hasil  pengolahan  data  kromatogram  optimasi  suhu  kolom  90
o
C menunjukkan  nilai  resolusi peak sebesar  5,71, peak etanol  A  memiliki  waktu
retensi  252  detik, jumlah lempeng teoretis sebesar  11.289.600, nilai  efisiensi kolom  sebesar 0,002214,  dan  nilai  faktor  asimetri  1,  sedangkan peak n-butanol
Ket: A= etanol
B= n-butanol
B  memiliki  waktu  retensi  292  detik, jumlah lempeng teoretis sebesar 11.136.522,4, nilai efisiensi kolom sebesar 0,002244, dan nilai faktor asimetri 1,5.
Dari  data  tersebut  menunjukkan  suhu  kolom  90
o
C  memberikan  waktu retensi  senyawa  tercepat  diantara  suhu  optimasi  yang  lain.  Tetapi  nilai  resolusi
peak nya paling kecil diantara suhu optimasi yang lain. Meskipun nilai resolusinya
masih  memenuhi  syarat  kromatogram  yang  bagus,  tetapi  akan  lebih  baik menggunakan  suhu  optimasi  yang  memberikan  resolusi  yang  lebih  besar.
Alasannya  yaitu  memungkinkan  senyawa  selain  etanol  terpisah  dengan  baik  dan dapat  ditetapkan  kadarnya.  Maka dilihat dari  data-data  yang  diperoleh, suhu
kolom 70
o
C adalah suhu yang paling bagus memberikan hasil pemisahan senyawa sehingga akan digunakan dalam proses selanjutnya.
Tabel VII. Hasil Perhitungan Parameter Optimasi Suhu
Parameter Optimasi
Suhu 50
o
C Suhu 70
o
C Suhu 90
o
C Waktu Retensi
270 detik 252 detik
251 detik Resolusi
19,82 15,78
5,71 Asymetri factor
1,8 1
1,5 HETP
0,003383 0,000976
0,002214 5.
Hasil optimasi initial time
Setelah optimasi suhu kolom selesai, dilanjutkan dengan optimasi initial time. Initial time
adalah waktu atau jeda  yang diperlukan senyawa analisis untuk diubah  ke  bentuk  gas  sebelum  berinteraksi  dengan  fase  diam  dan  terbaca  oleh
detektor. Ada 2 initial time yang akan digunakan dalam proses optimasi ini yaitu 2 menit  dan  3  menit. Initial  time ini  diperoleh  dari  orientasi  yang  dilakukan
sebelumnya. Berikut ini adalah kromatogram hasil proses optimasi initial time:
Gambar 18. Kromatogram Optimasi Initial time 2 menit
Kromatogram  optimasi initial  time 2  menit memiliki  nilai  resolusi peak sebesar 15,78, peak etanol A memiliki waktu retensi 253 detik, jumlah lempeng
teoretis sebesar 25.603.600, nilai efisiensi kolom sebesar 0,00097, dan nilai faktor asimetri  1,  sedangkan peak n-butanol  B  memiliki  waktu  retensi  324  detik,
jumlah lempeng teoretis sebesar 10.497.600, nilai  efisiensi  kolom  sebesar 0,00238, dan nilai faktor asimetri 1.
Gambar 19. Kromatogram Optimasi Initial time 3 menit
A= etanol B= n-butanol
Ket: A= etanol
B= n-butanol
Kromatogram  optimasi initial  time 3 menit memiliki  nilai  resolusi peak sebesar 18,89, peak etanol A memiliki waktu retensi 253 detik, jumlah lempeng
teoretis sebesar 6.400.900, nilai efisiensi kolom sebesar 0,00390, dan nilai faktor asimetri  1,  sedangkan peak n-butanol  B  memiliki  waktu  retensi 338 detik,
jumlah lempeng teoretis sebesar 7.311.616, nilai efisiensi kolom sebesar 0,00341, dan nilai faktor asimetri 1,2.
Dari data kedua kromatogram tersebut dapat diperoleh bahwa initial time 2  menit  memberikan  proses  lebih  cepat  dilihat  dari  waktu  retensi  senyawanya
yang  lebih  cepat  dibandingkan initial  time 3  menit.  Demikian  juga initial  time 2 menit memilki nilai efisiensi kolom yang lebih kecil dari initial time 3 menit dan
juga peak yang dihasilkan tidak mengalami tailing. Maka untuk proses penetapan kadar akan menggunakan initial time 2 menit.
Pada  proses  optimasi initial  time,  suhu  kolom  yang  digunakan  tidak hanya  suhu  yang  sudah  merupakan  hasil  optimasi  yaitu  70
o
C,  tetapi  pengukuran juga  dilakukan  pada  suhu  50
o
C  dan  90
o
C  juga.  Hal  ini  dilakukan  untuk  melihat adanya  kemungkinan  muncul  hasil  yang  melenceng  dari prediksi,  misalnya  ada
pemisahan peak yang lebih cepat dan bagus dari suhu optimasi.
Tabel VIII. Hasil Perhitungan Parameter Optimasi Initial Time
Parameter Optimasi
Suhu 50
o
C Suhu 70
o
C Suhu 90
o
C
I.t. 2 mnt I.t. 3 mnt
I.t.2 mnt I.t. 3 mnt
I.t.2 mnt I.t. 3 mnt
Waktu retensi 270 detik
277 detik 252 detik
252 detik 251 detik 249 detik
Resolusi 19,82
22 15,78
18,89 5,71
15,67
Asymetri factor 1,8
2,2 1
1,2 1,5
1,33 HETP
0,003383 0,003211
0,000976 0,003905
0,002214 0,00225
                