1. Waktu retensi
Waktu retensi  t
R
adalah  waktu  mulai  injeksi  cuplikan  hingga  suatu komponen campuran keluar kolom, dengan kata lain waktu yang diperlukan suatu
komponen  campuran  solute  untuk  keluar  dari  kolom.  Waktu  retensi  diukur melalui  kromatogram  dari  menit  ke-0  hingga muncul  puncak  peak Hendayana,
2010.
2. Faktor Kapasitas
Faktor  kapasitas  k’  merupakan  suatu  ukuran  kekuatan interaksi  suatu komponen dengan fasa diam yang diformulasikan sebagai berikut:
3
K’=   faktor kapasitas t
R
=  waktu  retensi  yaitu  waktu  yang  diperlukan  oleh  suatu  komponen yang berinteraksi dengan fasa diam untuk meninggalkan kolom
t = waktu yang diperlukan oleh suatu komponen yang tidak berinteraksi
dengan fasa diam untuk meninggalkan kolom n
s
= jumlah mol suatu senyawa di dalam fasa diam n
m
= jumlah mol suatu senyawa di dalam fasa gerak V
S
= volume fasa diam V
m
= volume fasa gerak Senyawa  yang  mempunyai  harga  faktor  kapasitas  tinggi  menunjukkan
komponen  tersebut  berinteraksi  dengan  fase  diam  secara  kuat.  Sebaliknya,
senyawa yang mempunyai faktor kapasitas yang rendah menunjukkan komponen tersebut berinteraksi dengan fase diam secara lemah Hendayana, 2010.
3. Selektivitas
Selektivitas  α diartikan  sebagai  ukuran  keterpilihan  dua  komponen campuran yang dipisahkan, difromulasikan sebagai berikut:
α = 4
K’1  dan  k’2  masing-masing adalah  faktor  kapasitas  komponen  pertama  dan komponen kedua. Harga selektivitas dapat sama dengan satu atau lebih besar dari
satu.  Bila  harga  α  =  1  berarti  senyawa  1  dan  senyawa  2  keluar  dari  kolom bersama-sama, dengan kata lain senyawa 1 dan senyawa 2 tidak dapat dipisahkan.
Sebaliknya bila α  1 maka senyawa 1 keluar lebih cepat dari senyawa 2. Semakin besar nilai α maka semakin baik pemisahan Hendayana, 2010.
4. Efisiensi
Tingkat  pemisahan  dengan  kromatografi  tercermin  pada  peak-peak kromatogram  yang  dihasilkan.  Semakin  lebar  suatu  peak  kromatogram  maka
dapat  dikatakan  pemisahan  semakin  kurang  efisien.  Secara  kuantitatik,  efisiensi dapat  dijelaskan  dengan  teori  plat  N.  Pemahaman  teori  plat  sebagai  berikut:
dalam  proses  kromatografi  terjadi  kesetimbangan  distribusi  di  antara  fase  gerak dan fase diam ketika solute bergerak melalui kolom Hendayana, 2010.
Dengan kata
lain, kromatografi
merupakan proses
ekstraksi berkesinambungan.  Semakin  banyak  proses  ekstraksi  dilakukan  maka  semakin
baik pemisahan. Teori plat dapat diartikan bahwa sepanjang kolom terjadi proses
ekstraksi sebanyak N kali. Semakin besar nilai N maka semakin baik pemisahan Hendayana, 2010.
5. Resolusi
Tujuan  utama  dari  kromatografi  adalah  memisahkan  komponen- komponen  campuran  secara  sempurna.  Derajat  pemisahan  dua  komponen
campuran  dalam  proses  kromatografi  dinyatakan  dengan  istilah  resolusi  R
S
Hendayana, 2010. Rumus perhitungan resolusi:
R
S
=
   
 
B A
A R
B R
W W
t t
 
 2
5 Skoog, West, dan Holler, 1994.
Nilai  resolusi  0,6  digunakan  untuk  melihat  terbentuk  “lembah”  dari  2 puncak  dengan  tinggi  yang  sama.  Nilai  1,0  menghasilkan 2,3 overlap pada  2
puncak dengan tinggi yang sama dan diyakini sebagai pemisahan yang minimum untuk  menghasilkan  hasil  kuantitatif  yang  bagus.  Hasil  1,5  hanya  menyebabkan
0,1 overlap pada puncak yang sama tinggi dan menjadi dasar suatu nilai resolusi yang cocok dan bagus untuk puncak yang sama tinggi Christian, 2004.
F. Landasan Teori
Metode  kromatografi  gas  digunakan  dalam  penetapan  kadar  etanol  dan profil  senyawa  yang  terdapat  dalam  hasil  produksi  “ciu”  berdasarkan  perbedaan
titik  didih  senyawa–senyawa golongan  alkohol  yang  terkandung  di  dalam  hasil produksi “ciu” dan interaksinya dengan fase gerak dan fase diam di dalam kolom