Gambar 14. Kromatogram Sampel Range 0
Peak kecil yang ditandai nomer 1 adalah peak senyawa lain selain etanol
di dalam sampel yang dapat terdeteksi oleh instrumen kromatografi gas. Senyawa tersebut memiliki waktu retensi 247 detik. Senyawa tersebut memiliki kadar yang
sangat kecil di dalam sampel dan tidak terlihat dalam kromatogram dengan range 3. Oleh  sebab  itu,  untuk  memastikan  profil  atau  nama  senyawa  tersebut  dapat
digunakan metode  kromatografi  gas  dengan spektrofotometri  massa.  Hal  ini dilakukan pada bagian penetapan kadar dan profil senyawa lain.
4. Hasil optimasi suhu kolom
Kegiatan optimasi metode diawali dengan menentukan suhu kolom atau yang  dalam  sistem
pengaturan  suhu  terprogram  disebut  dengan initial
temperature .  Pemilihan  besarnya  suhu  kolom  yang  akan  dioptimasi  dimulai  dari
pengaturan awal  suhu  kolom  yaitu  70
o
C,  kemudian  ditambahkan  20
o
C  dan dikurangi  20
o
C  sehingga  diperoleh  3  suhu  yang  akan  dicoba  dalam  optimasi  ini yakni suhu 50
o
C, 70
o
C, dan 90
o
C. Pengaturan instrumen yang lain seperti tekanan, initial time
, rate dan lain-lain mengikuti nilai yang tertera pada pengaturan awal.
1
Dalam  penelitian  ini,  untuk  menetapkan pengaturan instrumen  mana yang  memberikan  hasil  yang  paling  optimal  pada  penetapan  kadar  dan  profil
senyawa  dalam  sampel,  maka pengaturan tersebut  harus  memenuhi  4  parameter optimasi. Keempat parameter optimasi tersebut yaitu waktu retensi, nilai resolusi
R
S
, nilai efisiensi kolom HETP, dan nilai faktor asimetri A
S
. Oleh sebab itu, berikut  ini  adalah  kromatogram  dari  hasil  pengukuran  masing-masing  suhu
kolom:
Gambar 15. Kromatogram Optimasi Suhu 50
o
C
Pada suhu kolom 50
o
C terdeteksi peak etanol dan peak n-butanol masing- masing  memiliki  waktu  retensi  272 detik  dan  381  detik.  Dari  hasil  pengolahan
data  diperoleh  nilai  resolusi peak 19,82, peak etanol memiliki jumlah lempeng teoretis sebesar 7.389.400,  nilai  HETP  0,00338, dan  nilai  faktor  asimetri  1,25,
peak n-butanol memiliki memiliki jumlah lempeng teoretis sebesar 6.451.600,
nilai  HETP  0,0038, dan  nilai  faktor  asimetri  1,8. Nilai  resolusi  menunjukkan bahwa peak kedua senyawa terpisah secara sempurna dan memenuhi syarat lebih
dari nilai 1,5. Sementara dari nilai faktor asimetri menunjukkan peak A dan peak
Ket: A= etanol
B= n-butanol
B mengalami tailing atau tidak simetri, rentang nilai yang memenuhi syarat yaitu 0,95-1,1.
Nilai  efisiensi  kolom  ditunjukkan  dengan  nilai  HETP,  yaitu perbandingan  antara  panjang  kolom  dalam  milimeter  dengan  jumlah lempeng
teoretis.  Semakin  kecil  nilai  HETP  maka  semakin  bagus  efisiensi  kolom.  Oleh karena panjang kolom yang digunakan sama, maka yang menentukan nilai HETP
adalah  jumlah lempeng teoretis. Semakin  banyak  jumlah lempeng teoretis maka semakin kecil nilai HETP dan efisiensi kerja kolom semakin bagus.
Gambar 16. Kromatogram Optimasi Suhu 70
o
C
Kromatogram  optimasi  suhu  70
o
C  memiliki  nilai  resolusi peak sebesar 15,78, peak etanol A memiliki waktu retensi 253 detik, jumlah lempeng teoretis
sebesar 25.603.600, nilai efisiensi kolom sebesar 0,0009, dan nilai faktor asimetri 1,  sedangkan peak n-butanol  B  memiliki  waktu  retensi  324  detik, jumlah
lempeng teoretis sebesar  10.497.600, nilai  efisiensi  kolom  sebesar 0,00238, dan nilai  faktor  asimetri  1. Dari  data  tersebut  menunjukkan tidak  ada peak yang
mengalami tailing karena nilai faktor asimetrinya memenuhi syarat.
Ket: A= etanol
B= n-butanol
Jika  dibandingkan  kedua  hasil  optimasi  ini,  keduanya  memberikan pemisahan peak yang  sangat  bagus  dibuktikan  dengan  nilai  resolusi  yang  baik.
Tetapi  digunakan  suhu  70
o
C  karena waktu  retensi  yang  dihasilkan  lebih  cepat dibandingkan dengan menggunakan suhu 50
o
C.  Waktu retensi yang  cepat sangat penting untuk menghemat waktu pengerjaan dalam penetapan kadar, apalagi bila
menggunakan jumlah replikasi sampel yang cukup banyak. Secara  teori  semakin  tinggi  suhu  kolom  yang  digunakan  maka semakin
cepat  senyawa    terelusi.  Tetapi  ini  belum  menjamin  apakah  jika  suhu  kolom ditingkatkan  maka  pemisahannya  juga  lebih  baik. Oleh  karena  itu  dilakukan
optimasi  ketiga dengan
suhu  kolom  90
o
C,  hasilnya  ditunjukkan  pada kromatogram berikut ini:
Gambar 17. Kromatogram Optimasi Suhu 90
o
C
Hasil  pengolahan  data  kromatogram  optimasi  suhu  kolom  90