89
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak H, didapatkan informasi bahwa Bu L yang lebih berperan dalam mengatur kegiatan-kegiatan E di rumah.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain : penetapan jam belajar, jam tidur, jam bermain, dan lain sebagainya. Meskipun beliau tidak mengatakan bahwa Bu L
pernah memarahi E ketika E mendapatkan nilai yang jelek, namun Bapak H selalu mengatakan bahwa Bu L yang lebih banyak mengatur E di rumah. Berdasarkan
keterangan dari 4 informan dan 1 partisipan, ditemukanlah faktor penyebab kecemasan belajar siswa, yakni adalah ibunya.
4.2.2 Dampak Kecemasan yang Ditimbulkan
Kecemasan menghadapi matematika yang dialami oleh E membuat E semakin giat belajar sehingga mendapatkan nilai diatas KKM. Sebelumnya perlu
peneliti tegaskan bahwa kecemasan dan ketakutan merupakan suatu keadaan yang hampir mirip. Perbedaannya terletak pada waktu terjadinya. Meskipun
berdasarkan pengalaman atau sesuatu yang telah berlalu, hal tersebut masih disebut kecemasan dan bukan ketakutan. Sebab pengalaman buruk yang ia alami
belum tentu terjadi lagi di masa mendatang. Sementara takut adalah perasaan tidak menyenangkan yang kita rasakan ketika menghadapi suatu bahaya yang
nyata atau berada tepat di depan kita. Melalui penelitian ini, peneliti mengetahui bahwa terdapat kesamaan pola
pikir antara peneliti, Bu W, dan Pak D. Sebelumnya kami sama-sama berpikir bahwa anak yang mengalami kecemasan belajar pastilah anak yang mendapatkan
nilai rendah pada mata pelajaran matematika. Namun hasil penelitian tentang dampak yang diakibatkan dari kecemasan belajar matematika ini sangat
90
mengejutkan kami bertiga. Bahwasanya siswa yang mendapatkan nilai rendah pada mata pelajaran matematika sama sekali tidak mengalami kecemasan belajar,
dan justru sebaliknya, siswa pandai yang nilainya selalu berada di atas KKM lah yang mengalami kecemasan belajar. Stigma dari kata “cemas” rupanya telah
mempengaruhi pemikiran seseorang dalam memandang kecemasan tersebut. Kecemasan selalu dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Tak disangka
kecemasan yang dialami E menjelma sesuatu yang menguntungkan pada hasil belajar E. E sungguh-sungguh menjadi juara kelas dan semua nilainya berada di
atas KKM. Orang akan cenderung untuk menyimpulkan bahwa perkembangan kecemasan tidak pernah bermanfaat Freud, 2002 : 432. Namun yang terjadi pada
E justru sebaliknya. Kecemasan belajar yang ia alami rupanya dapat ia olah sebagai motivasi untuk belajar lebih keras lagi. Dengan belajar, ia akan terhindar
dari nilai yang jelek. Jika nilainya tidak jelek, ia tidak akan dimarahi orang tuanya. Secara tidak langsung, kecemasan telah membantu E mempersiapkan
dirinya dalam menghindari keadaan bahaya dalam hal ini dimarahi orang tuanya. Karena itu, kesiapan terhadap rasa takut terlihat sebagai unsur yang
menguntungkan, dan perkembangan kecemasan merupakan unsur yang menguntungkan dalam apa yang kita sebut kecemasan atau rasa takut Freud,
2002 : 432. Sebab dalam kasus E, kecemasan telah bertransformasi menjadi semacam alarm terhadap rasa takut yang membayangi E. Hal tersebut dapat
diibaratkan sebagai berikut : kita membeli sebuah mobil baru, kita takut mobil kita hilang atau dibobol orang, maka dari itu kita memasang alarm sebagai
penanda datangnya bahaya serta sebagai bentuk pencegahan terhadap apa yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
kita takutkan. Juga dapat diibaratkan seperti alarm kebakaran yang terdapat di gedung-gedung vital. Ketika terjadi kebakaran, alarm tersebut akan berbunyi
untuk memperingatkan kita, sehingga kita dapat menyelamatkan diri dari kebakaran yang terjadi. Seperti itulah kecemasan yang dialami E. Fungsinya
adalah sebagai alarm yang menghindarkannya dari bahaya yang mungkin terjadi, yakni mendapat nilai jelek dan dimarahi Bu L, ibunya.
Telah didapatkan informasi yang menarik bahwa sesungguhnya sumber kecemasan siswa terhadap mata pelajaran matematika bukanlah berasal dari
matematika tersebut, namun berasal dari orang tuanya. Tuntutan orang tua yang ingin anaknya menjadi berprestasi rupanya menimbulkan kecemasan pada diri
anak. Pada kasus E, kecemasan berubah menjadi perisai perlindungan diri yang memotivasinya untuk belajar dengan rajin, sehingga bisa menjadi juara di
kelasnya, seperti yang diinginkan oleh ibunya. Kecemasan dalam hal ini rupanya memiliki fungsi tertentu. Fungsi kecemasan atau ketakutan ialah untuk
memperingatkan orang akan datangnya bahaya Suryabrata, 2006 : 139. Kecemasan yang dialami E merupakan peringatan supaya ia jangan sampai
dimarahi oleh orang tuanya, maka ia harus belajar rajin agar mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Kecemasan tidak dapat selalu dikaitkan dengan sesuatu
yang negatif. Bagaimanapun juga ada orang-orang yang sering cemas namun tidak gelisah dan selain itu ada orang-orang yang terserang neurotik dengan
sejumlah gejala-gejala yang tidak menunjukkan kecenderungan untuk takut Freud, 2002 : 430. Dalam kasus E, kecemasan memang merupakan perasaan
yang tidak nyaman, namun bermanfaat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
4.3 Temuan Tambahan