Realita ketidakcemasan siswa menghadapi matematika.

(1)

i

REALITA KETIDAKCEMASAN SISWA MENGHADAPI

MATEMATIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Deviani Retno Martanti NIM: 131134241

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

ii

SKRIPSI

REALITA KETIDAKCEMASAN SISWA MENGHADAPI

MATEMATIKA

Oleh:

Deviani Retno Martanti

NIM: 131134241

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Eny Winarti, M.Hum., Ph.D. Tanggal, 30 Mei 2017

Pembimbing II


(3)

iii

SKRIPSI

REALITA KETIDAKCEMASAN SISWA MENGHADAPI

MATEMATIKA

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Deviani Retno Martanti

NIM: 131134241

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 13 Juni 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. ... Sekretaris : Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ...

Anggota : Eny Winarti, M. Hum., Ph.D. ...

Anggota : Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. ...

Anggota : Irine Kurniastuti M.Psi. ……….

Yogyakarta, 13 Juni 2017

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,


(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya yang indah, sederhana dan jauh dari kata sempurna ini kupersembahkan

kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang setia memberi berkat pertolongan serta kekuatan

dalam hidup saya.

2. Kedua orang tua saya dan kakak yang selalu memberikan perhatian dan

semangat dalam menjalani hidup.

3. Dosen-dosenku yang selalu memberikan bimbingan, ilmu, dan mendidikku

menjadi calon pendidik yang cerdas dan humanis.

4. Teman-temanku satu payung cemas yang selalu setia dan memberi semangat

saat penyusunan skripsi.


(5)

v MOTTO

Ora Et Labora

Berdoa dan Bekerja

Kebahagiaan itu milik orang yang mau bersyukur

Life is must go on, go on your dreams!!!

“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang

dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”

(1 Tesalonika 5:18)

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah

bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkanmu,

bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau

dengan tangan kanan-

Ku yang membawa kemenangan.” –

(Yesaya 41:10)


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 Juni 2017

Peneliti


(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Deviani Retno Martanti

Nomor Mahasiswa : 131134241

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:

REALITA KETIDAKCEMASAN SISWA MENGHADAPI MATEMATIKA Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 13 Juni 2017 Yang menyatakan


(8)

viii ABSTRAK

REALITA KETIDAKCEMASAN SISWA MENGHADAPI MATEMATIKA Oleh

Deviani Retno Martanti

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017

Penelitian ini dilakukan berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan mengenai ketidakcemasan belajar matematika. Adanya pandangan bahwa siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM biasanya akan mengalami kecemasan belajar matematika. Namun, pada kenyataannya ada siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tidak mengalami kecemasan belajar matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tidak mengalami kecemasan belajar matematika.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory. Partisipan dalam penelitian ini adalah salah satu siswa kelas III A di SD Nila yang bernama Fabian (Pseudonym). Fabian salah satu siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan belajar matematika. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu, observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan sistem coding sesuai dengan langkah metode grounded theory.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab Fabian tidak mengalami kecemasan belajar matematika walaupun nilai matematikanya di bawah KKM disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor lingkungan dan faktor kepribadian. Faktor lingkungan berasal dari orang tua Fabian tidak menuntut ataupun memaksa Fabian untuk memperoleh hasil yang baik dalam matematika. Faktor kepribadian dapat dilihat dari tingkah laku Fabian yang terkesan tidak acuh dengan nilai matematika yang diperolehnya dan Fabian kurang termotivasi untuk memperbaiki nilai matematikanya.

Kata kunci: kecemasan, kecemasan matematika, matematika, metode penelitian grounded theory


(9)

ix ABSTRACT

A STUDENT’S REALITY NO ANXIETY IN FACING MATHEMATICS By

Deviani Retno Martanti

Sanata Dharma University Yogyakarta 2017

This study was conducted based on the fact that occurred in the field about mathematics learning no anxiety. The view that students who get a bad score on mathematics will usually experiencing anxiety learning mathematics. However, in reality, there is student who get a bad score in mathematics but not experiencing the anxiety at all of learning mathematics. This study aims is to identify what causes the student who get a bad score in math but not experiencing the anxiety of learning mathematics.

The type of this research is qualitative research using grounded theory method. Participants in this study is a 3rd grader at SD Nila named Fabian (Pseudonym). Fabian was one of the students who got a bad score in mathematics but not experiencing the anxiety of learning mathematics. Data collection techniques that used are observation, interviews, and documentation studies. Data analysis technique that used is encoding system according to the step of grounded theory method.

The results showed why Fabian not experiencing the anxiety of learning mathematics even though he get a bad score in mathematics caused by two factors, environmental factors and personality factors. Environmental factors derived from Fabian's parents neither demand nor force Fabian to obtain good results in mathematics. Personality factors can be seen from Fabian's behavior that seems indifferent to his mathematics score and Fabian is less motivated to improve his mathematics score.

Keywords: anxiety, mathematics anxiety, mathematics, grounded theory research methods


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas semua berkat dan kasih-Nya yang melimpah, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Realita Dibalik Kecemasan Belajar Matematika Pada Siswa SD”. Tujuan

penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menyadari proses penyusunan skripsi ini melibatkan banyak pihak mulai dari awal hingga akhir penyusunan skripsi.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik, tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd, selaku Kaprodi PGSD. Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakaprodi PGSD. Ibu Eny Winarti, M.Hum., Ph.D., selaku dosen pembimbing I, yang dengan sabar, penuh semangat memberikan motivasi, dan tanggung jawab dalam membimbing saat menyusun skripsi. Ibu Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang dengan sabar, penuh semangat memberikan motivasi, dan tanggung jawab dalam membimbing saat menyusun skripsi. Seluruh staff dosen maupun karyawan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ibu Kepala Sekolah SD Nila yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian. Ibu Dede Guru kelas III A di SD Nila yang telah bersedia menjadi sumber informan dalam penelitian ini. Orang tua dan anak kelas III A di SD Nila yang telah bersedia menjadi sumber informan dan partisipan dalam penelitian ini.

Kedua orang tua, Bapak Ir. Suratno, M.M., dan Ibu Sri Mulyani yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun material serta semangat kepada peneliti. Kakak tercinta, Ratna Yani Astuty yang mendukung penulis dengan doa dan semangat. Teman-teman seperjuangan Clara Shinta, Suster Oktav/Epi Samosir, dan Suster Helen untuk kebersamaanya yang selalu setia memberikan


(11)

xi

dukungan, semangat, masukan, dan bimbingan selama penelitian. Teman-teman PGSD angkatan 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, sukses selalu untuk kita semua. Seluruh pihak yang membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Saya menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat pada skripsi ini. Saran dan kritik selalu saya harapkan dari pembaca untuk perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, saya berharap tulisan ini bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan ilmu pendidikan dan berbagai pihak pengguna pada umumnya.

Yogyakarta, 30 Mei 2017


(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

REALITA KETIDAKCEMASAN SISWA MENGHADAPI MATEMATIKA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah... 6

1.4 Rumusan Masalah ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... 6

1.7 Definisi Operasional... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.1.1.1 Deskripsi Partisipan yang Diteliti ... 9

2.2 Teori-teori yang Mendukung ... 11

2.2.1 Kecemasan ... 11

2.2.1.1 Pengertian Kecemasan ... 11

2.2.1.2 Tipe Kecemasan ... 12

2.2.1.3 Aspek Kecemasan ... 15

2.2.2 Kecemasan Matematika ... 20

2.2.2.1 Pengertian Kecemasan Matematika ... 20

2.2.3 Pelajaran Matematika SD ... 21

2.3 Penelitian yang Relevan ... 23

2.4 Kerangka Berpikir ... 27

2.5 Pertanyaan Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Deskripsi Setting Penelitian ... 33

3.2.1 Sekolah ... 33

3.2.2 Deskripsi Pembelajaran Matematika Di SD Nila ... 34

3.2.3 Waktu Penelitian ... 36


(13)

xiii

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.4.1 Wawancara ... 46

3.4.2 Observasi ... 47

3.5 Instrumen Penelitian... 49

3.6 Kredibilitas dan Transferabilitas ... 61

3.6.1 Uji Kredibilitas ... 61

3.6.1.1 Perpanjangan Pengamatan ... 62

3.6.1.2 Triangulasi... 62

3.6.2 Pengujian Transferability ... 64

3.7 Teknik Analisis Data ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

4.1 Hasil Penelitian ... 66

4.2 Pembahasan ... 84

4.2.1 Faktor Kepribadian... 96

4.2.2 Faktor Lingkungan ... 99

4.3 Temuan Lain Dalam Penelitian ... 101

BAB V PENUTUP ... 103

5.1 Kesimpulan ... 103

5.2 Implikasi dan Saran ... 105

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 106


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 27 Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ... 29 Gambar 3.1 Bagan Triangulasi Sumber ... 63


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 36 Tabel 3.2 Alur Instrumen Penelitian ... 60


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Pedoman Observasi Proses Pembelajaran ... 111

Lampiran Kuesioner Kecemasan Belajar Matematika ... 112

Lampiran Hasil Triangulasi ... 114

Lampiran A Daftar Topik Pertanyaan Untuk Wawancara ... 120

Lampiran B Open Coding ... 122

Lampiran C Focused Coding ... 125

Lampiran D Axial Coding ... 127

Lampiran E Theoretical Coding ... 128


(17)

BAB I PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan akan membahas tujuh hal, yakni: latar belakang

penelitian, identifikasi masalah penelitian, batasan masalah penelitian,

rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

definisi operasional penelitian. Latar belakang penelitian berisi

alasan-alasan peneliti untuk melakukan penelitian ini. Identifikasi masalah

penelitian merupakan pengenalan terhadap masalah yang ada dalam

penelitian. Pembatasan masalah penelitian adalah ruang lingkup masalah

yang akan diteliti. Rumusan masalah penelitian merupakan pokok-pokok

permasalahan yang akan diteliti. Tujuan penelitian memuat keinginan atau

harapan yang ingin dicapai oleh peneliti. Manfaat penelitian berisi kegunaan

atau hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian akhir, peneliti akan

menguraikan definisi operasional penelitian yang berisi beberapa pengertian

atau istilah yang digunakan untuk mempermudah pembaca memahami

tujuan penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 dalam

pasal 7 ayat 2 memuat pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan

Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk

lain yang sederajat. Sekolah Dasar adalah tempat bagi siswa untuk belajar


(18)

2

berhitung. Lima mata pelajaran inti yang dipelajari yaitu IPA, IPS, PKn,

Bahasa Indonesia, dan Matematika. Mata pelajaran yang memerlukan

kemampuan hitung menghitung adalah matematika. Kline dalam Runtukahu

(2014: 28) menjelaskan bahwa matematika adalah pengetahuan yang tidak

berdiri sendiri, tetapi dapat membantu manusia untuk memahami dan

memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Matematika dapat

membantu kita dalam kegiatan kehidupan sehari-hari, contohnya seperti

kegiatan jual beli. Kegiatan jual beli membutuhkan kemampuan berhitung.

Kemampuan berhitung yang biasa digunakan seperti penjumlahan,

pengurangan, perkalian, dan pembagian. Hal tersebut menjadikan

matematika sebagai mata pelajara inti yang dipelajari di sekolah.

Fenomena yang terjadi di sekolah saat ini siswa masih menganggap

bahwa matematika itu sulit. Maulaty (2014) dalam artikelnya tentang

beberapa penyebab matematika itu sulit mengungkapkan salah satu

sebabnya yaitu para pelajar sudah menjudge bahwa matematika itu sulit

yang selalu berhubungan dengan angka, rumus, dan hitung menghitung. Hal

tersebut menjadikan mereka tidak mempunyai niat untuk mempelajarinya

kecuali karena kewajiban untuk mendapatkan pelajaran tersebut. Kewajiban

mempelajari matematika mau tidak mau peneliti harus dapatkan ketika

peneliti masih belajar di bangku sekolah. Saat masih bersekolah peneliti

beranggapan matematika menjadi mata pelajaran yang tidak peneliti sukai

karena matematika itu sulit untuk dipelajari.

Anggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit


(19)

3

peneliti mencoba bertanya kepada siswa SD mengenai matematika.

Beberapa siswa berpendapat bahwa matematika itu sulit karena terdapat

hitung menghitung, rumus, dan membutuhkan cara berpikir yang baik untuk

menyelesaikan soal seperti soal cerita. Hal tersebut menjadikan mereka

tidak menyukai matematika. Munculnya perasaan tidak suka terhadap

matematika menimbulkan rasa tidak nyaman saat siswa belajar matematika.

Daradjat (1990: 27) mengungkapkan bahwa proses emosi orang yang

sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin

(konflik) adalah manifestasi dari kecemasan.

Kecemasan terhadap matematika sering disebut sebagai kecemasan

matematika (mathematics anxiety). Tobias dalam Anita (2014: 127)

mengungkapkan pengertian kecemasan matematika sebagai

perasaan-perasaan tegang dan cemas saat menghadapi pemecahan masalah matematis

dalam beragam situasi kehidupan sehari-hari maupun situasi akademik.

Bukan hanya keterlibatan siswa belajar matematika di sekolah secara

akademik, tetapi apapun bentuk permasalahan dalam kehidupan sehari-hari

yang berhubungan dengan angka siswa akan mengalami cemas dan tegang.

Kecemasan belajar matematika yang dialami siswa membuat siswa merasa

bahwa dirinya tidak mampu dan tidak bisa mempelajari materi matematika

dan mengerjakan soal matematika. Trujillo dan Hadfield dalam Risnawita

(2014: 92) mengungkapkan bahwa keadaan ketidaknyamanan yang terjadi

sebagai respon terhadap situasi yang melibatkan tugas-tugas matematika

yang dianggap mengancam harga diri didefinisikan sebagai kecemasan


(20)

4

Kecemasan matematika dialami oleh salah satu siswa di SD Nila

(Pseudonym), tempat peneliti melaksanakan penelitian ini. Awal mulanya

peneliti meminta kepada guru kelas III A, Bu Dede (Pseudonym) untuk

melihat dalam daftar nilai nama-nama siswa yang mendapatkan nilai di

bawah KKM pada mata pelajaran matematika untuk dijadikan peneliti

sebagai partisipan dalam penelitian. Bu Dede memberikan lima nama-nama

siswa sebagai alternatif pilihan partisipan. Peneliti mencoba untuk

melakukan observasi dan wawancara kepada lima siswa yang mendapatkan

nilai di bawah KKM.

Beberapa siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM mengatakan

bahwa matematika itu sulit sehingga mereka mendapatkan nilai yang rendah

dalam mata pelajaran matematika. Siswa yang lainnya beranggapan biasa

saja terhadap matematika. Setelah peneliti melihat hasil kuesioner dan

observasi menunjukkan bahwa ada siswa yang menunjukkan kecemasan

belajar matematika tetapi ada pula siswa yang lain tidak mengalami

kecemasan. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Peneliti dan Bu Dede yang

pada awalnya sempat menduga bahwa kelima siswa yang mendapatkan nilai

rendah di bawah KKM sudah pasti menunjukkan kecemasaan belajar

matematika ternyata terbantahkan. Pada kenyataannya salah satu siswa yang

mendapatkan nilai di bawah KKM tetapi tidak menunjukkan kecemasan

belajar adalah Fabian (Pseudonym).

Fabian tidak menunjukkan gejala kecemasan fisik dan mental

terlihat saat peneliti melakukan observasi, pengisian kuesioner, dan


(21)

5

bersifat fisik dan bersifat mental. Gejala kecemasan fisik yaitu, ujung-ujung

jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, pukulan jantung cepat, keringat

bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, nafas

sesak, dan sebagainya. Gejala mental, antara lain: sangat takut, merasa akan

ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak

berdaya/rendah diri, hilang kepercayaan pada diri, tidak tentram, ingin lari

dari kenyataan hidup dan sebagainya. Hasil wawancara dengan Fabian

mengungkapkan bahwa dia hanya merasa biasa saja ketika belajar

matematika. Hanya saja Bu Dede mengatakan bahwa Fabian kurang

berkonsentrasi saat belajar matematika, Fabian agak susah mengeluarkan

pendapat, dan Fabian salah satu siswa yang mendapatkan nilai matematika

di bawah KKM.

Berdasarkan hasil observasi dan penjelasan di atas peneliti merasa

terdorong untuk melakukan penelitian seorang siswa yang mendapatkan

nilai matematika di bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan belajar

terhadap matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apa

penyebab siswa tersebut tidak mengalami kecemasan belajar matematika

dengan menggunakan grounded theory. Penelitian ini dibuat dengan judul

“Realita Ketidakcemasan Siswa Menghadapi Matematika”.

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab siswa yang


(22)

6 1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti

membatasi masalah penelitian dengan penyebab siswa yang mendapatkan

nilai di bawah KKM tidak mengalami kecemasan belajar matematika.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah

tersebut, ruumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apa penyebab

siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM tidak mengalami kecemasan

belajar pada mata pelajaran matematika?” 1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui penyebab siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM

tidak mengalami kecemasan belajar pada mata pelajaran matematika.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara umum hasil penelitian diharapkan dapat memberi sumbangan

bagi dunia pendidikan mengenai pandangan kecemasan terhadap mata

pelajaran matematika. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi dan

perbaikan bagi orang tua maupun guru.

1.6.2 Manfaat Praktis 1.6.2.1Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang penyebab siswa

yang mendapatkan nilai di bawah KKM tidak mengalami kecemasan belajar


(23)

7

belajar mengajar yang inovatif dan kreatif untuk mengurangi pandangan

siswa yang mengalami kecemasan belajar terhadap mata pelajaran

matematika.

1.6.2.2Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

referensi dalam mengembangkan penelitian yang selanjutnya, terutama

tentang kecemasan siswa SD dalam menghadapi mata pelajaran

matematika.

1.6.2.3Bagi Peneliti

Dengan dilakukannya penelitian ini peneliti dapat mengidentifikasi

penyebab siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM tidak mengalami

kecemasan belajar matematika dan membuat pandangan baru bagi peneliti

mengenai kecemasan matematika.

1.7 Definisi Operasional

1.7.2 Kecemasan adalah suatu keadaan perasaan afektif yang tidak

menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan

orang terhadap bahaya yang akan datang.

1.7.3 Matematika adalah matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri

sendiri, tetapi dapat membantu manusia untuk memahami dan memecahkan

permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

1.7.4 Kecemasan Matematika adalah perasaan ketegangan, cemas atau


(24)

8

1.7.5 Grounded Theory adalah metodologi penelitian kualitatif yang

berusaha membangun teori berdasarkan data yang dikumpulkan dan


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II peneliti akan membahas empat topik, yaitu mencakup kajian

pustaka, penelitian yang relevan, kerangka teori, dan pertanyaan penelitian.

Kajian pustaka berisi tentang deskripsi anak dan teori-teori tentang

kecemasan. Penelitian yang relevan berisi tentang paparan hasil penelitian

orang lain yang menunjang penelitian ini. Pada kerangka berpikir, peneliti

menunjukkan kepada pembaca untuk memahami penelitian yang dilakukan,

serta pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam

penelitian ini. Empat topik dalam Bab II ini akan dibahas peneliti secara

berurutan.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1.1Deskripsi Partisipan yang Diteliti

Partisipan dalam penelitian ini adalah anak yang tidak mengalami

kecemasan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SD Nila

(Pseudonym), peneliti menemukan anak yang mendapatkan nilai di bawah

KKM tidak mengalami kecemasan belajar matematika di kelas III A.

Partisipan dalam penelitian ini bernama Fabian (Pseudonym). Fabian

merupakan siswa kelas III A di SD Nila. Selain melakukan observasi,

peneliti juga melakukan wawancara dengan partisipan. Fabian berumur 9

tahun. Kondisi perekonomian Fabian termasuk menengah ke bawah. Fabian


(26)

10

Saat peneliti melakukan observasi di dalam kelas peneliti melihat

bahwa Fabian sama seperti siswa yang lainnya. Dilihat dari segi perilaku

Fabian sama seperti teman-temannya mencoba belajar dengan baik,

mendengarkan ketika guru menjelaskan, dan sesekali bercanda atau

mengobrol dengan teman sebangku saat pembelajaran sedang berlangsung.

Segi fisik Fabian terlihat sama dengan siswa yang lain. Namun pada saat

peneliti melakukan wawancara di SD Nila, Bu Dede (Pseudonym) sebagai

guru kelas Fabian dan sumber informan mengungkapkan kebiasaan Fabian

saat belajar bahwa Fabian kurang fokus, sering melamun, terkadang suka

meremehkan tugas, mengerjakan tugas sesuka hati tetapi jika ditegur Bu

Dede, Fabian mau mengerjakan walaupun mengerjakannya dengan sesuka

hati dia. Secara fisik, Fabian terlihat seperti anak pada umumnya berpakaian

rapi, tidak terdapat cacat fisik, tetapi hasil wawancara Bu Dede mengatakan

bahwa Fabian kurang mendapatkan perhatian dari keluarganya dikarenakan

mama dan papa Fabian sibuk bekerja. Hampir keseluruhan bidang akademik

seperti IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia mendapat nilai pas-pasan KKM.

Sedangkan nilai matematika Fabian mendapatkan nilai di bawah KKM.

Setelah melihat nilai matematika Fabian peneliti mencoba

mewawancarai Fabian tentang cara belajar di rumah, Fabian mengatakan

bahwa Fabian terkadang mempunyai inisiatif sendiri untuk belajar tetapi

harus didampingi oleh orang tua atau kakak ketika belajar di rumah. Namun

Fabian lebih sering didampingi belajar oleh kakak kandung Fabian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Fabian bahwa Fabian mencoba belajar


(27)

11

KKM. Peneliti sempat bertanya kepada Fabian perasaan Fabian saat belajar

matematika. Fabian hanya menjawab biasa saja walaupun kenyataannya dia

mendapatkan nilai di bawah KKM. Selain orang tua yang mendampingi

Fabian belajar matematika, Fabian diminta orang tua mengikuti bimbingan

belajar di suatu lembaga namun sekarang Fabian tidak mengikutinya lagi.

Berdasarkan penjelasan dari Fabian, peneliti akan membahas lebih lanjut

mengenai penyebab Fabian tidak mengalami kecemasan belajar matematika

dengan menggunakan grounded theory. Penjelasan lebih lanjut mengenai

grounded theory terdapat pada Bab III. 2.2 Teori-teori yang Mendukung 2.2.1 Kecemasan

2.2.1.1Pengertian Kecemasan

Freud dalam Semiun (2006) menjelaskan bahwa kecemasan adalah

suatu keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai

dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang

akan datang. Kartono (2002: 32) mengungkapkan anxiety (kecemasan,

kegelisahan) adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan

keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk

ketakutan tersebut.

Menurut Suryabrata (2006: 139) biasanya reaksi individu terhadap

ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapinya ialah

menjadi cemas atau takut. Sedangkan Gunarsa (1986: 27) menjelaskan

bahwa kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas


(28)

12

Daradjat (1990: 27) mengungkapkan kecemasan adalah manifestasi

dari berbagai proses emosi yang bercampur baur. Proses emosi ini terjadi

ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan

pertentangan batin (konflik).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

kecemasan adalah suatu keadaan emosi disertai dengan sensasi fisik yang

memperingatkan orang terhadap bahaya atau reaksi individu terhadap

ketidaksenangan yang tidak jelas sebabnya.

2.2.1.2Tipe Kecemasan

Freud dalam Suryabrata (2006: 139) mengemukakan adanya tiga

macam kecemasan, yaitu:

a. Kecemasan realitis

Dari ketiga macam kecemasan yaitu kecemasan realitis, kecemasan

neurotik, dan kecemasan moral yang paling pokok adalah kecemasan atau

ketakutan yang realitis, atau takut akan bahaya-bahaya di dunia luar; kedua

kecemasan yang lain diasalkan dari kecemasan yang realistis ini.

b. Kecemasan neurotis

Kecemasan neurotis adalah kecemasan kalau insting-insting tidak

dapat dikendalikan dan menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat

dihukum. Kecemasan ini sebenarnya mempunyai dasar di dalam realitas,

karena dunia sebagaimana diwakili oleh orang tua dan lain-lain orang yang

memegang kekuasaan itu menghukum anak yang melakukan tindakan


(29)

13

c. Kecemasan moral

Kecemasan moral adalah kecemasan kata hati. Orang yang

mempunyai rasa berkembang baik cenderung untuk merasa dosa apabila dia

melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang

bertentangan dengan norma-norma moral. Kecemasan moral ini juga

mempunyai dasar dalam realitas; karena di masa yang lampau orang telah

mendapatkan hukuman sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar kode

moral, dan mungkin akan mendapat hukuman lagi.

Menurut Daradjat (1990: 27), kecemasan terbagi dalam

bermacam-macam:

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya

yang mengancam dirinya. Cemas ini lebih dekat kepada rasa takut,

karena sumbernya jelas terlihat dalam pikiran, misalnya ketika ingin

menyeberang jalan terlihat mobil berlari kencang seakan-akan hendak

menabraknya. Atau seorang mahasiswa yang sepanjang tahun

bermain-main saja, merasa cemas (gelisah) apabila ujian datang.

b. Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.

Yang paling sederhana ialah cemas yang umum, dimana orang merasa

cemas (takut) yang kurang jelas, tidak tertentu dan tidak ada

hubungannya dengan apa-apa, serta takut itu mempengaruhi

keseluruhan diri pribadi. Ada pula cemas dalam bentuk takut akan

benda-benda atau hal-hal tertentu, misalnya takut melihat darah,

serangga, binatang-binatang kecil, tempat yang tinggi, atau orang ramai.


(30)

14

yang mungkin ditimbulkan oleh benda-benda tersebut atau tidak

berbahaya sama sekali. Ada pula cemas dalam bentuk ancaman, yaitu

kecemasan yang menyertai gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa.

Orang merasa cemas karena menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak

menyenangkan, sehingga ia merasa terancam oleh sesuatu itu.

c. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah melakukan hal-hal

berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Cemas ini sering pula

menyertai gejala-gejala gangguan jiwa, yang kadang-kadang terlihat

dalam bentuk yang umum.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan dalam

menghadapi mata pelajaran matematika dapat digolongkan dalam

kecemasan realitas dan kecemasan dalam bentuk ancaman. Digolongkan

dalam kecemasan realitas karena siswa saat belajar matematika dapat

merasakan sesuatu perasaan yang nyata dan terjadi dalam diri siswa.

Perasaan yang nyata dan terjadi dalam diri siswa seperti perasaan tegang

atau tertekan. Kecemasan dalam menghadapi matematika dapat

digolongkan dalam bentuk ancaman karena perasaan tegang atau tertekan

menjadikan siswa berpikir sesuatu hal yang tidak menyenangkan. Misalkan

tegang sebelum ujian matematika berlangsung siswa berpikir bahwa dia

tidak dapat mengerjakan karena tidak menguasai materi ujian dan akan


(31)

15 2.2.1.3 Aspek Kecemasan

Menurut Daradjat (1990: 28), gejala-gejala cemas ada yang bersifat

fisik dan ada yang bersifat mental. Berikut adalah beberapa gejala

kecemasan:

a. Gejala fisik yaitu, ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak

teratur, pukulan jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak,

nafsu makan hilang, kepala pusing, nafas sesak, dan sebagainya.

b. Gejala mental, antara lain: sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya

atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya/rendah

diri, hilang kepercayaan pada diri, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan

hidup dan sebagainya.

Supratiknya (1995: 39), penderita yang mengalami keadaan cemas

menunjukkan simtom-simtom sebagai berikut:

a. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was dan keresahan yang

bersifat tak menentu (diffuse uneasiness).

b. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan, dan sering merasa

tidak mampu, minder, depresi serba sedih.

c. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan, serba takut salah.

d. Rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap tegang

lamban, bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang secara

tiba-tiba atau yang tak diharapkan, dan selalu melakukan gerakan-gerakan

neurotik tertentu, seperti mematah-matahkan buku, jari, mendeham, dan


(32)

16

e. Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya pada leher dan

sekitar bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering buang

air kecil, dan menderita gangguan tidur berupa insomnia dan mimpi buruk.

f. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah.

g. Sering berdebar-debar dan tekanan darahnya tinggi.

h. Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa sebab

yang jelas.

i. Sering mengalami “anxiety attacks” atau tiba-tiba cemas tanpa ada sebab pemicunya yang jelas. Gejala-gejalanya dapat berupa berdebar-debar,

sulit bernafas, berkeringat, pingsan, badan terasa dingin,

terkencing-kencing, atau sakit perut.

Nevid dkk (2005: 164) mengungkapkan beberapa ciri kecemasan

berikut ini:

a. Ciri-ciri fisik dari kecemasan

1)Kegelisahan dan kegugupan

2)Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar

3)Sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi

4)Kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada

5)Banyak berkeringat

6)Telapak tangan yang berkeringat

7)Pening atau pingsan

8)Mulut atau kerongkongan terasa kering

9)Sulit berbicara


(33)

17 11)Bernafas pendek

12)Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang

13)Suara yang bergetar

14)Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin

15)Pusing

16)Merasa lemas atau mati rasa

17)Sulit menelan

18)Kerongkongan terasa tersekat

19)Leher atau punggung terasa kaku

20)Sensasi seperti tercekik atau tertahan

21)Tangan yang dingin dan lembab

22)Terdapat gangguan sakit perut atau mual

23)Panas dingin

24)Sering buang air kecil

25)Wajah terasa memerah

26)Diare

27)Merasa sensitif atau “mudah marah” b. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan

1)Perilaku menghindar

2)Perilaku melekat dan dependen

3)Perilaku terguncang

c. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan


(34)

18

2)Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu

yang terjadi di masa depan

3)Keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa

ada penjelasan yang jelas

4)Terpaku pada sensasi kebutuhan

5)Sangat waspada terhadap sensasi kebutuhan

6)Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya

sedikit atau tidak mendapat perhatian

7)Ketakutan akan kehilangan kontrol

8)Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah

9)Berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan

10)Berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan

11)Berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa

diatasi

12)Khawatir terhadap hal-hal yang sepele

13)Berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang

14)Berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti

akan pingsan

15)Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan

16)Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu

17)Berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan

sesuatu yang salah secara medis

18)Khawatir akan ditinggal sendirian


(35)

19

Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa

terdapat tiga aspek kecemasan antara lain; fisik, mental, dan perilaku.

a. Indikator aspek fisik: respon dari anggota tubuh terhadap rasa cemas.

Misalnya, ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, pukulan

jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan

hilang, kepala pusing, nafas sesak, pingsan dan sebagainya

b. Indikator aspek mental

1)Kognitif: timbul dari pemikiran pribadi. Misalnya, khawatir tentang

sesuatu, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, tidak mampu

menghilangkan pikiran-pikiran terganggu, berpikir akan segera mati

meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis,

khawatir akan ditinggal sendirian, sulit berkonsentrasi dan

memfokuskan pikiran.

2)Afektif: timbul dari perasaan pribadi. Misalnya, rasa takut, merasa

akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian,

tidak berdaya/rendah diri, hilang kepercayaan pada diri, tidak tentram,

ingin lari dari kenyataan hidup, sering mengalami “anxiety attacks” atau tiba-tiba cemas tanpa ada sebab pemicunya yang jelas, senantiasa

diliputi ketegangan, rasa was-was dan keresahan yang bersifat tak

menentu (diffuse uneasiness), terlalu peka (mudah tersinggung) dalam

pergaulan, dan sering merasa tidak mampu, minder, depresi serba sedih,

dan sebagainya.

c. Indikator aspek perilaku: tingkah laku seseorang untuk mengatasi


(36)

20

meninggalkan pembelajaran matematika di kelas, melekat dan dependen

dengan mencontek saat ujian berlangsung, terguncang dengan menunjukkan

perilaku menolak.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan

ditimbulkan oleh dua faktor yaitu faktor biologis yang ditimbulkan dari fisik

seseorang dan faktor kognitif ditimbulkan dari gangguan-gangguan

kecemasan masa lalu.

2.2.2 Kecemasan Matematika

2.2.2.1Pengertian Kecemasan Matematika

Tobias dalam Anita (2014: 127) mengemukakan pengertian

kecemasan matematika adalah sebagai perasaan-perasaan tegang dan cemas

yang mencampuri manipulasi bilangan-bilangan dan pemecahan masalah

matematis dalam beragam situasi kehidupan sehari-hari dan situasi

akademik. Ashcraft dalam Anita (2014: 127) mendefinisikan kecemasan

matematika sebagai perasaan ketegangan, cemas, atau ketakutan yang

mengganggu kinerja matematika. Sedangkan Richardson dan Suinn dalam

Anita (2014: 27) menyatakan bahwa kecemasan matematika melibatkan

perasaan tegang dan cemas yang mempengaruhi dengan berbagai cara

ketika menyelesaikan soal matematika dalam kehidupan nyata dan

akademik.

Mathison dalam Risnawita (2014: 91) mendefinisikan kecemasan

matematika sebagai ketakutan irasional matematika yang berkisar dari yang

sederhana yaitu ketidaknyamanan yang terkait dengan operasi numberik.


(37)

21

Risnawita (2014: 92) yang menyatakan kecemasan matematika adalah

keadaan ketidaknyamanan yang terjadi sebagai respons terhadap situasi

yang melibatkan tugas-tugas matematika yang dianggap mengancam harga

diri.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan kecemasan

matematika adalah perasaan tidak nyaman seseorang yang dapat

mengganggu kinerja berhubungan dengan matematika dalam kehidupan

sehari-hari maupun akademik.

2.2.3 Pelajaran Matematika SD

Runtukahu (2014: 28) mengungkapkan bahwa pemusatan

pengajaran matematika SD sering hanya pada keterampilan berhitung

(penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian bilangan bulat, pecahan,

dan desimal) dan beranggapan bahwa jika anak telah menguasai berhitung

ia telah menguasai semua kompetensi matematika, jelas bahwa matematika

bukan hanya menekankan berhitung. Menurut Johnson & Rising dalam

Runtukahu (2014: 28), memberikan beberapa definisi matematika sebagai

berikut.

a. Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori

dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau

tidak didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah

dibuktikan kebenaranya.

b. Matematika adalah bahasa symbol tentang berbagai gagasan dengan

menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan


(38)

22

c. Matematika adalah seni, dimana keindahannya terdapat dalam

keterurutan dan keharmonisan.

Beth & Piaget dalam Runtukahu (2014: 28) mengatakan bahwa yang

dimaksud dengan matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan

berbagai struktur abstrak dan hubungan antar-struktur tersebut sehingga

terorganisasi dengan baik.

Kline dalam Runtukahu (2014: 28) lebih cenderung mengatakan

bahwa matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi

dapat membantu manusia untuk memahami dan memecahkan permasalahan

sosial, ekonomi, dan alam.

Reys dkk., dalam Runtukahu (2014: 28), mengatakan bahwa

matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dengan

strategi organisasi, analisis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan

masalah-masalah abstrak dan praktis.

Hudojo (1988: 3) mengatakan bahwa matematika berkenaan dengan

ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan

penalarannya deduktif.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan matematika adalah

pengetahuan terstruktur dengan konsep-konsep abstrak, simbol yang

didefinisikan secara keterurutan, cermat, jelas, dan akurat memerlukan cara

berpikir yang kritis untuk memecahkan masalah yang nantinya dapat


(39)

23 2.3 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Rani Ayuningtyas (2009)

yang berjudul “Studi Deskriptif Kecemasan Siswa Kelas 6 Sekolah Dasar Dalam Menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN)”. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif-kuantitatif yang artinya memberikan gambaran secara umum

tentang kecemasan yang dialami siswa kelas 6 SD dalam menghadapi

UASBN berdasarkan analisis skor jawaban subjek pada skala sebagaimana

adanya.

Metode yang digunakan dalam proses penskalaan pada penelitian ini

adalah metode rating yang dijumlahkan (method of summate rating) atau

populasi dengan nama penskalaan model Likert. Penelitian ini

dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan siswa yang mengalami

kecemasan dalam menghadapi ujian atau tes. Subjek penelitian adalah siswa

kelas 6 SD Pangudi Luhur, Yogyakarta yang berjumlah 70 orang.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

kecemasan terhadap Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN).

Berdasarkan analisis deskriptif data diperoleh mean empirik < mean teoritik

yaitu 113,4857 < 135. Hal tersebut menunjukkan kecemasan siswa rendah.

Norma kategorisasi yang ada menunjukkan 51,43% subjek dalam penelitian

berada pada kategori kecemasan terhadap UASBN sedang dan 42,86%

subjek berada pada kategori kecemasan rendah

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Inana Siti Maryam (2013)


(40)

24

Menghadapi Mata Pelajaran Matematika Pada Siswa SD Negeri Bratan III

Surakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi mata pelajaran matematika.

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara efikasi diri

dengan kecemasan menghadapi mata pelajaran matematika pada siswa SD

Negeri Bratan III Surakarta. Analisis data menggunakan teknik korelasi

product moment dari Pearson, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,382; p = 0,000 (p<0,01) artinya ada hubungan negatif yang sangat

signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi mata pelajaran

matematika. Jadi hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Teknik pengambilan subjek dalam penelitian ini adalah studi

populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswa kelas 3, 4, dan 5

yang berjumlah 110 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian

adalah skala efikasi diri berdasarkan teori dari Bandura yang meliputi

tingkat kesulitan (magnitude), umum (generality), kekuatan (strength), dan

skala kecemasan berdasarkan teori dari Blackburn dan Davidson yang

terdiri dari suasana hati, pikiran, motivasi, perilaku, dan reaksi biologis.

Hasil dalam penelitian adalah adanya hubungan negatif yang sangat

signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi mata pelajaran

matematika. Hal tersebut berarti efikasi diri dengan segala aspek yang

terkandung di dalamnya memberikan kontribusi terhadap kecemasan siswa

dalam menghadapi mata pelajaran matematika meskipun tidak hanya


(41)

25

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Rossa Amelia (2011) dengan

judul “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Dalam Mengurangi Kecemasan Belajar Matematika Siswa

(Penelitian Tindakan Kelas di SDN PGS 2 Depok)”. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang

terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi,

dan refleksi. Instrument yang digunakan adalah lembar observasi

kecemasan belajar matematika siswa, jurnal harian siswa, wawancara, dan

tes akhir siklus.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan pendekatan

PMRI dapat mengurangi kecemasan belajar matematika siswa yaitu 15,5%

pada siklus I menjadi 9,2% pada siklus II. Hal tersebut menunjukkan pula

adanya peningkatan rata-rata hasil belajar matematika siswa yaitu 83,48

pada siklus I menjadi 90,38 pada siklus II, dan memberikan respon positif

terhadap pembelajaran matematika sebesar 81,4% pada siklus I dan 94,9%

pada siklus II. Pendekatan PMRI mengurangi kecemasan belajar

matematika siswa dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Ketiga penelitian tersebut, menunjang penelitian yang peneliti

lakukan. Pada penelitian pertama menyatakan tentang siswa SD mengalami

kecemasan tingkat sedang saat menghadapi UASBN. Penelitian kedua

mengungkapkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara

efikasi diri dengan kecemasan menghadapi mata pelajaran matematika.

Penelitian yang ketiga menjelaskan pendekatan PMRI dapat mengurangi


(42)

26

matematika siswa. Oleh sebab itu, ketiga penelitian tersebut memberikan

relevansi kepada peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai

kecemasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

Peneliti membuat literature map yang memuat penelitian-penelitian

terdahulu sampai dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Literature

map yang dibuat oleh peneliti, menunjukkan hubungan antara penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Berdasarkan studi literature penelitian kecemasan matematika. Peneliti

memberikan pandangan baru pada dunia penelitian yaitu untuk mengetahui

penyebab siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tidak

mengalami kecemasan belajar dengan menggunakan metode grounded


(43)

27

Gambar 2.1 Literature Map

2.4 Kerangka Berpikir

Matematika menjadi salah satu mata pelajaran inti yang dipelajari di

Sekolah Dasar. Hal itu terjadi karena ilmu dari matematika dapat berguna

dalam kehidupan sehari-hari seperti ilmu hitung menghitung. Ilmu hitung

menghitung biasa digunakan dalam kegiatan jual beli. Tetapi untuk

mempelajari matematika bukanlah suatu ilmu yang mudah. Masih saja

siswa yang beranggapan bahwa matematika menjadi salah satu mata

pelajaran yang ‘momok’ untuk ditakuti. Saat mempelajari matematika siswa

dapat merasakan kecemasan tersendiri. Terdapat anggapan beberapa siswa

bahwa matematika sulit untuk dipahami dan siswa merasa takut jika Ayuningtyas (2009) yang

berjudul “Studi Deskriptif Kecemasan Siswa Kelas 6 Sekolah

Dasar Dalam Menghadapi Ujian Akhir

Sekolah Berstandar Nasional (UASBN)”.

Maryam (2013) yang

berjudul “Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Kecemasan

Menghadapi Mata Pelajaran Matematika Pada Siswa SD Negeri Bratan III Surakarta”

Amelia (2011) dengan

judul “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Dalam Mengurangi Kecemasan Belajar Matematika Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di SDN PGS 2

Depok)”

Realita Ketidakcemasan Siswa Menghadapi Matematika


(44)

28

mendapatkan nilai yang kurang memuaskan dalam mata pelajaran

matematika.

Anggapan bahwa matematika itu sulit untuk dipahami juga

ditemukan di SD Nila (Pseudonym). SD Nila merupakan sekolah dasar yang

di dalamnya terdapat beberapa anak yang memiliki kecemasan terhadap

mata pelajaran matematika. Hasil dari observasi dan wawancara yang

peneliti lakukan di SD Nila, terhadap salah satu siswa yang mendapatkan

nilai matematika di bawah KKM tetapi tidak merasakan kecemasan. Siswa

tersebut adalah Fabian (Pseudonym). Fabian mengungkapkan bahwa dia

merasa biasa-biasa saja dengan matematika. Walaupun dia mendapatkan

nilai di bawah KKM, dia tidak merasa cemas dengan hal tersebut.

Orang beranggapan bahwa biasanya siswa akan cemas jika

mendapatkan nilai matematika yang jelek. Namun tidak dengan Fabian.

Peneliti melihat bahwa Fabian tidak menunjukkan tanda-tanda kecemasan

sesuai dengan indikator kecemasan. Menurut pengakuan dari guru kelas

Fabian mengungkapkan bahwa Fabian mendapatkan nilai matematika di

bawah KKM, perilaku Fabian saat belajar di kelas terlihat kurang

berkonsentrasi, suka menyepelekan tugas, dan sesuka hati dia untuk

menyelesaikan tugas.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap Fabian. Peneliti melakukan wawancara yang

mendalam dan observasi untuk mengetahui informasi dengan lebih jelas dan

terpercaya dari sumber-sumber yang ingin digali informasinya oleh peneliti.


(45)

29

siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM tidak mengalami kecemasan

belajar matematika.

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

2.5 Pertanyaan Penelitian

Jenis wawancara yang dilakukan oleh peneliti tidak terstruktur.

Wawancara tidak terstruktur dilakukan karena memiliki kelonggaran dalam

banyak hal termasuk dalam hal pedoman wawancara yang bersifat fleksibel

dan tidak menyimpang dari tujuan wawancara yang telah ditetapkan.

Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa pertanyaan penelitian

yang dapat membantu pada saat melakukan penelitian antara lain:

2.5.1 Bagaimana perilaku siswa yang mendapatkan nilai matematika di

bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan saat belajar matematika di

sekolah?

Anggapan bahwa matematika itu sulit

Hasil penelitian ditemukan bahwa siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM, tidak

merasakan kecemasan belajar matematika

Matematika sulit menyebabkan siswa mendapat nilai matematika

di bawah KKM, biasanya merasakan kecemasan belajar

matematika

Penyebab siswa mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tetapi tidak merasakan kecemasan


(46)

30

2.5.2 Bagaimana perilaku siswa yang mendapatkan nilai matematika di

bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan saat belajar matematika di

rumah?

2.5.3 Bagaimana cara keluarga mendampingi siswa yang mendapatkan nilai

matematika di bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan belajar

matematika di rumah?

2.5.4 Bagaimana cara guru mendampingi siswa yang mendapatkan nilai

matematika di bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan belajar

matematika di sekolah?

2.5.5 Bagaimana prestasi belajar siswa tersebut?

2.5.6 Bagaimana kondisi pertemanan siswa yang mendapatkan nilai

matematika di bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan saat di


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III peneliti akan membahas tujuh topik, yaitu jenis penelitian,

setting penelitian, desain penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pemeriksaan keabsahan data, dan teknik analisis data.

Jenis penelitian berisi tentang jenis penelitian yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini yaitu grounded theory, serta alasan yang digunakan.

Setting penelitian memuat tempat dan waktu yang dilakukan selama penelitian. Desain penelitian berisi langkah-langkah peneliti saat melakukan

penelitian dan perolehan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan

oleh peneliti dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan

dokumen. Instrumen penelitian ini disajikan dengan menggunakan peneliti

sendiri, sedangkan keabsahan data memuat uji kredibilitas dan pengujian

transferability. Teknik analisis data menjelaskan tentang proses awal hingga akhir dalam penelitian ini. Ketujuh hal tersebut akan dibahas secara urut

oleh peneliti.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini disusun secara kualitatif bertujuan untuk

mengetahui penyebab siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah

KKM tidak mengalami kecemasan matematika. Jenis penelitian yang

digunakan adalah Grounded Theory. Grounded theory adalah metodologi

penelitian kualitatif yang berusaha membangun teori berdasarkan data yang


(48)

32

Menurut Strauss & Corbin dalam Gunawan (2013: 201) grounded theory

dibangun dari data tentang suatu fenomena, bukan suatu hasil

pengembangan teori yang sudah ada.

Meyer dalam Gunawan (2013: 113) mengungkapkan perbedaan

penelitian grounded theory dengan penelitian studi kasus, jenis penelitian

grounded theory mengangkat teori secara langsung dari data temuan di lapangan (firsthand data) dan cenderung menghindari pengaruh dari teori

yang ada. Sementara penelitian studi kasus menggunakan teori yang sudah

ada sebagai acuan untuk menentukan posisi hasil penelitian terhadap teori

yang ada tersebut. Posisi teori yang dibangun dalam penelitian studi kasus

dapat sekedar memperbaiki, melengkapi atau menyempurnakan teori yang

ada berdasarkan perkembangan dan perubahan fakta terkini.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian grounded theory karena

peneliti menemukan teori secara langsung berdasarkan data temuan di

lapangan bahwa tidak semuanya siswa yang mendapatkan nilai matematika

di bawah KKM mengalami kecemasan belajar matematika. Salah satu

sumber yang dapat digunakan dalam grounded theory adalah literature yang

meliputi: bacaan teori dalam penelitian ini menggunakan bacaan teori

mengenai kecemasan, penelitian yang relevan mengenai kecemasan

matematika, dan berbagai macam dokumen dalam penelitian ini

menggunakan dokumen nilai mata pelajaran matematika. Oleh karena

dimilikinya keakraban dengan publikasi-publikasi tersebut, akan dimiliki


(49)

33

fenomena yang sedang dipelajari (Strauss & Corbin dalam Gunawan, 2013:

200).

3.2 Deskripsi Setting Penelitian 3.2.1 Sekolah

SD Nila (Pseudonym) merupakan lokasi yang digunakan oleh

peneliti sebagai tempat penelitian. SD Nila merupakan sekolah swasta yang

telah berusia 94 tahun ini terletak sangat strategis berada di daerah

perkotaan Yogyakarta. Suasana sekolah sangat nyaman dan sejuk, di sekitar

sekolah ditumbuhi pepohonan yang sangat rindang. Hal tersebut menjadikan

sebuah kebanggaan untuk sekolah karena SD Nila mendapatkan kejuaraan

Adiwiyata sejak tahun 2008. SD Nila memiliki halaman sekolah yang cukup

luas untuk melakukan aktivitas sekolah, seperti upacara bendera, olahraga,

kegiatan kerohanian, maupun kegiatan lainnya. SD tersebut memiliki 12

ruang kelas. Setiap kelas merupakan kelas paralel masing-masing terdiri

dari dua kelas. Peneliti melaksanakan penelitian ini di kelas III A. SD Nila

merupakan sekolah yang dapat dikatakan memiliki fasilitas yang tercukupi.

SD Nila memiliki fasilitas 1 ruangan perpustakaan, 1 Unit Kegiatan

Sekolah, 1 ruang komputer dengan 20 unit komputer di dalamnya, 1 ruang

guru, 1 ruang kepala sekolah beserta tata usaha, 1 kantin, dan 12 kamar

mandi. Saat ini SD Nila terdapat 12 guru yang mengajar di kelas 1 sampai

dengan kelas 6, kepala sekolah dibantu dengan oleh 1 petugas tata usaha, 1

penjaga kantin, 1 penjaga sekolah, dan 1 satpam. SD Nila merupakan

sekolah dengan mayoritas kondisi perekonomian siswa menengah ke atas.


(50)

34

mengantar anaknya banyak mobil dan sepeda motor yang terparkir di dalam

halaman sekolah maupun luar sekolah.

3.2.2 Deskripsi Pembelajaran Matematika Di SD Nila

Pembelajaran matematika kelas III di SD Nila terjadwal setiap

empat kali dalam satu minggu. Kegiatan pembelajaran matematika

berlangsung selama dua JP, satu JP terdapat 40 menit. Saat peneliti

melakukan observasi pembelajaran matematika di dalam kelas III A,

peneliti melihat cara mengajar guru di SD Nila masih cenderung

menggunakan metode ceramah yaitu guru menjelaskan dan siswa

mendengarkan. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan Bu

Dede (Pseudonym) selaku guru kelas III A yang sekaligus mengajar

matematika beliau mengungkapkan cara mengajar di dalam kelas. Bu Dede

dalam mengajar tetap menggunakan buku pelajaran yang ditentukan oleh

sekolah maupun menggunakan sumber buku lain sebagai bahan acuan

pembelajaran dan media pembelajaran jika dirasa perlu. Bu Dede juga

melakukan pendekatan dengan siswa yang dirasa mengalami kesulitan saat

belajar matematika. Proses pendekatan yang dilakukan Bu Dede dengan

lebih ekstra hati-hati dan teliti menjelaskan materi lebih detail lagi sehingga

siswa yang mengalami kesulitan lebih memahami. Bu Dede

mengungkapkan bahwa Bu Dede sering menggunakan metode bercerita dan

mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari agar siswa lebih tertarik dan

memahami materi.

Bu Dede mengatakan bahwa selain menerapkan metode bercerita


(51)

35

and punishment dalam kegiatan pembelajaran matematika. Salah satu reward yang ditunjukkan dalam pembelajaran peneliti melihat jika Bu Dede meminta salah satu siswa untuk diminta mengerjakan soal di papan tulis dan

siswa tersebut dapat menjawab soal dengan benar maka siswa tersebut

mendapatkan tambahan point dalam nilai matematikanya sebanyak satu

point. Namun jika siswa tidak dapat menjawabnya maka siswa tersebut

tidak memperoleh tambahan point. Peneliti melihat bahwa hal tersebut

dapat dilakukan saat kegiatan pembelajaran agar siswa merasa termotivasi

dan mempunyai tantangan yang lebih dalam belajar.

Ketika observasi kegiatan belajar mengajar matematika di dalam

kelas, peneliti tidak melihat secara langsung bentuk punishment yang

diberikan Bu Dede kepada siswa. Bu Dede hanya mengatakan kepada

peneliti jika siswa tidak mengerjakan PR salah satu konsekuensi yang

didapatkan yaitu siswa diminta untuk segera mengerjakannya di

perpustakaan dan melaksanakan piket kelas. Peneliti melihat mengenai cara

belajar matematika siswa di dalam kelas. Bu Dede masih menggunakan cara

belajar dengan memberikan contoh soal dan mencoba menjelaskannya

dengan menyelesaikan contoh soal tersebut bersama-sama siswa. Setelah

selesai memberikan penjelasan, Bu Dede meminta siswa untuk mencoba

beberapa nomor soal latihan yang diberikan oleh Bu Dede. Siswa diberi

beberapa menit untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh Bu Dede.

Ketika siswa sudah selesai mengerjakan, Bu Dede meminta salah satu siswa

kelas III A untuk mencoba mengerjakan di papan tulis kemudian akan


(52)

36

mencoba menjawab soal tersebut. Jika siswa menjawab benar soal yang

diberikan oleh Bu Dede maka berlaku sistem reward tersebut. Namun

terkadang ketika Bu Dede meminta salah satu siswa untuk maju menjawab

ke depan kelas masih ada siswa yang tidak mau untuk ditunjuk mengerjakan

soal. Salah satu cara agar untuk mensiasatinya Bu Dede menggunakan

sistem reward tersebut.

3.2.3 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari pertengahan bulan Desember 2016

sampai bulan Maret 2017. Waktu penelitian dapat dilihat pada tabel jadwal

penelitian berikut.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan (dalam bulan)

11 12 01 02 03 04 05 06

Tahun 2016 Tahun 2017

1 Observasi

Keadaan

Lapangan

2 Pengumpulan

Data

(observasi,

wawancara,

dan

dokumentasi)


(53)

37 Proposal

4 Pengecekan

Data dan

proposal

5 Pengolahan

Data

6 Penyusunan

Laporan

7 Ujian Skripsi

Pemilihan partisipan dalam penelitian ini yaitu seorang siswa kelas

III A yang tida mengalami kecemasan belajar matematika, guru kelas III A,

kakak kandung dari siswa kelas III A dan orang tua siswa kelas III A yang

tidak mengalami kecemasan belajar matematika. Para partisipan ini

dianggap dapat mewakili dan menjawab penyebab siswa tidak mengalami

kecemasan belajar terhadap matematika. Dalam grounded theory proses

pemilihan sampel berhubungan erat dengan pengumpulan data dan analisis

data. Analisis data dalam penelitian grounded theory berlangsung selama

penelitian berproses, mulai dari wawancara hingga berakhir pada

pengamatan (Tohirin, 2011: 33). Oleh karena itu partisipan dalam penelitian

bisa berubah maupun bertambah. Pada penelitian ini, peneliti pertama kali

melakukan wawancara dengan guru kelas III A SD Nila selaku informan I.


(54)

38

tersebut. Pembahasan lebih lanjut mengenai latar belakang partisipan akan

dibahas pada bagian latar belakang informan dan temuannya.

3.3 Desain Penelitian

Pertama kali peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas III A

yaitu Bu Dede (Pseudonym) pada tanggal 13 Januari 2017 di ruang guru.

Peneliti meminta izin kepada Bu Dede untuk mengadakan penelitian di

kelas yang diampu oleh Bu Dede yaitu kelas III A di SD Nila. Peneliti

mencoba menanyakan kepada Bu Dede mengenai siswa yang mengalami

kecemasan belajar terhadap mata pelajaran matematika dengan

menunjukkan indikator-indikator kecemasan kepada Bu Dede. Setelah Bu

Dede melihat beberapa indikator kecemasan yang ditunjukkan oleh peneliti,

Bu Dede memberikan pernyataan ada beberapa siswa yang kemungkinan

bisa menjadi partisipan. Pada tanggal 18 Januari 2017 peneliti melakukan

observasi di kelas III A saat proses pembelajaran matematika sedang

berlangsung. Peneliti mengamati cara guru mengajar di kelas dan

mengamati cara belajar maupun tingkah laku siswa yang pada awalnya

disarankan oleh Bu Dede sebagai partisipan. Setelah mengamati beberapa

partisipan akhirnya peneliti meminta kelima dugaan awal subjek peneliti

untuk diuji apakah benar mereka mengalami kecemasan belajar terhadap

matematika dengan mengisi kuesioner yang berisikan pernyataan yang

berhubungan indikator-indikator kecemasan belajar terhadap matematika.

Hasil kuesioner menunjukkan bahwa dari kelima dugaan awal

partisipan terdapat salah satu siswa yang mengalami kecemasan belajar


(55)

39

siswa tersebut mendapatkan nilai matematika di bawah KKM. Peneliti

tertarik untuk mengambil siswa Fabian (Pseudonym) sebagai partisipan

karena berdasarkan hasil pengisian kuesioner Fabian tidak menunjukkan

tanda-tanda kecemasan terhadap matematika walaupun Fabian mendapatkan

nilai di bawah KKM. Peneliti melakukan wawancara terhadap Fabian

sebanyak tiga kali. Peneliti menanyakan beberapa pertanyaan kepada Fabian

mengenai bagaimana cara belajar matematika Fabian saat di sekolah

maupun di rumah, bagaimana kondisi lingkungan seperti teman-teman,

guru, dan orang tua Fabian dalam mendukung belajar, bagaimana perasaan

Fabian saat sedang menghadapi pelajaran matematika, dan berbagai

pertanyaan yang dapat membantu peneliti dalam menjawab penyebab siswa

tidak mengalami kecemasan belajar matematika sedangkan Fabian

mendapatkan nilai matematika di bawah KKM. Daftar topik pertanyaan

untuk wawancara disajikan dalam Lampiran A.

Setelah melakukan wawancara dengan Fabian, peneliti melakukan

wawancara yang mendalam dengan Bu Dede untuk mendapatkan informasi

tentang Fabian. Wawancara mendalam dilakukan peneliti guna untuk

menanyakan kepada Bu Dede pertanyaan lebih mendalam yang peneliti

tidak bisa dapatkan dari sumber informan lain. Wawancara yang mendalam

peneliti bertanya terkait latar belakang Fabian seperti kondisi keluarga, hasil

belajar Fabian, tingkah laku Fabian saat belajar di dalam kelas, hubungan

sosial Fabian saat di sekolah, dan pertanyaan-pertanyaan yang dimaksudkan

untuk memperoleh informasi terhadap Fabian. Daftar topik pertanyaan


(56)

40

mengenai Fabian mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tetapi

Fabian tidak mengalami kecemasan belajar terhadap matematika lebih

dalam dengan melakukan wawancara terhadap kakak kandung dan orang

tua Fabian. Wawancara dengan Alin (Pseudonym) sebagai kakak kandung

Fabian yang peneliti ketahui dari Bu Dede bahwa Alin bersekolah di satu

sekolah yang sama dengan Fabian namun Alin duduk di bangku kelas

tingkat lebih tinggi dari Fabian yaitu kelas IV A. Peneliti melakukan

wawancara dengan Alin sebanyak dua kali sedangkan dengan kedua orang

tua Fabian peneliti mempunyai kesempatan bertanya dengan Bu Wuri

(Pseudonym) selaku mama Fabian dan Pak Robi (Pseudonym) sebagai papa

Fabian. Daftar topik pertanyaan Bu Wuri dan Pak Robi disajikan dalam

Lampiran A.

Latar Belakang Informan I dan temuannya

Informan I dalam penelitian ini adalah wali kelas III A. Peneliti

melakukan wawancara dengan Bu Dede (Pseudonym) selaku wali kelas III

A di SD Nila sebanyak tiga kali. Wawancara pertama peneliti lakukan pada

tanggal 13 Januari 2017 di ruang guru. Wawancara kedua dilakukan pada

18 Januari 2017 di ruang perpustakaan. Wawancara ketiga di lakukan pada

tanggal 9 Mei 2017. Peneliti melakukan wawancara dengan Bu Dede

mengambil waktu jam istirahat atau mengambil waktu saat Bu Dede tidak

sedang mengajar. Bu Dede memiliki latar belakang pendidikan dengan

program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar disalah satu Perguruan

Tinggi Swasta Yogyakarta. Setelah menyelesaikan studinya Bu Dede


(57)

41

Dede kurang lebih sudah setahun beliau mengajar di SD Nila. Saat mulai

bekerja Bu Dede diberi kesempatan untuk mengajar di kelas III A. Bu Dede

sudah cukup berpengalaman dalam menghadapi siswa yang berbeda-beda

karakter.

Peneliti memilih Bu Dede sebagai informan I bertujuan untuk

mengetahui informasi mengenai latar belakang Bu Dede, latar belakang

siswa yang menjadi subjek penelitian ini, dan perilaku siswa tersebut ketika

belajar di kelas. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui penyebab siswa

yang mendapatkan nilai di bawah KKM tidak mengalami kecemasan belajar

terhadap matematika. Saat melakukan wawancara dengan Bu Dede peneliti

menemukan salah satu siswa kelas III A yang tidak mengalami kecemasan

belajar matematika yaitu Fabian. Peneliti sempat menguji apakah benar

Fabian mengalami kecemasan dengan meminta Fabian mengisi lembar

kuesioner yang berisi pernyataan berupa indikator-indikator kecemasan

terhadap matematika. Hasil dari pengisian kuesioner yang diisi oleh Fabian

menunjukkan Fabian tidak mengalami kecemasan belajar terhadap

matematika walaupun Fabian mendapatkan nilai matematika di bawah

KKM. Oleh karena itu peneliti melakukan wawancara dengan Bu Dede

mengenai Fabian. Bu Dede mengatakan bahwa Fabian merupakan siswa

yang mendapatkan hasil belajar yang kurang khususnya dalam pelajaran

matematika dan Fabian anak yang sulit berkonsentrasi saat belajar

matematika. Beberapa pernyataan tersebut membuat peneliti memilih

Fabian menjadi partisipan. Hasil pengolahan wawancara akan peneliti bahas


(58)

42

Latar Belakang dengan Informan II dan temuannya

Informan II dalam penelitian ini adalah Alin (Pseudonym) sebagai

kakak kandung dari Fabian siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM

namun tidak mengalami kecemasan belajar terhadap matematika. Peneliti

melakukan wawancara dengan Alin sebanyak dua kali. Wawancara pertama

peneliti lakukan pada tanggal 9 Mei 2017 dan wawancara kedua pada

tanggal 11 Mei 2017. Peneliti melakukan wawancara mengambil waktu jam

istirahat Alin pukul 09:00 WIB di ruang UKS yang ruangannya cukup

kondusif dan tidak ramai dengan anak-anak. Wawancara ini dilakukan

bertujuan untuk mengetahui latar belakang Fabian seperti kondisi keluarga,

perilaku Fabian saat di rumah, dan cara belajar Fabian saat di rumah.

Peneliti memilih Alin sebagai sumber informan karena Fabian memberi

informasi khususnya mengenai keluarga kurang detail karena itulah peneliti

mencoba mencari informasi kepada Alin yang kebetulan bersekolah di SD

Nila hanya saja Alin duduk di bangku kelas yang lebih tinggi dari Fabian

yaitu kelas IV A. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan

Alin peneliti melihat adanya penyebab Fabian tidak mengalami kecemasaan

belajar terhadap matematika. Alin mengungkapkan bahwa Fabian saat

belajar di rumah harus sering diingatkan sekedar untuk mengerjakan PR

(Pekerjaan Rumah) yang diberikan oleh guru maupun untuk menata jadwal,

Fabian harus sering ditemani belajar oleh kakaknya karena jika Fabian

belajar sendiri maka Fabian akan belajar dengan sesuka hati Fabian, Fabian

beserta kakaknya kurang mendapatkan perhatian oleh kedua orang tuanya


(59)

43

membantu Fabian dalam belajar. Hasil pengolahan wawancara akan peneliti

bahas pada Bab IV.

Latar Belakang dengan Informan III dan temuannya

Informan III dalam penelitian ini adalah Bu Wuri (Pseudonym)

sebagai mama Fabian. Peneliti melakukan wawancara dengan Bu Wuri saat

Bu Wuri menjemput Fabian pulang sekolah namun dikarenakan Bu Wuri

terburu-buru, Bu Wuri meminta peneliti untuk melanjutkan wawancara

melalui percakapan via WhatsApp pada tanggal 9 Mei 2017. Peneliti

terpaksa melakukan wawancara melalui WhatsApp karena Bu Wuri seorang

pekerja yang mempunyai jadwal kerja yang padat. Menurut pengakuan Alin

dan Fabian, Bu Wuri bekerja saat pagi hari hingga sore hari. Setelah

mengantar Alin dan Fabian ke sekolah Bu Wuri segera berangkat untuk

bekerja.

Wawancara dengan Bu Wuri bertujuan untuk mengetahui perilaku

Fabian saat di rumah, cara belajar Fabian saat di rumah, kemampuan Fabian

dalam mempelajari pelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika,

hasil belajar Fabian, dan pertanyaan yang menyangkut penyebab Fabian

tidak mengalami kecemasan belajar terhadap matematika. Berdasarkan

wawancara dengan Bu Wuri, Fabian anak yang mempunyai minat belajar

yang kurang seperti pernyataan Alin bahwa Fabian harus sering diingatkan

untuk belajar ataupun mengerjakan PR. Hasil pengolahan wawancara akan


(60)

44

Latar Belakang dengan Informan IV dan temuannya

Informan IV dalam penelitian ini yaitu Pak Robi (Pseudonym) sebagai

papa Fabian. Peneliti melakukan wawancara dengan Pak Robi pada tanggal

11 Mei 2017. Sebelumnya peneliti sempat bertemu dengan Pak Robi ketika

pulang sekolah Pak Robi menjemput Alin dan Fabian pulang sekolah. Pak

Robi sosok seorang ayah yang ramah, tegas, dan sangat ‘nyentrik’ jika dilihat dari cara berpakaian Pak Robi seperti anak muda. Peneliti melihat

Pak Robi termasuk salah satu orang tua yang gaul tidak seperti orang tua

pada umumnya mengenakan baju formal seperti celana kain. Pak Robi

mengenakan kemeja yang tidak terlalu formal dipadu padankan dengan

celana jeans tidak lupa juga Pak Robi mengenakan jam tangan, tas kulit

berukuran kecil, dan mengenakan sepatu sneakers. Pada saat sebelum sesi

wawancara dimulai peneliti sempat mengetahui info dari Alin bahwa Pak

Robi dan sekeluarga akan pergi menghadiri acara keluarga. Peneliti

melakukan wawancara dengan Pak Robi bertujuan untuk menggali

informasi lebih dalam lagi mengenai Fabian. Berdasarkan hasil wawancara

Pak Robi, Fabian seorang anak yang mandiri saat dirumah namun memang

masih butuh pengawasan karena Fabian terlahir sebagai anak terakhir dari

dua bersaudara. Fabian yang terkadang masih dimanjakan juga oleh

keluarganya termasuk nenek Fabian. Cara belajar Fabian di rumah menurut

pernyataan Pak Robi, Fabian masih perlu didampingi dan sering diingatkan

lagi jika ada PR atau untuk menata jadwal pelajaran. Pak Robi juga salah

satu orang tua yang tegas jika melihat Fabian mendapatkan nilai yang


(1)

126 Penekanan faktor kepribadian yang menyebabkan Fabian tidak mengalami kecemasan belajar matematika

jangan keseringan main sama temen.

Dulu pernah disuruh les matematika.

Tapi sekarang udah enggak lagi.

Kalau ulangan matematika ya coba belajar, tapi akhirnya tetep dapat nilai jelek.


(2)

127

Lampiran D: Axial Coding

Faktor penyebab menurut anak yang mendapatkan nilai matematika di

bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan belajar matematika

 Materi matematika yang susah

 Tidak pernah mendapatkan pengalaman buruk dimarahi orang tua

 Pernah mendapatkan pengalaman masa lalu diejek teman

Faktor kepribadian menurut orang tua anak yang mendapatkan nilai

matematika di bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan matematika

 Siswa mempunyai minat belajar matematika yang kurang

Faktor penyebab anak yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM

tetapi tidak mengalami kecemasan menurut guru kelas

 Siswa mempunyai fokus belajar, minat belajar dan motivasi yang kurang

 Pengalaman masa lalu sempat diejek teman namun lambat laun sudah tidak terlihat


(3)

128

Lampiran E: Theoretical Coding

Tidak ada tuntutan dari orang tua

Faktor Lingkungan

Teman mengejek

Kepribadian yang tidak acuh

Penyebab anak yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tidak

mengalami kecemasan belajar matematika


(4)

129

BIODATA PENELITI

Deviani Retno Martanti lahir di Surakarta pada tanggal

19 Februari 1995. Pendidikan dasar diselesaikan di SD

Negeri Bratan I Surakarta pada tahun 2007. Pendidikan

menengah pertama diperoleh di SMP Negeri 9 Surakarta

dan tamat pada tahun 2010. Kemudian peneliti

melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef

Surakarta lulus tahun 2013. Setelah lulus SMA, peneliti melanjutkan

pendidikannya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada program

studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama menempuh pendidikan di

PGSD, peneliti mendapatkan banyak ilmu pengetahuan baru dan

pengalaman. Kegiatan di luar perkuliahan pun diikuti seperti kepanitiaan,

seminar, dan workshop. Pada tahun 2014, peneliti tercatat sebagai sekertaris

dalam acara kuliah umum yang diadakan oleh PGSD. Selanjutnya peneliti

tercatat sebagai koordinator devisi konsumsi pelepasan wisuda PGSD. Pada

studinya kali ini, peneliti telah menyelesaikan tugas akhirnya dengan judul


(5)

ABSTRAK

REALITA KETIDAKCEMASAN SISWA MENGHADAPI MATEMATIKA

Oleh

Deviani Retno Martanti

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017

Penelitian ini dilakukan berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan mengenai ketidakcemasan belajar matematika. Adanya pandangan bahwa siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM biasanya akan mengalami kecemasan belajar matematika. Namun, pada kenyataannya ada siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tidak mengalami kecemasan belajar matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tidak mengalami kecemasan belajar matematika.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

grounded theory. Partisipan dalam penelitian ini adalah salah satu siswa kelas III A di

SD Nila yang bernama Fabian (Pseudonym). Fabian salah satu siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM tetapi tidak mengalami kecemasan belajar matematika. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu, observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan sistem coding sesuai dengan langkah metode grounded theory.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab Fabian tidak mengalami kecemasan belajar matematika walaupun nilai matematikanya di bawah KKM disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor lingkungan dan faktor kepribadian. Faktor lingkungan berasal dari orang tua Fabian tidak menuntut ataupun memaksa Fabian untuk memperoleh hasil yang baik dalam matematika. Faktor kepribadian dapat dilihat dari tingkah laku Fabian yang terkesan tidak acuh dengan nilai matematika yang diperolehnya dan Fabian kurang termotivasi untuk memperbaiki nilai matematikanya.

Kata kunci: kecemasan, kecemasan matematika, matematika, metode penelitian


(6)

ABSTRACT

A STUDENT’S REALITY NO ANXIETY IN FACING MATHEMATICS By

Deviani Retno Martanti

Sanata Dharma University Yogyakarta 2017

This study was conducted based on the fact that occurred in the field about mathematics learning no anxiety. The view that students who get a bad score on mathematics will usually experiencing anxiety learning mathematics. However, in reality, there is student who get a bad score in mathematics but not experiencing the anxiety at all of learning mathematics. This study aims is to identify what causes the student who get a bad score in math but not experiencing the anxiety of learning mathematics.

The type of this research is qualitative research using grounded theory method. Participants in this study is a 3rd grader at SD Nila named Fabian (Pseudonym). Fabian was one of the students who got a bad score in mathematics but not experiencing the anxiety of learning mathematics. Data collection techniques that used are observation, interviews, and documentation studies. Data analysis technique that used is encoding system according to the step of grounded theory method.

The results showed why Fabian not experiencing the anxiety of learning mathematics even though he get a bad score in mathematics caused by two factors, environmental factors and personality factors. Environmental factors derived from Fabian's parents neither demand nor force Fabian to obtain good results in mathematics. Personality factors can be seen from Fabian's behavior that seems indifferent to his mathematics score and Fabian is less motivated to improve his mathematics score.

Keywords: anxiety, mathematics anxiety, mathematics, grounded theory research methods