Metode Analisis Deskriptif Metode Analisis Statistik Uji Asumsi Klasik

8. Perusahaan yang tidak mengalami pertumbuhan aset sepanjang tahun penelitian 2009-2012 0 perusahaan Sampel Akhir 14 Perusahaan Sumber : www.idx.co.id Berdasarkan Tabel 3.2 diperoleh sampel sejumlah 14 perusahaan, data pengamatan menjadi 56 pengamatan 4 tahun x 14 sampel = 56 data amatan, hal tersebut sudah memenuhi jumlah sampel minimum untuk bisa diregresi yaitu sejumlah 30 sampel Ghozali, 2001.

3.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan kuantitatif yang berasal dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, buku-buku referensi, dan jurnal nasional dan internasional yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian. 3.8 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.

3.9 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik sebagai berikut:

3.9.1 Metode Analisis Deskriptif

Universitas Sumatera Utara Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.

3.9.2 Metode Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, debt to equity ratio¸dan pertumbuhan aset terhadap kebijakan dividen perusahaan manufatur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun persamaan regresi yang digunakan, yaitu: Y i,t = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + e Keterangan: Y i,t = Dividend Payout Ratio perusahaan i pada tahun t a = Konstanta X 1 = Kepemilikan Manajerial X 2 = Kepemilikan Institusional X 3 = Kepemilikan Publik X 4 = Debt to Equity Ratio X 5 = Pertumbuhan Aset b 1 = Koefisien regresi variabel X 1 b 2 = Koefisien regresi variabel X 2 Universitas Sumatera Utara b 3 = Koefisien regresi variabel X 3 b 4 = Koefisien regresi variabel X 4 b 5 = Koefisien regresi variabel X 5 e = Standard error

3.9.3 Uji Asumsi Klasik

Penulis menggunakan bantuan program software SPSS 16.0 for Windows Statistic Product Service Solution dalam penelitian ini. Jika hasil regresi telah memenuhi asumsi-asumsi regresi, maka nilai estimasi yang diperoleh akan bersifat BLUE Best, Linear, Unbiased, Estimator. BLUE adalah asumsi yang dikembangkan oleh Gauss dan Markov, yang kemudian teori tersebut terkenal dengan sebutan Gauss-Markov Theorem. Hasil regresi dikatakan Best apabila garis regresi yang dihasilkan guna melakukan estimasi atau peramalan dari sebaran data menghasilkan error yang terkecil. Linear dalam model artinya model yang digunakan dalam analisis regresi telah sesuai dengan kaidah model OLS dimana variable-variabel penduganya hanya berpangkat satu. Linear dalam parameter menjelaskan bahwa parameter yang dihasilkan merupakan fungsi linear dan sampel. Unbiased atau tidak bias jika nilai harapan dan estimator b sama dengan nilai yang benar dengan b. Secara teoritis, model OLS akan menghasilkan estimasi nilai parameter model penduga yang sahih bila dipenuhi asumsi normality, tidak ada autokorelasi, tidak ada multikolinearitas, dan tidak ada heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Least Square OLS. Persyaratan asumsi klasik tidak diperlukan oleh analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS. Adapun, tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear. Pada analisisi regresi linear sederhana, tidak dapat mempergunakan uji multikolinearitas dan pada data cross sectional tidak mempergunakan uji autokorelasi. Adapun syarat Asumsi Klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakan distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Dengan adanya tes normalitas maka hasil penelitian kita bisa digeneralisasikan pada populasi. Dalam pandangan statistik itu sifat dan karakteristik populasi adalah terdistribusi secara normal Uji ini juga dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain: a. Pendekatan Histogram Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva normal memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah mean, modus, dan median pada tempat yang sama tidak miring ke kiri atau ke kanan. Universitas Sumatera Utara Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau “kemencengan kurva” skewness. Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif arah kanan dan bertanda negatif arah kiri. b. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut: H = data residual berdistribusi normal H a = data rasidual tidak berdistribusi normal Dengan menggunakan tingkat signifikan 5. Jika nilai Asymp.Sig 2 tailed taraf nyata α, maka H diterima artinya data residual berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig 2 tailed taraf nyata α, maka H diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal. Pada pengujian data normal, juga dapat dilakukan pengujian terhadap data outlier. Data outlier adalah data yang memiliki karakteristik unik yang sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi. Data outlier bisa terjadi karena kesalahan dalam mengentri data, kesalahan pada pengambilan sampel. Keberadaan data-data ekstrim yang tidak bisa dihindarkan. Data outlier dihilangkan karena dianggap tidak mencerminkan sebaran data yang sesungguhnya. Deteksi terhadap univariate Universitas Sumatera Utara outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai batas yang akan dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan cara mengkonvensi nilai data kedalam z-score. Untuk kasus sampel kecil kurang dari 80, maka stamdar skor dengan ±2.5 dinyatakan outlier. Sementara untukk sampel dalam jumlah besar, skor dinyatakan outlier jika nilainya pada kisaran 3 sampai 4. Ghozali, 2006:36 c. Pendekatan Grafik PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis sumbu x melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel sumbu y. Apabila plot dari keduanya berbentuk linier didekati garis lurus, maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Analisis regresi bertujuan untuk melihat seberapa besar peranan variable bebas terhadap variable terikat. Dalam setiap persamaan regresi pasti memunculkan regresi atau variable-variabel lain yang terlibat akan tetapi tidak termuat di dalam model. Atau dengan kata lain, residu adalah variable yang tidak diketahui sehingga diasumsikan bersifat acak. Jika data bisa dikatakan terkena heteroskedastitas. Ghazali, 2006:105 Universitas Sumatera Utara Uji heterokedastisitas juga pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Jika varians sama ini yang dikatakan homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastitas. Alat untuk menguji heteroskedastisitas dibagi dua yaitu alat analisis grafik atau dengan analisis residual yang berupa statistik. Dilihat dari sumber-sumber penyebab heterokskedastisitas, ada beberapa alasan mengapa varians tidak sama yaitu: 1. Mengikuti error-learning model 2. Heteroskedastitas juga muncul sebagai akibat pecilan suatu data observasi tertentu atau outliers, yaitu beberapa pengamatan yang mempunyai perbedaan besar dengan pengamatan lainnya. 3. Spesifikasi model yang tidak baik, yaitu mengeluarkan variabel penting dari model dan memasukkan variabel tidak penting ke dalam model. 4. Kemencengan atau skewness dari distribusi satu atau lebih variabel regresor yang tercakup dalam model. 5. Muncul akibat kesalahan transformasi data dan kesalahan bentuk fungsional. Ada dua cara untuk mendeteksi keberadaan heteroskedastisitas, yaitu metode informal dan formal. Metode informal biasanya dilakukan dengan metode grafik. Sedangkan metode formal antara lain dengan metode perhitungan statistic seperti Park Test, Glejser Test, Spearman’s Rank Correlation Test, Golfeld- Quandt Test, Breush-Pagan-Godfrey Test, hite’s General Heteroscedasticity Test, Universitas Sumatera Utara dan Koenker-Basset Test. Uji Glejser dilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Apabila signifikansi dari tingkat kepercayaan 5, maka regresi tidak mengarah pada adanya heteroskedastitas, dan begitu sebaliknya.

3. Uji Autokorelasi

Korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam deret waktu atau ruang seperti dalam data cross-section merupakan defenisi dari istilah autokorelasi. Jika error antara beberapa observasi mengalami korelasi maka kondisi ini disebut autokorelasi. Artinya nilai regressan dari satu periode dipengaruhi oleh periode lainnya, atau nilai variabel regressan dipengaruhi oleh nilai variabel regressan lainnya. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini biasanya terjadi pada data time series karena gangguan pada satu data cenderung mengganggu data lainnya. Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Durbin-Watson test. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin- Watson DW dengan ketentuan-ketentuan tertentu.

4. Uji Multikolinieritas

Universitas Sumatera Utara Uji ini digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linear yang sempurna atau eksak diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Uji ini menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara veriabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor VIF dengan membandingkan sebagai berikut: a. Tolerance value 0,1 atau Bila VIF 10 = terjadi multikolinieritas b. Tolerance value 0,1 atau VIF 10 = tidak terjadi multikolinieritas

3.9.4 Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 78 74

Pengaruh Kemampulabaan Dan Invesment Opportunity Set Serta Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 37 96

Pengaruh Kebijakan Dividen dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

9 76 108

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Kebijakan Deviden dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 33 97

Pengaruh variabel-variabel biaya agensi dan pertumbuhan terhadap kebijakan dividen : studi empiris di bursa efek indonesia

0 4 99

PENGARUH BIAYA AGENSI TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

1 4 48

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 15

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, PROFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN ASET PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA INDUSTRI MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 12

Pengaruh Biaya Agensi Dan Struktur Modal Serta Pertumbuhan Aset Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10