2.1.2.1 Teori – Teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa  teori  mengenai  kebijakan  dividen Brigham dan Houston, 2006: 66 antara lain:
1.  Teori Ketidakrelevanan Dividen Dividends Irrelevance Theory
Teori ketidakrelevanan dividen merupakan teori  yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak   mempunyai   pengaruh   terhadap   nilai
perusahaan   maupun   biaya   modalnya. Brigham dan  Houston, 2001: 66. Pendapat  ini  dipublikasikan oleh Miller dan Modigliani 1961  yang  menentang
bahwa dividen berhubungan lurus dengan nilai perusahaan bertetangan dengan isi paper yang. Inilah yang menjai titik awal perdebatan dari teori kebijakan dividen
di tataran akademik dan praktik. Dari pendapat Modigliani  dan Miller dapat disimpulkan    bahwa  nilai
perusahaan  ditentukan  oleh earning  power  dari asset  perusahaan dan nilai
perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividen yang dilakukan oleh manajemen.  Keputusan  apakah  laba  yang  diperoleh  akan  dibagikan dalam
bentuk  dividen  atau  akan  ditahan  tidak  mempengaruhi  nilai  perusahaan. 2. Teori Burung di Tangan
Bird in The Hand Theory Teori  ini  dikemukakan  oleh  Gordon  dan  Lintner 1956. Teori ini
beranggapan bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila
rasio pembayaran dividen  dinaikkan, karena investor   kurang yakin terhadap
Universitas Sumatera Utara
penerimaan keuntungan modal capital gains  yang dihasilkan dari laba yang
ditahan dibandingkan seandainya  para investor menerima dividen.   dalam Brigham  dan  Houston, 2001:67.
Dari pendapat  Gordon  dan  Lintner 1956  dapat disimpulkan  bahwa kemungkinan
capital  gain  yang  diharapkan  lebih  besar  risikonya dibandingkan
dividend  yang pasti. Argumen    ini   mengatakan   bahwa pembayaran   dividen   mengurangi   ketidakpastian,   yang   berarti mengurangi
risiko. Investor lebih yakin terhadap penerimaan dari pembagian dividen daripada kenaikan nilai modal
capital gains yang akan dihasilkan dari laba ditahan. 3.  Teori Preferensi Pajak
Tax Preference Theory Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa
investor lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi Brigham dan Houston,2001:67, yaitu:
a  Keuntungan modal dikenakan pajak, begitu juga dengan pendapatan dividen. Oleh karena itu, investor lebih suka apabila perusahaan menahan dan
menanamkan kembali laba yang diperoleh kedalam perusahaan. b  Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. Karena adanya
efek nilai waktu, besarnya   pajak   yang   banyak   dimasa   mendatang mempunyai   biaya   efektif   yang   lebih   rendah daripada biaya pajak yang
dibayarkan hari ini.
Universitas Sumatera Utara
c  Apabila selembar saham yang dimiliki seseorang sampai ia meninggal, maka tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang, dengan demikian
akan menghindarkan pemegang saham dari pajak keuntungan modal. Dari
Tax Preference Theory dapat disimpulkan bahwa investor lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi. Karena ada
keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan sebagian besar labanya. Jika demikian investor akan mau membayar
lebih tinggi pada perusahaan yang membagikan dividen yang rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.
4. Pecking Order Theory
Konsep pecking order theory merupakan konsep yang pertama kali diuraikan
oleh Gordon Donaldson pada tahun 1961dalam Brigham, Houston 2001:5. Pada konsep awalnya, dikemukakan bahwa perusahaan cenderung mengutamakan mendahulukan
pendanaan dari  sumber internal guna membayar dividen dan mendanai investasi, bila kebutuhan dana kurang maka dipergunakan dana dari sumber eksternal sebagai
tambahannya. Pendanaan internal diperoleh dari sisa laba atau laba ditahan dan arus kas dari penyusutan depresiasi. Sedangkan pendanaan eksternal dilakukan terutama dengan
menerbitkan obligasi ketimbang dengan penerbitan saham baru.
Pecking order theory  yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf 1984 menggunakan dasar pemikiran bahwa tidak ada suatu target
debt to equity ratio tertentu dan tentang hirarkhi sumber dana yang paling disukai oleh perusahaan.
Esensi teori ini adalah adanya dua jenis modal external financing  dan  internal
Universitas Sumatera Utara
financing. Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan yang profitable  umumnya menggunakan utang dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut bukan disebabkan
karena perusahaan mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena mereka
memerlukan external financing  yang sedikit. Perusahaan yang kurang  profitable
akan cenderung menggunakan utang yang lebih besar karena dua alasan yaitu karena  dana internal tidak mencukupi dan disebabkan utang merupakan sumber
eksternal yang lebih disukai. Dapat disimpulkan bahwa
teori  pecking order  ini membuat hirarkhi sumber dana, yaitu dari internal laba ditahan, dan eksternal utang dan saham.
Pemilihan sumber eksternal menurut Myers dan Majluf 1984 disebabkan karena adanya asimetri informasi antara manajemen dan pemegang saham. Asimerti
informasi terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada para pemegang saham. Dengan demikian, pihak manajemen
mungkin berpikir bahwa harga saham saat ini sedang overvalue  terlalu mahal
sehingga manajemen akan menerbitkan saham baru dengan harga yang lebih mahal dari yang seharusnya.  Penerbitan saham juga berakibat pada turunnya
dividen perlembar saham dan turunya harga atau nilai saham karena jumlah saham bertambah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.2 Proses Dividen